Siapa
yang tidak mengetahui sifat dan watak alamiah dari binatang yang satu
ini. Kelebihan binatang ini dapat menyesuaikan atau tepatnya dapat
melebur dengan benda yang di dekapnya, kecuali dirinya sendiri. Ketika
ia menempel di pohon mahoni seketika warna tubuhnya menyatu dengan
mahoni. Ketika bersandar pada pohon anau maka seluruh tubuhnya berubah
menjadi hitam pekat. Dan ketika menempel pada pohon kamboja maka serta merta tubuhnya berubah putih kehijauan layaknya pohon kamboja.
Sifat dan watak alamiah Bungalon boleh jadi sebagai strategi untuk
mempertahankan hidup atau survival of the lifes. Karakter Bungalon itu
seperti sudah lama diadopsi para tentara di seluruh dunia untuk
mengelabui musuh untuk kemudian siap memberondong musuhnya dengan
senjatanya. Ketika era revolusi fisik tentara kita juga menggunakan
strategi penyesuaian dengan alam, seperti perang gerilya yang dilakukan
oleh rakyat di bawah komando Panglima Besar Jenderal Sudirman. Pasukan
pak Dirman sangat susah ditaklukan karena betul-betul menyatu dengan
alam.
Mencermati konstelasi politik nasional tampaknya partai
politik sedang mencari bentuk yang tepat untuk mendulang suara. Dengan
semakin sedikitnya partai politik menjadi peserta pemilu 2014, tentu
membuat persaingan menjadi ketat dan susah karena masyarakat sudah tidak
peduli dengan parpol. Tentu ketidak pedulian itu proses panjang
interaksi parpol dengan masyarakat yang lebih bersifat kartel. Budaya
politik kartel ini kini menjadi bumerang bagi keduanya. Satu sisi parpol
ingin berbuat untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat, tapi
sisi yang lain masyarakat sudah terlanjur di manjakan dengan budaya
kartel.
Dalam situasi seperti ini, tentu partai politik harus
mengkonstruksi strategi jitu di tengah keterpurukan partai politik.
Evaluasi dan kembali ke jati diri terlahirnya partai politik harus
menjadi perhatian pelaku politik. Bukankah, eksistensi parpol untuk
memberikan pencerahan dan pendidikan politik bagi masyarakat. Situasi
hubungan parpol dengan masyarakat ini harus segera dicarikan jalan
keluarnya, terutama mengakhiri budaya politik kartel.
Kekhawatiran pengamat sosial tentang situasi kepartaian itu sangat
wajar. Kalau hubungan parpol dengan masyarakat masih seperti kartel,
maka saya khawatir akan membuat parpol lebih terpuruk lagi. Kondisi itu
bisa melahirkan politisi instan atau kader jenggot untuk menaiki tahta
kekuasaan. Strategi bunglon untuk mendulang suara menjadi sangat mungkin
dengan tetap mempertahankan budaya politik kartel. Apalagi caleg yang
diajukan parpol lebih banyak caleg jenggot atau instan.
Bunglon
politik, bukan sesuatu mahluk yang tidak jelas wujudnya, tetapi sudah
given dalam tatanan politik nasional. Tinggal bagaimana memaknai
kehadiran bunglon politik untuk perbaikan tatanan dan sistem kepartaian.
Itu yang substansial ketimbang memperdebatkan manusia jenis apa bunglon
politik itu. Bunglon sebagai sebuah strategi politik harus didukung
untuk perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara tetutama kualitas
hubungan parpol dan masyarakatnya. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Mataram, 11 Mei 2013
Jumat, 17 Mei 2013
BUNGALON POLITIK
23.01
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar