Jumat, 17 Mei 2013

BERPOLITIK DENGAN CEMBURU

Calon anggota legislatif ternyata mempunyai banyak peminat. Di suatu desa sekitar kecamatan Narmada terdapat tidak kurang dari 15 calon anggota legislatif. Masyarakat di desa itu sampai terheran-terheran karena baru kali ini muncul caleg sampai belasan. Apa yang melatari mereka ingin menjadi caleg? Apa karena dorongan kesadaran politik ataukah karena kecemburuan menjadi anggota DPR itu menjanjikan? Jika keinginannya menjadi caleg semata-mata karena mencari pekerjaan, maka sungguh kita sebagai rakyat tidak akan pernah bisa berharap banyak untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat? Atau sungguh karena kecemburuan semata-mata?


Keheranan masyarakat itu lebih disebabkan karena mereka para caleg dikenal masyarakatnya sebagai orang biasa yang tidak luar biasa. Dari segi aktivitasnya cendrung tidak terlalu bermasyarakat. Segi ekonomi juga berada tidak lebih dari margin garis kemiskinan. Dari segi pengaruh juga tidak sama sekali. Lalu apa? Mungkin karena kecemburuan terhadap penampilan para legislator yang terlihat wah, berkaca mata Rayband, bermobil bagus dan begitu pula penampilan keluarganya berubah drastis. Pokokne bede wah penampilane, kata Wak Camet.

Kalau benar anggapan itu, lalu apa yang bisa diharapkan dari para legislator yang terhormat itu. Jangan pesimis dulu, Wak kata Wak Edok. Kita harus tahu tahu dulu tugas dan kewajiban legislator. Kira-kira tugas legislator apa Wak. Ada tiga tugas utama para legislator yakni membuatq undang-undang (peaturan daerah), politik anggaran dan controlling terhadap kerja eksekutif. Selama mereka menjalankan tugasnya dengan baik, tentu sebagai rakyat herus mendukungnya.

Karena tugasnya yang begitu mulia, lalu bagaimana juga dengan kualitas calon legislator? Dari DCS yang sudah dipublish terlihat masih banyak yang berpendidikan SMU sederajat dan paket C. Bagaimana mau bicara kualitas kalau masih memakai ukuran minimal persyaratan seperti itu, tanya Wak Camet. Masalah kualitas bisa dibicarakan kemudian dan yang terpenting adalah memenuhi standar atau lulus administrasi. Bukankah, banyak anggota DPR tiba-tiba menjadi sarjana dan magister di tengah-tengah kesibukannya? Ini kalau kualitas legislator mau dipermasalahkan.

Bagi saya, kualitas dan sejenisnya tidak menjadi begitu penting bagi legislator namun yang penting adalah kemampuan dalam mengawal semua kebijakan pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Saya kira, hal ini juga yang diharapkan masyarakat dari para legislator. Kalau berharap lebih tentu tidak, tetapi paling tidak mereka menjalankan tiga tugasnya dengan baik dan akuntabel sehingga masyarakat merasa tenang menjalankan aktivitas. Terus terang selama ini masyarakat selalu dipusingkan dengan drama yang selalu diperankan oleh penyelenggara pemerintahan. Panggung depan tampak anggun namun panggung belakang penuh jebakan dan kongkalikong. Sungguh tindak tanduk itu telah mencederai hati dan kepercayaan rakyat.

Memang tidak gampang mendapatkan legislator yang berinegritas dan bermoral baik. Lihat saja sekarang ini, mereka banyak yang terjebak ke dalam kubangan korupsi. Eksekitif dan legislatif seakan berlomba untuk menggarong uang negara akibatnya rakyat sendiri yang menjadi kurbannya. Ketika uang negara hampir habis, maka rakyat sendiri yang harus menanggung beban itu, entah dengan cara menaikkan harga BBM atau menaikkan tarif dasar listrik, dan mungkin dengan menaikkan pajak. Rakyat tetap dalam posisi menanggung penderitaan dan menjadi kurban. Mengapa pemerintah tidak pernah memberikan ruang atau space bagi rakyatnya untuk tenang menikmati hidupnya dengan beban pajak yang sedikit sehingga hidup di negerinya sendiri menjadi lebih nikmat dan bahagia.

Rasa-rasanya agak sulit keinginan tersebut di atas akan tercapai sebab integtitas moral dari penyelenggara pemerintahan masih disangsikan. Mengapa? Karena parpol sebagai pintu masuk menjadi legislator belum melakukan standarisasi terhadap calon legislator. Maksudnya parpol sendiri yang seharusnya melakukan rekam jejak terhadap calegnya, karena tidak mungkin misalnya lembaga lain yang melakukannya. Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan legislator yang berkualitas, berintegritas dan bermoral.

Itulah legislator harapan rakyat. Mungkinkah terwujud? Terus terang saya agak pesimis selama parpol menetapkan caleg melalui tunjuk dan tetapkan. Tentu sistem ini akan berdampak terhadap situasi saling cemburu antar caleg di intern parpol. Inilah yang saya sebut dengan "berpolitik dengan cemburu". Bukan rahasia umum bahwa kekisruhan parpol pada masa pencalegan lebih disebabkan oleh penetapan nomor urut yang tidak transparan. Nah, selama proses untransfaran masih ada maka sulit mengharapkan legislator yang pro rakyat.

Namun, berpolitik dengan cemburu masih akan tetap berlanjut sampai menjelang pemilu 2014 mendatang. Dengan model politik itu akan membuat persaingan menjadi lebih hangat dan panas karena tidak mau kalah bersaing dengan caleg atau partai lain. Akibatnya segala cara dapat dilakukan agar tercapai kemenangan yang diharapkan. Hitam-putih bercampur menjadi satu dengan aroma yang tidak sedap. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.

Tanak Beak, 15052013.10.39.59.


0 komentar: