Tahun 2013 sudah ditasbihkan menjadi tahun
politik. Rasanya tidak berlebihan pelabelan itu, sebab semua kegiatan
pemerintah diarahkan untuk menyambut perhelatan demokrasi atau pemilihan
umum, terutama penyiapan anggarannya. Walaupun pemilihan umum baru akan
dilangsungkan di tahun 2014 mendatang.
Rona-rona pemilu memang sudah terasa dan gendrang persaingan sudah ditabuh. Partai-partai
politik sudah mulai bersiap menyongsong perhelatan demokrasi itu.
Iklan-iklan politikpun sudah mulai memasuki ruang private masyarakat
yang tersuguhkan lewat media massa, baik cetak maupun elektronik.
Tahun 2013 memang tahun politik. Semua elemen kepemiluan sudah bergerak
sesuai perannya. Pemerintah sudah mulai menyiapkan anggaran pemilu.
Penyelenggara pemilu, seperti KPU dan BAWASLU sudah m dan sedang
menyiapkan regulasi dan peraturan untuk kesuksesan pelaksanaan pemilu.
Partai-partai politikpun sudah tidak bisa berdiam diri untuk menggapai
kemenangan dengan cara apapun.
Sosialisasi melalui iklan
politik boleh jadi merupakan strategi yang pasti akan dilakukan oleh
partai politik peserta pemilu 2014 mendatang. Tercatat di KPU ada 10
partai politik yang akan menjadi peserta pemilu pada pemilu mendatang.
Hal ini lebih sedikit dari pemilu 2009 yang lalu.
Iklan
politik menjadi medium ampuh untuk mensosialisasikan partai politik
peserta pemilu 2014 mendatang, terutama visi, misi, ideologi dan program
kerja partai politik. Kontens iklan menjadi penting karena masyarakat
pemilih sudah tergolong pemilih rasional dan cerdas. Penolakan 100 warga
Sekotong Lombok Barat yang tidak mau didaftar sebagai pemilih menjadi
bukti bahwa masyarakat sudah semakin cerdas. Dan sekaligus menjadi
pendorong pentingnya iklan politik untuk masyarakat.
Hanya
saja, iklan politik tidak ditujukan untuk menyerang atau menjelekan
partai politik lain. Artinya kontens iklan politik sebaiknya disesuaikan
dengan etika dan budaya politik keindonesiaan. Budaya politik Indonesia
harusnya berbeda dengan budaya politik negara lainnya, misalnya saja
Amerika. Ya, harus berbeda.
Dengan demikian, kalaupun menjadi
pemenang maka jadilah pemenang yang bermartabat dan kalaupun kalah, maka
jadilah pecundang yang sabar dan tidak anarkis. Inilah budaya luhur
yang seharusnya terlahir dari rahim politik keindonesiaan. Beriklan
politik yang sopan dan santun adalah pintu masuknya.
Wallahul Musta'an ila Darissalam
Jumat, 18 Januari 2013
IKLAN POLITIK
17.35
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar