Calon
anggota legislatif ternyata mempunyai banyak peminat. Di suatu desa
sekitar kecamatan Narmada terdapat tidak kurang dari 15 calon anggota
legislatif. Masyarakat di desa itu sampai terheran-terheran karena baru
kali ini muncul caleg sampai belasan. Apa yang melatari mereka ingin
menjadi caleg? Apa karena dorongan kesadaran politik ataukah karena
kecemburuan menjadi anggota DPR itu
menjanjikan? Jika keinginannya menjadi caleg semata-mata karena mencari
pekerjaan, maka sungguh kita sebagai rakyat tidak akan pernah bisa
berharap banyak untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat? Atau sungguh
karena kecemburuan semata-mata?
Keheranan masyarakat itu lebih
disebabkan karena mereka para caleg dikenal masyarakatnya sebagai orang
biasa yang tidak luar biasa. Dari segi aktivitasnya cendrung tidak
terlalu bermasyarakat. Segi ekonomi juga berada tidak lebih dari margin
garis kemiskinan. Dari segi pengaruh juga tidak sama sekali. Lalu apa?
Mungkin karena kecemburuan terhadap penampilan para legislator yang
terlihat wah, berkaca mata Rayband, bermobil bagus dan begitu pula
penampilan keluarganya berubah drastis. Pokokne bede wah penampilane,
kata Wak Camet.
Kalau benar anggapan itu, lalu apa yang bisa
diharapkan dari para legislator yang terhormat itu. Jangan pesimis dulu,
Wak kata Wak Edok. Kita harus tahu tahu dulu tugas dan kewajiban
legislator. Kira-kira tugas legislator apa Wak. Ada tiga tugas utama
para legislator yakni membuatq undang-undang (peaturan daerah), politik
anggaran dan controlling terhadap kerja eksekutif. Selama mereka
menjalankan tugasnya dengan baik, tentu sebagai rakyat herus
mendukungnya.
Karena tugasnya yang begitu mulia, lalu bagaimana
juga dengan kualitas calon legislator? Dari DCS yang sudah dipublish
terlihat masih banyak yang berpendidikan SMU sederajat dan paket C.
Bagaimana mau bicara kualitas kalau masih memakai ukuran minimal
persyaratan seperti itu, tanya Wak Camet. Masalah kualitas bisa
dibicarakan kemudian dan yang terpenting adalah memenuhi standar atau
lulus administrasi. Bukankah, banyak anggota DPR tiba-tiba menjadi
sarjana dan magister di tengah-tengah kesibukannya? Ini kalau kualitas
legislator mau dipermasalahkan.
Bagi saya, kualitas dan
sejenisnya tidak menjadi begitu penting bagi legislator namun yang
penting adalah kemampuan dalam mengawal semua kebijakan pemerintah demi
kesejahteraan rakyat. Saya kira, hal ini juga yang diharapkan masyarakat
dari para legislator. Kalau berharap lebih tentu tidak, tetapi paling
tidak mereka menjalankan tiga tugasnya dengan baik dan akuntabel
sehingga masyarakat merasa tenang menjalankan aktivitas. Terus terang
selama ini masyarakat selalu dipusingkan dengan drama yang selalu
diperankan oleh penyelenggara pemerintahan. Panggung depan tampak anggun
namun panggung belakang penuh jebakan dan kongkalikong. Sungguh tindak
tanduk itu telah mencederai hati dan kepercayaan rakyat.
Memang
tidak gampang mendapatkan legislator yang berinegritas dan bermoral
baik. Lihat saja sekarang ini, mereka banyak yang terjebak ke dalam
kubangan korupsi. Eksekitif dan legislatif seakan berlomba untuk
menggarong uang negara akibatnya rakyat sendiri yang menjadi kurbannya.
Ketika uang negara hampir habis, maka rakyat sendiri yang harus
menanggung beban itu, entah dengan cara menaikkan harga BBM atau
menaikkan tarif dasar listrik, dan mungkin dengan menaikkan pajak.
Rakyat tetap dalam posisi menanggung penderitaan dan menjadi kurban.
Mengapa pemerintah tidak pernah memberikan ruang atau space bagi
rakyatnya untuk tenang menikmati hidupnya dengan beban pajak yang
sedikit sehingga hidup di negerinya sendiri menjadi lebih nikmat dan
bahagia.
Rasa-rasanya agak sulit keinginan tersebut di atas
akan tercapai sebab integtitas moral dari penyelenggara pemerintahan
masih disangsikan. Mengapa? Karena parpol sebagai pintu masuk menjadi
legislator belum melakukan standarisasi terhadap calon legislator.
Maksudnya parpol sendiri yang seharusnya melakukan rekam jejak terhadap
calegnya, karena tidak mungkin misalnya lembaga lain yang melakukannya.
Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan legislator yang berkualitas,
berintegritas dan bermoral.
Itulah legislator harapan rakyat.
Mungkinkah terwujud? Terus terang saya agak pesimis selama parpol
menetapkan caleg melalui tunjuk dan tetapkan. Tentu sistem ini akan
berdampak terhadap situasi saling cemburu antar caleg di intern parpol.
Inilah yang saya sebut dengan "berpolitik dengan cemburu". Bukan rahasia
umum bahwa kekisruhan parpol pada masa pencalegan lebih disebabkan oleh
penetapan nomor urut yang tidak transparan. Nah, selama proses
untransfaran masih ada maka sulit mengharapkan legislator yang pro
rakyat.
Namun, berpolitik dengan cemburu masih akan tetap
berlanjut sampai menjelang pemilu 2014 mendatang. Dengan model politik
itu akan membuat persaingan menjadi lebih hangat dan panas karena tidak
mau kalah bersaing dengan caleg atau partai lain. Akibatnya segala cara
dapat dilakukan agar tercapai kemenangan yang diharapkan. Hitam-putih
bercampur menjadi satu dengan aroma yang tidak sedap. Wallahul Muwafiq
ila Darissalam.
Tanak Beak, 15052013.10.39.59.
Jumat, 17 Mei 2013
BERPOLITIK DENGAN CEMBURU
22.53
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar