Sebagai
warga negara, saya sangat kaget dengan terobosan yang dilakukan oleh
SBY selaku ketua Demokrat yang mengundang para tokoh lintas partai untuk
mengikuti konvensi capres partai Demokrat. Perilaku SBY itu terkesan
tidak menghargai eksistensi partai lain dan bahkan lebih jauh dianggap
tindakannya itu di luar kepatutan beretika politik.
Apa sih susahnya meminta
ijin kepada partai politik sebelum mengundang kader partai lain untuk
ikut konvensi. Atau tindakannya itu sebagai pembuktian bahwa SBY memang
sedang galau memikirkan para kadernya yang kurang bisa bersaing untuk
berebut kursi keprsidenan pasca dirinya. Atau dengan kata lain, kader
partai demokrat tidak ada yang patut untuk menggantikan dirinya menjadi
presiden dan kalah populer dengan tokoh partai lain sehingga melakukan
tindakan di luar kepatutan etika politik.
Tentu, tindakan
politik yang dilakukan SBY selaku ketua Demokrat sangat disayangkan oleh
partai politik lainnya. Ketersinggungan partai politik lainnya tentu
bisa dimaklumi karena memang masih mengedepankan etika dalam berpolitik.
Buktinya mereka tersinggung dan keberatan atas tindakan ketua Demokrat
yang mengundang kadernya tanpa ijin dari para ketua partai politik.
Para tokoh lintas partai politik yang menerima undangan ketua Demokrat
bertindak sangat arif dan sekaligus menyatakan eksistensi dirinya.
Maksudnya, mereka menghargai undangan pak SBY dengan menghadirinya dan
dalam jeda waktu yang tidak lama mereka menyatakan tidak siap ikut
konvensi partai Demokrat karena masih menjadi kader partai lain.
Yang bisa dibaca dari ketidaksiapan para tokoh lintas partai itu adalah
mereka masih mengedepankan etika politik dan sekaligus sebagai kritik
dan pembelajaran untuk tetap bermain dalam irama kepatutan yang semakin
memudar di negeri ini. Membangun citra politik di tengah reruntuhan
moralitas politisi memang tidak gampang dan butuh waktu lama. Kearifan
dan kedewasaan dalam berpolitik menjadi kata kunci untuk membangun citra
politik demokratis yang lebih baik.
Membangun citra politik
minus etika kepatutan politik pasti akan menenggelamkan citra baik
partai politik itu sendiri. Mundurnya tokoh lintas partai politik itu
dari arena konvensi partai Demokrat seharusnya menjadi pembelajaran
untuk menghargai kader partai lain demi terbangunnya suatu harmonisasi
kehidupan politik yang demokratis. Etika politik harus tetap menjadi
basis pembangunan perpolitikan di negeri tercinta ini agar persaingan
politik dalam medium demokrasi terasa lebih indah dan bermartabat.
Kebun Mahoni, Bilebante Loteng, 08092013.08.54
Jumat, 13 September 2013
MEMBANGUN CITRA POLITIK MINUS ETIKA
23.13
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar