This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 31 Oktober 2012

MENJADI

Anakmu akan megetahui siapa dirimu dari tingkah lakumu
Bukan dari nasehatmu kata Rooney Dye.
Patut direnungkan apa yang disampaikan motivator terkenal itu, terutama bagi siapa saja yang ingin menjadikan siapapun juga menjadi siapa. Tersadari atau tidak, seringkali kita sebagai orang tua memposisikan diri sebagai creator yang sering memaksa kehendaknya. Bagaimana tidak, kadang sejak din
i orang tua sudah mempersiapkan anaknya menjadi...padahal anaknya masih bayi.

ASUSILA

Sungguh...sungguh, saya sangat kaget saat melihat berita di ANTV hari Selasa, tanggal 29 Oktober 2012 lalu. Malam itu sebenarnya saya sangat capek karena baru tiba dari Jakarta selesai mengikuti rapat kordinasi di ke,entrian agama Jakarta tentang pembukaan program studi baru di Perguruan Tinggi Agama Islam. Tangan saya tanpa dikomando langsung menekan cannel nomer 3 atau di progtam TV
saya adalah ANTV.

POLITIK AJI MUMPUNG

Politik Aji Mumpung sepertinya sudah menjadi budaya politik di Indonesia ketika pergantian elite. Tampaknya memang sudah menjadi budaya baru perpolitikan kita, baik di tingkat pusat maupun daerah. Lihat saja misalnya, penempatan posisi pejabat kalau tidak tim sukses ya pastinya keluarga atau kroninya.inilah politik aji mumpung atau oleh Wert Heims disebut sebagain politik balas budi.

ASTAGFIRULLAH

Terlalu. Sungguh keterlaluan. Itulah kata warga atau jamaah musholla di Medan Sumatra Utara. Jamaah musholla itu wajar marah dan kecewa sebab uang kurban sebanyak 60 juta rupiah lebih dibawa kabur oleh pengelola. Pelakunya adalah Abdul Tayip Annafis seorang pengurus masjid dan rumahnya tidak jauh dari musholla itu.

EGOISME

Tema khutbah Idhul Adha di masjid Istiqlal Jakarta disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul A'la, M.Ag Rektor Institut Agama Islam Sunan Ampel Surabaya. Sebuah tema khutbah yang sangat sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang sedang dilanda berbagai peristiwa yang cendrung mengancam kesatuan negara RI, yang kalau dicermati bermuara pada sifat egoisme yang semakin menguat.

Senin, 22 Oktober 2012

TNI - POLRI TURUN GUNUNG

Setelah beberapa lama kembali ke Barak (sebagai penjaga negara dan pemberi rasa aman ke masyarakat) kini TNI-POLRI kembali turun gunung memasuki dunia politik. Disejumlah daerah faktanya TNI-POLRI banyak yang menjadi pimpinan daerah (baik sebagai gubernur, bupati ataupun walikota). Saat ini, fenomena aparat keamanan kembali berpolitik semakin besar, setidaknya tampak dari pernyataan beberapa perwira tinggi yang menyatakan kesiapannya mencalonkan diri menjadi pimpinan daerah, entah sebagai gubernur, bupati/walikota ataupun sebagai wakil.

Selasa, 16 Oktober 2012

GURU PAI PERLU MEMILIKI SIFAT ADHIGANA DAN ADHIGUNG

Kejayaan dan keagungan kerajaan Majapahit ternyata karena wangsa Majapahit memiliki dan memegang ke dua tersebut. Dengan sifat-sifat yang dibanggakannya itu, wangsa Majapahit telah berhasil menaklukkan manusia di sekitarnya. Dengan nilai-nilai itu Majapahit telah menjadi kekaisaran besar yang membentang ditujuh samudera dan tujuh benua.

MANAJEMEN TEH BOTOL

Mulai hari Senen (15-17/10/2012) sampai dengan hari Rabu, saya mengikuti rapat kordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Agama Islam melalui penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi Guru (PKG), kita tingkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolag, di Carradin Hotel, Jl. Kebon Jati Bandung. Pada tahap pertama kegiatan tersebut diikuti oleh tujuh kabid Mapenda Kanwil
Depag Provinsi dan 57 PTAI di tujuh wilayah provinsi.

Pada acara pembukaan Direktur Pendidikan Agama Islam Dr.H. Amin Haedari, M.Pd mengungkapkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kualitas guru PAI pada Sekolah. Peningkatan kualitas guru mendapat perhatian khusus dari pemerintah bila dibandingkan dengan kualitas lainnya. Peningkatan kualitas guru tidak semata-mata menjadi tugas pemerintah, tetapi perguruan tinggi juga harus bertanggungjawab untuk menhasilkan calon guru yang berkualitas.

Namun demikian, dilihat dari perannya memang pemerintahlah yang mempunyai tugas lebih besar dan peran itu terus diupayakan semaksimal mungkin. Upaya-upaya untuk peningkatan kualitas guru terus dilakukan pemerintah mulai dari pembuatan undang-undang guru dan dosen, Sertifikasi, peningkatan kesejahteraan guru, sampai dengan pemberian pelatihan bagi guru secara berjenjang dan berkesinambungan. Hemat saya, pasca pelatihan itu yang terpeting, dimana para guru yang pernah dilatih dapat langsung berposisi sebagai penggerak di sekolahnya masing-masing guna menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Program-program peningkatan kualitas guru selalu diadakan setiap tahunnya, tetapi belum tampak hasil sesuai yang diharapkan dari pelaksanaan program tersebut. Memang terdapat beberapa permasalahan dari program itu diantaranya pembimbingan yang belum fokus, penyediaan guru berkualitas, perubahan sikap guru (gara-gara beban tugas ngajar 24 jam), dan guru belum siap menjadi guru, karenanya perlu kesadaran diri menjadi guru. Artinya, banyak diantara guru yang terpaksa menjadi guru karena pekerjaan lainnya tidak ada. Hal itu menjadi problem tersendiri dan perlu mendapat perhatian khsusus, misalnya di dalam penerimaan guru harus ada uji kompetensi untuk menjadi guru, sebagaimana uji kompetensi menjadi seorang dokter spesialis.

Memberikan problem solving terhadap permasalahan guru yang demikian komplek tidak bisa menggunakan manajemen teh botol yakni manajemen yang menganggap kebutuhan semua orang sama. Permasalahan guru memang sangat kompleks dan berbeda-beda, karena itu penanganannya juga seharusnya sesuai dengan kompleksitas permasalahannya. Dan permasalahan di setiap daerah tidak mungkin sama, bahkan juga permasalahan di setiap sekolah berbeda pula.

Memberikan pelatihan dalam kerangka peningkatan kompetensi guru (PKG) tetap menjadi program prioritas kementrian agama khsusnya di Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah di bawah pimpinan Direktur Dr.H. Amin Haedari, M.Pd. Kehadiran para peserta rapat kordinasi dalam rangka melakukan kerjasama peningkatan kualitas kompetensi guru agama di sekolah pada daerahnya masing-masing, mulai dari TK/SD, SMP dan SMA/SMK.

Materi-materi pelatihan nantinya tidak seragam atau dengan kata lain materi-materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik permasalahan yang ada di daerahnya dan bukan philosophi manajemen teh botol. Dan secara umum, materi-materi pelatihan meliputi ICT, pembuatan Bahan Ajar, PTK, Leadership, dan atau materi lainnya sesuai kebutuhan. Tujuan akhir dari kegiatan itu nantinya diharapkan lahir guru-guru agama Islam yang berkualitas, dan sadar dirinya menjadi pendidik (bukan semata sebagai pengajar). Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

Minggu, 14 Oktober 2012

MENGAJAK ALAM BERZIKIR

Ahad (14/10/2012) malam ini di Lapangan Muhajirin Praya Lombok Tengah, Bupati Lombok Tengah H. Suhaili FT bersama masyarakat Lombok Tengah mengadakan seremonial zikir akbar dalam rangka memperingati HUT Lombok Tengah ke-67. Acara zikir Akbar merupakan puncak kegiatan HUT Lombok Tengah ke-67 dengan menghadirkan Ustadz H Arifin Ilham dari Jakarta. Sangat cerdas dan momen yang
tepat diputuskan oleh sang Bupati untuk mengajak masyarakat Lombok Tengah berzikir di tengah curat marutnya kehidupan masyarakat dan disaat alam ini sudah mulai tidak ramah lagi kepada manusia. Dalam kata iftitahnya Ustadz Arifin Ilham tidak hanya mengajak masyarakat berzikir, tetapi alam juga dapat berzikir, bulan gemintang dan semua mahluk lainnya juga dapat ikut berzikir.

Dibeberapa daerah dan beberapa tempat di Lombok, telah terjadi kekeringan yang berkepanjangan. Di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Sumatera, air menjadi barang langka dan sangat dibutuhkan oleh manusia, menurut informasi harga per-liternya melebihi harga minyak tanah. Sementara di beberapa tempat di Lombok Tengah sendiri, tanda-tanda kita sudah mulai kesulitan air sudah mulai tampak, tetapi belum kita sadari. Coba perhatikan saja, debit air sumur kita sangat jauh berkurang dan bahkan ada yang mongering. Debit air sungai babak yang ada dibeberapa tempat sudah sangat kecil. Sudahkah kita bertanya, minimal pada diri kita, mengapa sumur-sumur kita mengalami kekeringan dan mengapa debit air sungai babak sudah sedemikian kecil?. Hal itu pertanda bahwa bumi kita sudah mulai renta dan kemampuan atau daya untuk menyimpan air sudah mulai berkurang.

Dengan kemampuan teknologi yang dirancang manusia, kini para ilmuan sudah mulai mencari sumber-sumber mata air di luar bumi, seperti di planet Yupiter tetapi belum menemukan potensi air melebihi planet bumi tempat kita hidup saat ini. Apa artinya? Tentu, kita dituntut untuk bagaimana merawat bumi ini dengan sebaik-baiknya, dengan cara merawat pepohonan dan mengajak alam ini berzikir. Mengapa perlu berzikir sebagai salah satu media untuk merawat alam ini? Hasil penelitian ilmuan Jepang tentang bagaimana reaksi air yang di tempatkan di dua bejana berbeda, ketika dibacakan asma-asma Allah. Hasilnya, Ketika satu bejana yang berisi air saat dibacakan asma Allah, air itu mereaksi dan memunculkan energy positip, bergerak, dan berirama bagaikan music mengalun. Sementara, air di satu bejana yang tidak dibacakan apa-apa tidak memunculkan reaksi apapun. Subhanallah, Maha Suci Allah.

Sungguh suatu keindahan dan patut kita bersyukur sebanyak mungkin, bahwa kita di besarkan dalam bingkai iman dan Islam. Dimana di dalamnya kita dituntun untuk berzikir dan mengucapkan asma-asma Allah…ketika kita memasukkan sesuatu ke dalam tubuh wadag ini. Maha suci Allah. Bayangkan…hadirin rahimakumullah, melalui air yang kita minum...kita bisa bacakan “bismillahirrahmanirrahiem” dan melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh kita…lalu bisa kita berdoa sebelumnya. Sungguh…itu berarti di dalam tubuh kita mengalir suatu energy positip yang berasaskan eksistensi Ilahiyyah, oleh karenanya…mari kita lebih banyak lagi bersyukur sembari terus berzikir yang banyak.
Firman Allah dalam surat al_ahzab 41- 42 yang artinya: “ hai orang-orang yang beriman, berzikirlah kalian kepada Allah dengan dzikir yang banyak. Dan bertasbihlah kalian kepada-Nya di waktu pagi dan petang”.

Perintah zikir di atas, sebenarnya mencakup dua pengertian, yaitu zikir dengan hati dan zikir dengan membaca bacaan-bacaan yang telah diajarkan Rasulullah Saw. Baik berupa doa-doa atau yang lainnya, seperti halnya tasbih, tahmid atau takbir pada setiap selesai mengerjakan shalat. Akan tetapi zikir dengan lisan ini agak sulit dilaksanakan dalam setiap waktu, lantaran lisan kita suatu saat masih diperlukan untuk berkomunikasi dengan sasama, sehingga tidak mungkin dalam suatu waktu kita membaca zikir dan berkomunikasi sekaligus.

Adapun zikir dengan hati, hal ini dapat dilakukan di saat kapanpun dan di tempat manapun. Karena hati, tempat iman, tempat niat yang menjadi syarat sahnya ibadah dan tempat memandang Allah terhadap hamban-Nya. Pada ayat di atas, Allah memerintahkan agar memperbanyak zikir kepada-Nya. Hal ini menunjukan akan banyaknya kebutuhan hamba dan ketergantungannya kepada Ilahi Rabbi, dan tak mungkin sekejap-pun kita melepaskan diri dari pertolongan Allah dan melupakan-Nya…sebagaimana yang dilakukan oleh ulul albab, orang-orang yang dikaruniai pikiran dan digunakan untuk bertafakkur tentang ciptaan-ciptaan Allah. Firman Allah dalam surat Ali-Imran 191 yang artinya: “…yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (sambil berucap), ya Tuhan kami, tidakkah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa zikir yang dilakukan oleh ulul albab di manapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun mereka berada, merupakan realisasi dari eksistensinya sebagai manusia, mahluk ciptaan Allah Swt. Secara prinsipil, kepribadian suatu mahluk senantiasa terpaut kepada yang menciptakannya, yaitu Allah swt. Bagaimana mungkin, suatu ciptaan dapat melepaskan diri dari penciptanya. Sebab keberadaan sebuah ciptaan, sangat dimungkinkan untuk dipengaruhi atau ditentukan oleh penciptaannya. Oleh karena itu, melaksanakan perintah berzikir ini merupakan ciri dasar manusia beriman sebagai manifestasi dari suatu mahluk yang dikarunia albab atau pikiran.

Bagi orang-orang yang merambah jalan Allah atau ahli thariqah, mereka sepakat bahwa dzikir merupakan kunci pintu gerbang untuk bertemu dengan Allah dan dzikir merupakan pembuka sekat kegaiban, penarik kebaikan-kebaikan dan pelipur keterasingan. Dzikir merupakan pancaran kewalian dan pendorong kepada ma’rifat Allah swt. Yang lebih menarik lagi mengenai dzikir, rasulullah Saw dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah r.a, beliau bersabda (yang artinya): “menang orang-orang mufarrad, para sahabat bertanya, siapa itu para mufarrad? Rasulullah Saw, menjawab, mereka para laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah Saw”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa, “tidaklah suatu kaum duduk berzikir kepada Allah melainkan para malaikat akan mengelilinginya, rahmat Allah akan melimpahinya, kedamaian akan turun kepadanya dan Allah akan menuturkan kepada mereka yang berada di sisi-Nya” (HR Muslim).

Itulah antara lain, keutamaan dan hikmah dzikir yang diungkapkan oleh rasulullah Saw. Apabila kita mau berzikir dan ingat kepada Allah, maka Allah pun akan selalu ingat kepada kita, dan jika kita lupa kepada Allah, maka Allah pun akan lupa kepada kita. Di tengah-tengah kealpaan kita mengingat Allah…maka Allah mengingatkan kita dengan berbagai bentuk ujian dan cobaan entah itu, kabakaran hutan, gunung meletus, air sumur kering, debit air disungai semakin mengecil dan bahkan sampai ditimpakan penyakit. Oleh karena itu, semua urusan keduniawian, hendaklah jangan sampai melalaikan kita dari dzikrullah, sebab merupakan kerugian besar kalau sampai kita melupakan-Nya. Firman Allah dlm surat al-munafiqun 9 yang artinya: Hai, orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari dzikrullah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Pada hakikatnya dzikir adalah usaha untuk menjaga kita agar jangan sampai lupa kepada Allah Swt, sebab untuk dapat mencapai derajat ulul albab, seseorang harus selalu mengingat Allah dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun ia berada. Karenanya, marilah kita memulai berusaha untuk berzikrullah sedikit demi sedikit, dengan cara yang sabar, ikhlas, istiqomah dan tawakkal (sebagaimana yang diajarkan nabi Allah Khidir as. Kepada nabi Allah Musa as).

Dan pada tahap awal, hendaklah kita memulai zikir kita dengan lisan, baik dengan cara membaca al-quran semampu kita secara rutin atau dengan cara membaca bacaan-bacaan yang diajarkan rasulullah Saw pada setiap selesai shalat fardhu, seperti tasbih, tahmid dan takbir, atau bisa juga dengan cara membaca doa pada setiap apa yang akan kita lakukan. Dan bila hal itu belum mampu juga, maka dzikrullah bisa kita mulai dengan cara membaca basmalah pada setiap pekerjaan yang akan kita lakukan. Ini semua merupakan latihan pada tahap awal menuju dzikrullah dengan hati sebagai tahapan berikutnya.

Semoga zikir yang diadakan dalam rangka HUT ke-67 Lombok Tengah mengundang rahmat Allah Swt sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Ustadz Arifin Ilham bersama masyarakat serta selalu membimbing, memberi hidayah dan taufik-Nya, sehingga kita tergolong ke dalam hamba-hamba-Nya yang tahu diri. Seraya tetap memohon agar semua kejadian dan peristiwa pahit yang sedang kita alami saat ini, dapat menjadi pelajaran dan secepatnya diberikan jalan keluar, entah itu berupa turunnya hujan atau lainnya. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

Jumat, 12 Oktober 2012

SEEING GOOD IN ALL

Sore kemarin (Kamis, 11/11/2012) saya bertemu dengan teman lama (sewaktu bareng kuliah di Yogyakarta). Ia biasa kami panggil dengan sebutan suhu karena memang ia memiliki kelebihan dalam bidang ilmu gaib. Kami sore itu berjalan-jalan ke Senggigi sambil bercerita tentang banyak hal, terutama apa aktivitas yang dilakukan selama ini, sambil menikmati lezatnya jagung bakar dan nikm
atnya nescape.

Ada satu cerita yang menarik yang disampaikan oleh kawan saya itu. Cerita itu berkaitan dengan betapa banyak orang yang tidak mampu melihat kebaikan dalam segala hal (seeing good in all), akibatnya mereka sering mengumpat, marah, ngedumel, seraya bertanya apa kekurangan yang kami kerjakan sehingga Tuhan tidak memberikan jalan keluar terbaik terhadap kami. Ujian dan cobaan terus datang silih berganti, padahal saya sudah melakukan banyak kebaikan. Menjawab pertanyaan itu, tentu jawabannya sederhana saja, bahwa kekurangannya terletak pada terlalu berburuk sangka kepada Allah...di situlah kelemahannya.

Dalam kaitan itu, Harun Yahya menyampaikan pesan Alqur'an bahwa Allah telah menetapkan takdir bagi setiap makhluk-Nya. Semua peristiwa yang telah dan akan dialami oleh mereka telah tercatat dalam sebuah kitab yang tersimpan di Lauhul Mahfudz. Tak ada sedikitpun peristiwa yang terjadi yang luput dalam catatan ini.

Terhadap rahasia di balik setiap peristiwa, demikian Harun Yahya menjelaskan, orang-orang beriman selalu berfikir positif (Husnu dzhon) terhadap Allah dan selalu mencari kebaikan di balik setiap peristiwa yang terjadi, baik itu peristiwa baik maupun buruk. Mereka berkeyakinan bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi dirinya. Bagaimana kita menyikapi peristiwa-peristiwa itu dengan berpikir positif atau berprasangka baik kepada Allah.

Saat ini, kita di Indonesia dihadapkan pada pelbagai peristiwa yang memilukan, anak-anak bangsa terlibat tawuran, generasi muda bangsa banyak yang terjerumus pada obat-obatan terlarang, anak-anak kita banyak yang diculik dan disekap gara-gara tidak pandai memanfaatkan jejaring sosial, dan orang-orang tua kita justru asik melakukan korupsi demi membela kepentingan dan godaan syetan semata. Belum lagi sebagaimana yang terungkap media, seorang ibu negara Perancis malah berselingkuh dengan dua pria lainnya. Sungguh semua kejadian akibat dari kebodohan dan keakuan manusia yang terlalu berlebihan sehingga lupa kepada sang Khalik.

Memang, setiap orang pasti akan mengalami saat-saat sulit dalam kehidupannya, itulah hukum alam atau sunnatullah. Kesulitan itu membuat manusia frustasi, stres, atau menjengkelkan kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari moralitas yang ditentukan dalam alqur'an, namun tidak bagi mereka yang hidupnya dekat-dekat dengan alqur'an. Bagi mereka yang menjauh dari moralitas alqur'an, mereka dengan mudah merasa gelisah, tegang, marah dan menjerumuskan dirinya ke perbuatan-perbuatan yang merusak harga dirinya, seperti koruspi atau terjerumus ke obatan terlarang.

Mengapa mereka sampai terjerumus? tentu jawabannya sederhana, karena mereka tidak memiliki keyakinan akan kesempurnaan yang melekat pada takdir yang ditetapkan oleh Allah, mereka tidak mencari keberkahan atau kebaikan yang ada di dalam peristiwa yang mereka alami. Bahkan, karena mereka tidak memiliki keyakinan, setiap detik yang mereka habiskan tampaknya menjadi bersebrangan dengan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, mereka menjalani sisa hidupnya dengan beban masalah dan tekanan.

Sebagai seorang mukmin seharusnya mengetahui bahwa semua kesulitan yang diberikan Allah untuk menguji manusia. Mereka harus yakin bahwa kesulitan itu dibuat untuk membedakan antara manusia yang benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yakni mereka yang tidak tulus meyakini keimanannya sendiri. Jika kita terhilap dari keyakinan itu, maka tidak ada kata lain selain harus kembali ke moralitas ajaran alqur'an sebagai pedoman bagi manusia seluruhnya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan melihat kebaikan dalam segala hal (seeing good in all). Wallahul muwaffiq ila Darissalam

Kamis, 11 Oktober 2012

TANDA SUJUD YANG TIDAK MEMBEKAS

Memang, kita terus-terusan di buat jantungan oleh pelbagai peristiwa dan kejadian, mulai dari korupsi, arogansi, tawuran, sampai perilaku asusila yang dilakukan oleh oknum guru di Boyolali terhadap peserta didiknya. Namun, patut disyukuri bahwa jantung kita didesain dengan sangat sempurna sehingga tidak mudah pecah. Desainer itu tidak lain adalah Allah Swt.

Ya, kejadian diganti peristiwa datang silih berganti tanpa henti dan seakan kita sebagai manusia (insan) kadang terlambat untuk meresponnya (sekedar untuk mengucapkan Astagfirullah atau Subhanallah saja kadang terlewatkan). Kealpaan kita merespon pelbagai kejadian dan peristiwa dapat membuat suasana batin kita remuk redam dan suasana sosial dapat menjadi caos. Penanganan yang solutif sangat diperlukan agar tidak memunculkan kejadian dan peristiwa berulang kembali. Jika tidak, maka Tuhanpun akan menjewer kita dengan ujian, cobaan, sakit dan musibah.

Tindakan korupsi yang merajalela di negeri ini, tidak boleh dianggap semata-mata karena perilaku korupsi yang sudah menjadi budaya, tetapi perilaku korupsi boleh jadi merupakan bentuk jeweran Tuhan kepada Penegak hukum (entah kepolisian, KPK, dan kejaksaan) untuk tetap istiqomah bekerja pada jalur yang baik dan benar. Penegak hukum tidak perlu bermain-main dalam penegakan hukum dan bersikap adil dalam melakukan proses hukum. Pelemahan terhadap peran dan kewenangan KPK misalnya tidak boleh terjadi kalau masing-masing penegak hukum di negeri ini mengetahui peran dan batas-batas kewenangannya. Polisi tidak seharusnya melakukan teror ke kantor KPK sekedar untuk menangkap penyidik KPK (nota bene adalah anggota Polisi).

Harmonisasi hubungan antara institusi penegak hukum harus terus dijalin dengan baik. Tiga lembaga penegak hukum (Polisi, KPK dan kejaksaan) seharusnya terus melakukan kordinasi agar tidak memunculkan miskomunikasi diantara mereka, sehingga kalau itu berjalan dengan baik dan bekerja dengan baik, semestinya rakyat tidak perlu terlibat memberikan dukungan (untuk kesekian kalinya) kepada KPK. Saya sangat hawatir kalau rakyat ini terus dilibatkan dalam memberikan dukungan seperti itu, KPK bisa menjadi manja, sementara rakyat disisi lain dipaksa untuk menghujat institusi kepolisian (tentu ini tidak adil bagi rakyat).

Sementara peristiwa lainnya, kita lagi dikejutkan dengan tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum guru di Boyolali terhadap peserta didiknya sendiri (Tvone, 11/10/2012). Kasus Tawuran antara siswa SMA 70 dengan SMA 06 Jakarta belum terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi kasus asusila guru (sebelumnya terjadi kasus serupa antara oknum kepala sekolah dan anggota legislatif). Sungguh, peristiwa tawuran dan tindakan asusila itu telah membuat dunia pendidikan kita tercoreng dengan tinta hitam pekat. Kalau dunia pendidikan saja tidak mampu menjaga dan mentarnsfer norma-norma moralitas kepada lingkungan sosialnya sendiri, lalu bagaimana dengan institusi lainnya? Nah, bagaimana tindakan kepada pelaku? Menurut saya, seharusnya pelaku asusila itu, sebaiknya diberikan sangsi berat berupa pemecatan dari jabatannya agar tidak terulang kembali kasus serupa di tempat lain. Pemberian sangsi itu sekaligus sebagai proses pembelajaran terhadap siapapun yang melakukan tindakan serupa pasti akan menerima nasib yang sama.

Guru sebenarnya tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pendidik bagi peserta didik dan lingkungannya. Sebagai pengajar guru hanya sebatas sebagai transfer of knowledge, tetapi sebagai pendidik juga menyangkut mauidzoh hasanah bagi lingkungan sosialnya. Karena itu, jika ada oknum guru yang sampai melakukan tindakan asusila sungguh ia telah melanggar norma-norma kesusilaan yang seharusnya diperankannya sebagai guru (pendidik). Sehingga, wajar saja kalau sangsi berat harus diberikan kepada siapapun yang melakukan tindakan asusila itu.

Benang merah yang dapat ditarik dari semua kajadian dan peristiwa itu, ternyata sujud dalam rangka mengagungkan ke-Maha Tinggian Tuhan yang dilaksanakan lima kali dalam sehari semalam, seakan tidak membekas sama sekali pada diri pelaku tindakan korupsi, asusila dan lainnya. Agama bagi mereka sebatas asesoris untuk mengelabui dan menipu orang lain agar percaya bahwa ia orang baik, padahal dibelakang itu sebagai buaya darat yang siap menerkam siapapun. Para pendosa seperti itu telah dijamin Tuhan akan di tempatkan di Neraka Jahim (kalau tidak segera taubat). Apa Tuhan menerima pertaubatan mereka (Koruptor) yang telah memangkas hak hidup rakyat agar hidup layak? Terserah Tuhan Saja-lah. Kita tidak perlu mencampurinya, bukan? Namun, negara ini perlu memberikan kuburan khusus bagi para koruptor atau jika mungkin dibuang saja jasadnya ke laut agar tidak mengotori rahim dunia yang memang sudah renta ini. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

ORGASME POLITIK

Di Tahun 2013-2014 mendatang rakyat Indonesia akan disibukkan dengan pemilihan umum, mulai dari pemilukada bupati/wali kota, gubernur dan pemilu legisltaif anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Dari segi finansial untuk membiayai perhelatan demokrasi itupun tidak sedikit dan semua pembiayaan itu pasti akan menyedot anggaran baik APBN maupun APBD.
Itulah sistem demokrasi yang telah menjadi pilihan dan harus dibiayai negara untuk mencari pemimpin yang berkualitas pilihan rakyat.

Tampaknya, menjadi pemimpin adalah suatu orgasme yang diinginkan banyak orang (apalagi potensial untuk meraihnya). Sementara banyak orang yang sudah atau sedang menjadi pemimpin tidak menginginkan kenikmatannya hilang atau diambil oleh orang lain, sehingga mempertahankan kepemimpinan menjadi keniscayaan (dengan cara apapun bisa). Sedangkan sebagian orang yang memimpikan orgasme kepemimpinan itu berdaya upaya untuk bisa jadi dan merebutnya dari pemimpin yang lagi berkuasa.

Karena itu, menjelang pemilihan umum, berbagai partai politik dan aktor politiknya telah mulai menggelar berbagai langkah, manuver, dan strategi politik dalam rangka meraih kemenangan politik. Akan tetapi menurut Piliang (2001) berbagai langkah, manuver dan strategi politik itu disebabkan kelemahan struktural masyarakat politik kita dan telah menciptakan berbagai ekses, khususnya ekses demokratisasi sebagai akibat dari penerapan demokrasi di atas kekaburan fondasi dan ketidaktahuan tentang makna demokrasi itu sendiri.

Dalam kondisi yang demikian, demokrasi dicampuradukkan dengan anarki; demokrasi diartikan sebagai anything goes; partai politik dan aliansi-aliansi politik terbentuk tanpa konsistensi; elite-elite politik lahir tanpa keterampilan, kecerdasan, intelektualitas dan visi politik, akibatnya bermunculan petualang politik menjadi sebuah petualangan yang tanpa etika dan rasa malu. Lihat saja dalam berbagai perhelatan pemilukada atau pemilu lainnya seakan strategi apapun bisa dilakukan demi mencapai suatu orgasme politik atau menjadi pemimpin.

Guna mempertahankan orgasme politik, para aktor politik dapat berbuat apa saja agar kepemimpinan tidak diambil alih orang lain. Isu-isu SARA pun dapat dijadikan senjata untuk menjatuhkan lawan politiknya (masih ingat isu-isu SARA yang dihembuskan oleh tim sukses Foke-Nara untuk menjatuhkan elektibilitas Jokowi-Ahok). Dengan demikian, Isu apapun bisa menjadi strategi untuk mengalahkan lawan politiknya dan sampai kepada fitnah bahwa orang tua si lawan politik dapat menjadi sasaran tembak.

Orgasme menjadi dan mempertahankan kepemimpinan politik menjadi suatu kenikmatan tersendiri, sehingga mereka yang mengejar orgasme politik dapat mempertaruhkan apapun (baik materi non materi) demi suatu orgasme itu. Sementara, bagi mereka yang mempertahankan orgasme politik dapat lebih sadis/keras untuk mempertahankannya. Di ranah itu etika, moral dan norma-norma agama hanya sebatas pajangan etalase untuk menarik sang pemilih. Itulah jadinya, kalau struktur budaya politik kita lemah, seakan tidak ada yang bisa mengontrol para aktor politik dan bebas melakukan strategi politik apapun serta terbebas dari ikatan etika dan norma politik.

Suatu fenomena yang menarik menjelang perhelatan demokrasi, seperti pemilu, bahwa mereka dapat berubah 1000% menjadi orang baik, peduli terhadap nasib rakyat, masuk ke rumah-rumah sakit sekedar untuk menyampaikan rasa simpati terhadap penderitaannya, dan menjadi dermawan yang membantu siapapun yang membutuhkan. Sungguh, perilaku kebaikan tersebut sebatas kamuflase politik dan sekedar untuk menarik simpati rakyat yang akan memilih, padahal ending akhirnya semata-mata untuk bagaimana mempertahankan orgasme politik semata. Padahal, kalau ditelisik lebih mendalam apa yang di dapatkan rakyat ini selama kepemimpinannya empat setengah tahun berkuasa, misalnya. Sepertinya, rakyat ini perlu memberikan shockterapy bagi aktor politik pecinta argasme semata yang tidak mengindahkan etika dan norma politik santun.

Kata Yasin Kastro (seorang aktivis yang tinggal di Mataram) bahwa jika mungkin para aktor politik pengejar orgasme politik diberikan hukuman oleh rakyat untuk tidak memilihnya sampai mereka sadar bahwa strategi yang dilakukannya sangat tidak mendidik. Seharusnya, mereka memberikan pendidikan politik yang santun dan mengarahkan pendidikan politik untuk mewujudkan suatu masyarakat yang cerdas dalam memilih menuju kualitas pemilu yang baik. Semoga kita terhindar dari perilaku aktor politik pecinta orgasme politik demi mempertahankan jabatannya semata. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

Kamis, 04 Oktober 2012

GERAKAN AKAR DI DALAM TANAH

Secara politis tidak ada yang meragukan, pencalonan Tgh Zainul Majdi menjadi gubernur untuk periode yang keduanya. Walaupun secara tersurat Tgh Zainul Majdi atau TGB belum melakukannya dan juga secara terbuka belum disampaikannya kepada publik. Namun demikian dapat dipastikan ia siap maju untuk memimpin NTB untuk kedua kalinya, tinggal menunggu restu dari umminya terci
nta (itulah tradisi yang melekat pada keluarga besarnya).

Tentu, pencalonan TGB untuk yang kedua kalinya menjadi gubernur, tampaknya masyarakat NTB tidak terlalu antusias (sebagaimana saat pencalonan sebelumnya). Mengapa? karena waktu itu masyarakat NTB sangat berharap terlalu besar untuk membawa daerah bumi gora ke arah yang lebih baik. Tetapi harapan masyarakat itu seakan jalan di tempat, bagaikan seorang musafir yang mengharapkan air di padang pasir yang luas dan gersang. Kepemimpinannya selama 4,5 Tahun ini belum memberikan hasil secara kuantitatif untuk membawa daerah ini naik kelas (terutama dilihat dari IPM), NTB masih berada pada peringkat nomor dua dari bawah.

Sungguh, bertolak belakang antara harapan rakyat dengan kebaikan personal sang pemimpin. Artinya kebaikan secara personal tidak serta merta membawa kebaikan bagi rakyat umum. Secara personal, TGB dapat digolongkan sebagai ulama yang baik dan tidak ada seorangpun yang meragukan itu, namun dari perspektif sosiologi politik, tampaknya kebaikan personal itu bisa menjadi kelemahannya sekaligus. Dalam hal-hal tertentu, kebaikan personal itu justru menjadi bumerang atau ketidakbaikan secara sosial, buktinya banyak kebijakan-kebijakan pemerintahan yang tidak terkawal dengan baik alias terjadi pembangkangan secara terselubung (meminjam istilah Chalmer). Kasus petani tembakau yang semakin resah bisa menjadi bukti, betapa pemerintahan TGB dipertanyakan oleh masyarakat, belum lagi program-program lainnya yang dianggap gagal.

Program sejuta sapi, menjadi rujukan betapa kebaikan personal tidak menjamin terselenggaranya pemerintahan yang baik dan memberi efek positif bagi terwujudnya suatu masyarakat madani di NTB. Siapa yang bisa mengatakan bahwa program sejuta sapi menjadi program yang berhasil? padahal kucuran dana pemerintah untuk membackup program itu sangat luar biasa banyaknya. Jangan-jangan kegagalan program itu karena budaya masyarakat yang kurang mendukung dan atau ada gerakan akar di dalam tanah, tetapi entahlah. Kita sebagai orang awwamul awwam pasti akan mengatakan TGB gagal memimpin NTB menuju tata kehidupan rakyat menjadi lebih baik.

Dalam banyak kesempatan, saya sering berdiskusi dengan Tgh Shafwan Hakim sebagai ketua FKSPP (Forum Komunikasi Pondok Pesantren) NTB tentang keharusan untuk melakukan evaluasi dan supervisi terhadap keberadaan bantuan-bantuan sapi di masyarakat. Sebab Tgh Shafwan Hakim berkeyakinan banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Sungguh ironis kalau keyakinan itu terbukti. Tentu, sebagai rakyat yang mencintai ulama menjadi umara hanya bisa berharap agar TGB harus lebih tegas, selektif, adil, dan berani menindak siapapun (jika ada) pejabat yang memainkan akar di dalam tanah.

Guna memuluskan keinginannya untuk mencalonkan diri menjadi gubernur NTB di periode kedua, sewajarnyalah gubernur TGB harus melakukan supervisi dan evaluasi terhadap semua program pemerintahannya yang baik dan bagus itu. Tentunya, sebagai masyarakat harus mengacungkan jempol dan mengapresiasi banyak terobosan program selama pasangan BARU memimpin NTB, baik dalam bidang kesehatan, pertanian, pemberdayaan masyarakat, kerajinan (batik SASAMBO misalnya), perkoperasian, pengembangan pariwisata (visit lombok sumbawa) dan tentunya pendidikan. Hanya kelemahannya masih minimnya untuk melakukan evaluasi dan supervisi faktual ke lapangan untuk membuktikan kebenaran laporan bawahannya.

Dalam bidang pendidikan, telah banyak melakukan terobosan dalam hal pemberian beasiswa, pemberian dana hibah ke lembaga-lembaga pendidikan swasta (walau dua tahun terakhir tidak jelas lagi). Kesemua terobosan program-program pembangunan itu (terutama yang sudah berjalan) memang belum dirasakan oleh semua elemen masyarakat, tetapi harus diamini saja program-program hibah pendidikan itu sudah dirasakan masyarakat. Hanya saja perlu kehati-hatian dalam pemberian bantuan dana hibah itu dan sebisa mungkin diperuntukkan bagi semua elemen masyarakat NTB.

Mudahan pada periode keduanya menjadi gubernur mendatang (yang rencananya pemilukada gubernur akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 mendatang), TGB dapat berbuat maksimal untuk kebaikan semua elemen masyarakat NTB. Program-program yang yang baik (sedang dan sudah) berjalan dapat dipertahankan dan membuat terobosan program yang lebih baik lagi supaya NTB pada periode kedua TGB menjadi gubernur dapat membuat daerah ini naik kelas (tidak lagi peringkat kedua dari bawah diantara provinsi yang ada). Kita hanya bisa berharap agar TGB dapat mewujudkan mimpi masyarakat NTB untuk naik kelas syaratnya TGB harus peka terhadap kemungkinan ada permainan akar di dalam tanah. wallahul muwaffiq ila Darissalam

Rabu, 03 Oktober 2012

BELAJAR DARI KEMENANGAN JOKOWI - AHOK

Pemilukada Gubernur NTB tinggal beberapa bulan lagi dan menurut jadwal sementara KPU NTB akan dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2013 mendatang. Namun demikian, bakal calon gubernur masih berada di bawah ufuk alias belum berani menampakkan dirinya, karena memang partai politikpun masih menunggu restu dari pimpinan pusatnya masing-masing atau boleh jadi karena s
ebagian besar parpol tidak memiliki kader yang layak untuk dipertandingkan (untuk tidak mengatakan diadu) dalam pemilukada mendatang.

Berangkat dari kondisi tersebut di atas, maka menjadi rasional kalau beberapa parpol tidak berani gambling untuk bertarung pada pemilukada gubernur mendatang, kalau pada akhirnya menjadi pecundang. Tampaknya secara kasat mata incamben masih punya elektibilitas tinggi untuk memenangkan pemilukada gubernur mendatang, namun bukan menjadi alasan partai politik tidak berani bertarung. Sangat berbahaya kalau partai politik tidak mengajukan kader-kader terbaiknya pada pemilukada mendatang sebab jangan sampai gubernur incamben melawan tong kosong. jika menang malah baik, kalau kalah lawan tong kosong, maka kiamatlah demokrasi kita.

Kecendrungan beberapa partai politik besar (dilihat dari kursinya di DPRD) secara terang-terangan akan memberikan suaranya ke gubernur incamben (TGB), lalu bagaimana halnya dengan partai-partai kecil, pastinya akan berfikir seribu kali untuk mengajukan calonnya. Sebut saja PDI Perjuangan dan partai Golkar sudah terang-terangan mendukung TGB melalui ketua umumnya masing-masing.

Terus terang saya sangat hawatir atas fenomena tersebut di atas, sebab bukan tidak mungkin nantinya partai-partai lainnya akan memberikan dukungannya kepada incamben...wah bisa berabe (meminjam istilah Engkong Ridwan Saidi). Kecendrungan dan kasak kusuk partai-partai kecil ke arah itu sangat besar, kalau itu terjadi lalu dengan siapa nantinya TGB bertanding? pastinya, demokrasi di NTB akan menjadi menarik dan bisa jadi akan mendapatkan rekor muri karena satu-satunya calon yang akan melawan tong kosong. Semoga tidak.

Ya, kalau semua partai politik bersuara yang sama medukung TGB untuk periode yang kedua kalinya, maka satu kemungkinannya melawan bakal calon dari independen (itupun kalau ada dan berani), wong dari parpol saja tidak berani, lalu bagaimana halnya dengan bakal calon independen, tetapi entahlah dan kita tunggu, siapa yang berani bertarung melawan gubernur incamben.

Memang saat ini sudah muncul pesaing dan sudah bersosialisasi yakni Dr.KH. Zulkipli Muhdi, MM (Bupati Sumbawa Barat) dan sekaligus menjadi ketua DPW Partai Bulan Bintang NTB. Kehadiran kiai Zul menjadi amunisi baru dan penghangat proses demokrasi di NTB. Kalah menang menjadi sesuatu yang alamiah dalam setiap permainan. Kehadiran kiai Zul menjadi bakal calon gubernur mendapat dukungan dari YATOFA pimpinan TGH Fadli Thahir Bodak Lombok Tengah dan kini dukungan terhadap kiai Zul sudah menyebar bagaikan bola salju yang meleleh menerjang semua lini strata masyarakat (apalagi YATOPA ikon NU Lombok Tengah).

Gerakan kiai Zul sudah memasuki jantung beberapa organisasi sosial keagamaan dan tentunya partai Bulan Bintang sebagai motor utamanya. Kelihatannya, pertarungan bisa menjadi imbang dan panas, sebab PBB merupakan partai yang telah ditalak lima oleh TGB beberapa waktu lalu atau sebelum akhirnya berlabuh di partai demokrat. Juga, yang mungkin akan membuat suasana menjadi panas nantinya, kalau isunya mengarah kepada isu ideologi, artinya isu NW VS NU, tetapi semoga saja isu ideologi itu tidak muncul dengan adanya bakal calon lainnya.

Terus terang, saya sangat hawatir terhadap fenomena menguatnya dukungan banyak partai politik terhadap TGB, sebab kemenagan Jokowi dan Ahok menjadi bukti semakin memudarnya atau melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik. Kemenangan Jokowi dan Ahok sebenarnya bukan kemenangan koalisi PDIP dan Gerindra tetapi semata-mata karena pigur dan keberhasilan keduanya ketika menjadi wali kota Solo dan Bupati Babel. Partai politik hanya sebatas pintu masuk karena memang undang-undang mempersayarat bahwa yang berhak mengajukan bakal calon adalah partai politik, gabungan partai politik dan calon perseorangan. Sebaiknya, partai politik harus segera melakukan evaluasi. Jokowi dan Ahok dapat dijadikan indikator untuk melakukan evaluasi itu. Kalah menang biasa demi suatu proses demokrasi yang sehat. Melawan tong kosong suatu keniscayaan untuk mendapatkan rekor muri, jika partai politik tidak punya nyali untuk bertarung.

Namun, saya pun sangat percaya bahwa partai demokrat tidak serta merta menerima begitu saja semua bentuk dukungan dari partai politik kecuali melalui suatu proses politik yang bernama koalisi partai. Tentu semua bentuk dukungan itu, satu segi dapat dianggap sebagai pendorong untuk tampilnya kembali TGB sebagai bakal calon gubernur dari partai demokrat, tetapi segi yang lain seharusnya menjadi bahan kajian dan evaluasi atas kinerjanya selama empat setengah tahun memimpin NTB.

Evaluasi empat setengah tahun kepemimpian tidak ada salahnya bukan? Seraya bertanya dalam sanubari terdalam, Sudahkah kepemimpinan kami, telah membawa kemaslahatan bagi masyarakat NTB, sudah berlaku adilkah kami, terhadap semua komponen masyarakat NTB, adakah orang yang terzholimi selama kepemimpinan kami? Semua pertanyaan itu dan mungkin pertanyaan lainnya, seharusnya dapat dipertanyakan dalam hati terdalam. Ajaklah suara hati kita berdialog tentang semua hal yang pernah dikerjakan atas nama rakyat? bukankah suara hati kita tidak akan pernah membohongi diri kita, Suara hati adalah suara Tuhan yang ada di dalam diri kita, yang akan selalu melarang dan mengingatkan ketika kita hendak berbuat salah.

Dengan demikian, atas hasil evaluasi itu nantinya dapat dijadikan modal untuk maju pada pemilukada NTB yang kedua kalinya. Jika tidak, bukan mustahi itu akan menjadi batu sandungannya. Mari kita belajar dari kemenangan Joko Widodo dan Ahok, serta mari kita mengambil hikmah dari kekalahan Foke dan Nara, menuju NTB bersaing. Begitu juga dengan bakal calon yang lainnya, penting untuk mengajak suara hati kita berdialog seraya bertanya, sudah pantaskah kami menjadi pemimpin NTB mendatang, modal apa yang dapat kami jaminkan untuk kemaslahatan masyarakat NTB, ketika terpilih menjadi gubernur, dan atau pertanyaan lainnya.

Siapapun yang akan menjadi pemimpin NTB ke depan, marilah kita banyak belajar dari rakyat sebelum rakyat sendiri yang akan mengajari kita sebagai pemimpin. Kemengang Jokowi dan Ahok merupakan mimpi buruk bagi siapapun yang tidak pernah menghayati roda gila kehidupan politik. Terlalu percaya diri dengan potensi dan kekuatan yang dimiliki bisa jadi itu benar, namun ketika potensi itu tidak pernah di sirami dengan sentuhan nurani, maka itulah yang justru akan mengalahkan kita. Sentuhlah rakyat ini dengan sentuhan nurani yang berwatak kasih sayang (sebagaimana kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz), mengayomi (sebagaimana Umar bin Khattab), tegas (sebagaimana kepemimpinan Abu Bakar) dan adil (sebagaimana kepemimpinan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib). wallahul muwaffiq ila Darissalam.

TUHANPUN MEMANGGILMU

Rabu pagi (3/10/12), sekitar jam 7.00 wita, saya ikut melepas, bersalaman dan mendo'akan keberangkatan calon jama'ah haji dari desa Tanak Beak, kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Saya melihat pancaran cahaya dan kegembiraan yang sangat dari raut wajah tamu Allah itu, ketika hendak meninggalkan rumah dan negaranya menyambut panggilan Allah Swt menuju pusat peribada
tan yakni kota Makkatul Mukarramah. Memang begitu seharusnya kita bersikap dan menampakan raut wajah dan penuh harap ketika hendak bertemu dengan Ilahi Rabby.

Terus terang saya sangat kagum kepada mereka, walaupun sebelumnya, mereka dalam kondisi psikologis menunggu sampai puluhan Tahun lamanya, seraya tetap mendoakan dirinya kapan kiranya Allah akan memanggilnya menjadi tamu-Nya. Ya, mereka yang berangkat hari ini sudah puluhan Tahun lamanya menunggu antrian menjadi tamu Allah. Ketika tiba gilirannya, mereka sangat gembira dan bersuka ria, tinggal bagaimana menyiapkan diri memenuhi panggilan Ilahi itu.

Wujud dari kegembiraan dan suka cita itu, Muslim Sasak menyiapkan dirinya dengan berbagai macam acara selamatan, zikiran dan selakaran atau membaca kitab albarzanji. Aneka bentuk acara tersebut dilaksanakan pada malam hari sampai menjelang keberangkatannya. Memang secara dzohir kegiatan selamatan selama puluhan hari itu membuat calon jamaah haji tampak kelelahan menyambut para tamunya, tetapi itulah tradisi yang sulit sekali dihilangkan dari muslim sasak. Namun, dari segi batiniah, aneka macam acara tersebut dapat dijadikan sebagai proses pematangan mental menuju proses haji yang sesungguhnya (yang mungkin lebih berat) tantangannya, baik dari segi cuaca, klimatologi maupun panas dan gersangnya padang Arofah. Kesemuanya merupakan proses pematangan dan ibadat semata.

Karena berhaji merupakan suatu proses meniru jejak ibadat yang diwariskan oleh nabi Ibrahim As dan putranya Nabi Allah Ismail As, maka persiapkan diri baik dzohir maupun batin. Persiapan secara matang menuju haji yang sesungguhnya, boleh jadi merupakan suatu bentuk mentalitas menuju penghambaan sejati. Kesiapan nabi Allah Ismail As yang siap menyerahkan nyawanya, ketika sang Ayah (Nabi Ibrahim As) menyampaikan perintah Tuhan kepada dirinya untuk disembelih. Dengan kematangan jiwa, Nabi Ismail As menjawabnya, lakukan dan jalankan perintah Allah itu wahai ayahanda. Tentu, nabi Ibrahim As tidak menyangka jawaban yang diberikan putranya tercinta.

Perintah itu, sebenarnya merupakan suatu bentuk ujian keikhlasan penghambaan kedua kekasih Allah itu. Karena keikhlasannya yang sungguh-sungguh, maka kedua hamba Allah itu lulus dari ujian dan nyawa Ismail tergantikan oleh seekor domba besar dan menjadi ritual haji yang mesti dilalui semua calon jamaah haji. Semoga Allah menjadikan para calon jamaah haji nantinya menjadi orang-orang yang ihklas dan menjadi haji mabrur. Menggapai haji mabrur menjadi keharusan yang mesti dituju oleh semua calon jamaah haji, sebagai wujud dari panggilan Allah Swt. Sehingga sesampainya di tanah air kembali dapat membawa kemaslahatan bagi ummat manusia. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

Selasa, 02 Oktober 2012

KESAKTIAN PANCASILA VS KESAKTIAN UANG

Sekedar rutinitas semata...kira-kira itu yang dikatakan oleh sebagian warga masyarakat yang lagi asik ngobrol sambil minum kopi tubruk di suatu Pos Ronda. Lo, kok rutinitas, maksudnya? ya, kemarin, katanya kami menyaksikan apel bendera memperingati hari Kesaktian Pancasila...tidak lebih dari rutinitas tahunan apel semata, khan. Toh, usai acara apel tidak bisa
memberikan semangat apapun untuk kemajuan bangsa dan negara ini, malahan mereka (yang ikut apel) yang telah membuat negara ini bangkrut. Lihat saja, korupsi semakin merajalela dan bahkan sudah memasuki urat nadi negara ini.

Sebagai rakyat yang tidak punya power seperti kita (di pos ronda) ini, bisanya hanya ngerumun (bahasa Sasak) atau ngedumel, tidak lebih dari itu. Kita sudah dapat berharap banyak dari kerja-kerja KPK untuk memberantas korupsi tetapi banyak pejabat legislatif dan eksekutif yang tidak nyaman olehnya, akibatnya KPK diserang dari semua sudut, berusaha diamputasi dan akan dibiarkan terkapar tanpa daya melalui (misalnya) revisi undang-undang KPK, itupun setelah cara-cara lainnya tidak berhasil.

Untung saja rakyat dan beberapa lembaga negara membela dan masih menganggap perlu kebaradaan KPK karena hanya KPK yang masih konsen memerangi korupsi. Gerakan moral dari rakyat cukup efektif memberikan dukungan terhadap kerja-kerja KPK seperti yang dimotori oleh KH Hasim Muzadi (Mantan Ketua PBNU). Sementara lembaga negara semisal Mahkamah Konstitusi melalui ketuanya Prof. DR. Mahfud MD masih menganggap penting KPK guna menekan dan memberantas korupsi di negeri ini.

Itulah ghirah atau semangat yang semestinya menyatu dalam setiap penyelenggara negara ini. Semangat untuk mengejewantahkan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila Sakti. Semua kita sepakat bahwa nilai-nilai yang termaktub di dalam sila-sila Pancasila merupakan sebuah proses konstruksi nilai yang jelas sumber dan nilai budayanya. Nilai-nilai dalam Panca Sila sakti tersebut merupakan nilai luhur dari budaya masyarakat Indonesia, mulai sila Ketuhanan sampai dengan sila keadilan sosial. Tampaknya, nilai-nilai tersebut sudah sangat lama kita keluarkan dari diri dan kehidupan berbangsa dan bernegara, akibatnya kita terlena dan asik untuk terus mencoba untuk mengaburkan aset-aset negara dan mencurinya untuk kepentingan sendiri. Sungguh telah melanggar nilai-nilai Panca Sila dan pelakunya layak dihadiahi tanah berukuran 1x1 meter persegi (alias kiburan).

Jika sudah seperti itu, pertanyaannya kemudian, ngapain terus saja kita berbohong untuk tetap memperingati kesaktian PancaSila kalau akhirnya uang negara kita habiskan untuk beritual seperti itu, sementara hasilnya tidak membekas dalam sanubari para pengelola negara ini. Bukankah itu, suatu bentuk kemubaziran saja? Ya, tetapi entahlah, daripada tidak melakukan ritual apel tahunan memperingati hari kesaktian Panca Sila...khan, lebih baik apel tetap diadakan (kata salah seorang warga di pos ronda) agar pejabat tidak lupa akan peristiwa penting itu.

Sepertinya, kata seorang lainnya, kesaktian Panca Sila sudah kehilangan tuahnya (atau sudah tidak sakti lagi), buktinya sudah kalah dengan kesaktian uang. owalah, kata lainnya, ada, ada saja kamu ini, kok sampai membandingkan kesaktian Panca Sila dengan kesaktian uang segala. Tetapi kalau dipikirkan benar juga, ya? ternyata uang lebih sakti ketimbang Panca Sila, buktinya Panca Sila yang di dalamnya (ada sila Ketuhanan yang maha esa) toh kalah juga dengan kesaktian uang. Dengan uang semua orang bisa melupakan sesuatu yang bernilai baik (seperti lupa Tuhan, lupa Istri dan keluarga). Dan dengan uang semua orang bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkannya (beli Tuhan baru, istri baru dan kesaktian baru).

Dengan demikian, jika diadakan adu kesaktian antara kesaktian Panca Sila VS Kesaktian Uang, maka pasti akan dimenangkan oleh pemuja kesaktian uang. Namun, perlu disadarkan bahwa uang walaupun sakti tidak menjamin hidup manusia menjadi lebih nyaman, tentram, aman dan bahagia (apalagi uang hasil korupsi), tetapi dengan uang manusia bisa menjadi aman, nyaman, tentram dan hidup bahagia, bila mampu mendermakannya dengan jalan kebaikan, banyak memberi kaum papa, membayar zakat dan bentuk kebaikan lainnya. Kesaktian Panca Sila dan Kesaktian uang dengan demikian akan mendatangkan kemaslahatan bagi sesama selama kita dapat mendermakannya. Panca Sila sebagai suatu nilai normatif dapat menjadi pengarah perilaku manusia untuk dapat menjinakkan kesaktian uang untuk kemaslahatan ummat, masyarakat bangsa Indonesia. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

TAWURAN MENJEMPUT MAUT

Dunia pendidikan kembali tercoreng dengan ulah sekelompok siswa tawuran di Jakarta. Tawuran pelajar kali ini antara pelajar SMAN 6 dengan SMAN 70 Jakarta, akibatnya telah menelan kurban jiwa. Penyebab tawuran antara pelajar kedua SMAN paporit itu belum diketahui secara pasti, namun secara sosiologis lebih disebabkan oleh identitas korp yang kuat dan berlebihan. Oleh karena itu, hal-h
al sepelepun (seperti bersenggolan di jalan) bisa menyebab tawuran yang berakhir kematian.

Dari data yang sudah terekam media, peristiwa tawuran sudah berlangsung 150 kali dan 15 orang meninggal dunia. Kejadian yang terus berulang-ulang seperti itu, bukan suatu persoalan yang sepele (apalagi sampai ada kurban meninggal) tetapi tampaknya pemerintah (dalam hal ini pihak Kementrian pendidikan) terkesan lamban dan tidak menemukan akar permasalahan tawuran itu, makanya kejadian tawuran seolah menjadi sesuatu kebiasaan dan gagah-gagahan yang terus terulang.

Tawuran itu merupakan realitas sosial yang dapat dilihat secara subjektif maupun objektif. Pada aras ini secara teoritis perilaku tawuran pelajar itu lebih disebabkan oleh identitas korp yang terlalu berlebihan antara korp SMAN 6 dengan SMAN 70 Jakarta. Berdasarkan teori-teori sosial, identitas kelompok, seperti identitas sekolah, etnis dan identitas budaya bangsa merupakan dialog antara individu dan masyarakatnya. Dialog atau interaksi antara individu dengan komunitas dapat terjadi transformasi atau perubahan ataupun terjadi status quo di dalam pembentukan identitas kelompok. Sudah tampak terlihat bahwa betapa peranan pendidikan baik formal, non formal dan informal di dalam terbentuknya modal kultural dan modal sosial dari komunitas.

Modal kultural tampak di dalam institusi-institusi di dalam masyarakat yang dibentuk melalui sistem pendidikan. Modal sosial merupakan kewajiban-kewajiban sosial yang terinstitusionalisasikan misalnya di dalam bentuk-bentuk kehormatan dalam masyarakat. Setiap individu dibekali dengan identitas tertentu sebagai modal awal dalam komunitasnya. Tingkat-tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang akan menyebabkan proses perubahan (retranslation) dengan memberikan berbagai kemungkinan yang terbuka. Dengan kata lain proses pendidikan akan membuka kemungkinan transformasi identitas seseorang dan tentunya proses transformasi tidak akan berjalan secara otomatis.

Identitas seseorang ketika memasuki suatu komunitas dengan sendirinya terintegrasi menjadi kesatuan yang mungkin sangat mempengaruhi atau merubah identitas individu. Atau dengan kata lain, ketika identitas kelompok menguat maka idenitas individu secara gradual mengalami perubahan dan menyesuaikan dengan identitas kelompok. Hal itu, terlihat saat pelaku tawuran menangis sejadinya dan meronta-ronta ketika digelandang ke kantor polisi. Saat di gelandang ke kantor polisi si individu sudah keluar dari identitas kelompoknya atau korpnya yang begitu kuat.

Pembentukan identitas korp penyebab tawuran pelajar tersebut terlahir dari suatu proses rasional, terprogram dan sistematis di dunia persekolahan. Identitas korp tersebut dapat terlahir melalui proses mos, opspek atau istilah lainnya (seperti oscar atau orientasi cinta almamater sebagaimana di IAI Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah NTB). Barangkali cara-cara dan program pengenalan sekolah atau kampus dapat dirancang dengan tujuan untuk memperkenalkan bentuk, media, dan jenis pelayanan yang akan didapatkan peserta didik ketika berada di dunia persekolahan. Seharusnya cara-cara kekerasan dalam pengenalan kampus atau sekolah sudah mulai ditinggalkan dan digantikan dengan cara-cara tersebut di atas.

Dan juga, semua guru, komite sekolah, orang tua wali dan stake holder harus bekerjasama untuk membangun generasi yang cerdas (emosional dan sosial), berakhlak dan bertanggungjawab dengan berpedoman pada prinsip memanusiakan manusia. Dewan guru harus menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya (pada semua aspek), dan jika guru diketemukan berbuat yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan, dan etika, maka pemerintah harus memberikan sanksi yang keras, Sebab guru merupakan wakil Tuhan dalam pendidikan. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

BERSIKAP TERHADAP ALAM

Nabi Saw bersabda, "Janganlah ada di antara kamu buang air kecil pada air tenang dan tidak mengalir kemudian ia mandi pula di dalamnya" (HR Buhari).

Hadits tersebut merupakan bentuk ajaran bagaimana bersikap terhadap alam. juga kaitan dengan itu, dianjurkan untuk menghemat air, dianjurkan untuk melakukan penghijauan, dilarang menebang pohon sembarangan, pemanfaatan sumber
alam dengan bijaksana. Targib wa tarhib itu seringkali diabaikan dan dilanggar oleh manusia yang karenanya tidak hanya kerugian bagi manusia sendiri tetapi juga bagi semua mahluk di bumi ini.

Beberapa bencana yang seringkali menggauli manusia seakan telah menjadi pelanggannya yang setia, diantaranya adalah gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, tsunami, banjir bandang, hujan es, badai, kebakaran, kekeringan yang semakin meluas di negeri ini.

Semua kejadian dan peristiwa alam itu terjadi tidak lepas dari perilaku serakah manusia. Berikut ini beberapa contoh perilaku manusia terhadap alam yang melewati batas, yakni eksploitasi SDA, pengelolaaan sampah, limbah industri, polusi udara, perilaku korporasi yang semata-mata mengejar profit tanpa mempertimbangkan keberlansgungannya.

Allah Swt jauh-jauh hari telah memperingatkan agar manusia jangan melampaui batas dan semua bentuk kejadian akibat dari perbuatan manusia sendiri. "Telah tanpak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Qs Ar-Rum: 30.

Seharusnya kita segera menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah Swt sudah ada ukuran-ukuran tertentu. Apabila manusia ukuran tersebut, maka akan menimbulkan akibat yang akan menimpa manusia itu sendiri. Seperti pepohonan dalam hutan yang tumbuh lebat di pegunungan. Tanaman pohon itu memberikan keseimbangan yang luar biasa, yakni menahan air dari langit, menahan tanah dari longsor, peredup pandangan dan lain-lainnya.

Begitu halnya dengan air. Anugerah Allah Swt ini diberikan kepada manusia melalui hujan, kemudian ditampung di permukaan bumi melalui sungai, danau dan lautan yang dapat dimanfaatkan manusia untuk dijadikan minuman dan penyempurna makanan, juga sebagai alat pembersih udara dan kebutuhan manusia lainnya.

Kini setelah alam ini telah mulai marah, manusia sangat panik dan mengadu-adu kepada Allah Swt, seraya bercap "ya Rabb, apa salah dan dosa kami, sehingga kau timpakan bencana-bencana ini". Ya, itulah perilaku manusia yang khas ketika berhadapan dengan bencana dan sebaliknya melupakan-Nya di saat bahagia. Dikarenakan kasih dan sayang-Nya kepada manusia, maka Allah Swt mengingatkan manusia dengan segala macam bencana agar manusia cepat kembali tersadar akan eksistensi dirinya sebagai mahkluk yang lemah di hadapan Allah Swt.

Karenanya, (khususnya di Lombok NTB) sudah bermunculan para tokoh agama yang sangat peduli terhadap kondisi alam yang semakin memperihatinkan. Salah satunya adalah TGh Shafwan Hakim (pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri, Lombok Barat. Sudah 25 Tahun melalui jaringan Pesantrennya terus melakukan penghijauan di daerah Lombok dan dari kerja keras serta kepeduliannya terhadapa alam itu, ia dianugerahi penghargaan "Kalpataru" oleh Presiden SBY pada Tahun 2011 lalu. Tentu, apa yang telah dilakukannya tidak lepas dari fakta kerusakan hutan dan alam ini dan semangatnya menjalankan perintah Allah Swt untuk tidak merusak alam. Itulah salah satu bentuk perilaku manusia yang akan membuat alam ini dapat hidup nyaman bersama manusia. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.