Sabtu, 05 Januari 2013

GENERASI EMAS

Suata masa dimana antara laki-laki dan perempuan hidup harmonis dalam dekapan cinta kasih. Darinya dilahirkan suatu generasi yang baik, cerdas, gagah dan cantik. Hati siapapun akan terasa senang dan tentram melihat generasi emas yang terlahir dari buah cinta dan kasih sayang. Malaikat pun akan iri melihat keharmonisan hidup generasi emas itu. Kecukupan materi tidak usah disangsikan sehab mereka sudah bersahabat dengan alam. Dan pemimpin yang adil, jujur dan empati akan nasib rakyatnya muncul dari generasi emas itu.
Terus terang, saya membayangkan generasi emas itu terlahir ketika kita masih menikmati dan menjalankan hidup sebagai amanah Tuhan. Dan mungkin saja anda berharap yang sama akan kelahiran generasi emas itu di saat anda masih hidup. Kita semua punya harapan dan cita yang sama. Namun, saya tidak tahu apakah kita punya pintu pikiran dan pendapat yang sama bahwa generasi emas itu akan lahir dari satu titik kesadaran akan cinta kasih terhadap perempuan. Maksud saya adalah bagaimana kita mampu dan mendudukkan atau memposisikan perempuan pada posisi yang sewajarnya. Perempuan adalah teman hidup lelaki dan begitu sebaliknya. Tanpa salah satunya tidak mungkin lahir generasi emas yang dicitakan dan idamkan. Bersatunya kedua mahluk itu adalah kenikmatan dan kesenangan hidup sampai ujung dunia.

Rasulullah Muhammad Saw menyatakan bahwa "Dunia ini adalah kesenangan, dan yang paling menyenangkan adalah perempuan yang shalihah" (HR Muslim dan an-Nasa'i). Memang perempuan adalah mahluk yang belum dikenal secara paripurna hingga kini, kata Prof. Quraish Shihab. Perempuan harus dihormati dan dicintai, begitu makna hadits nabi tersebut di atas. Sungguh tidak berbudi siapa yang tidak mencintai atau menghormatinya. Dan terdapat keseleo jiwanya atu kekurangan pada dirinya siapa yang tidak mencintai atau menghormati perempuan. Dari kondisi penuh cinta atau love full kata Mbah Surip akan dapat melahirkan generasi emas.

Namun apa dinyana, faktisitasnya generasi emas masih jauh dari harapan. Hamparan fakta terungkapkan ketika Dr. Hj. Khafifah Indar Parawansa, M.si selaku ketua Muslimat Nahdlatul Ulama menyatakan rasa keprihatinannya terhadap perkembangan generasi muda termasuk perempuan saat ini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan lembaga survei independen baru-baru ini, dari 5 juta perempuan di Indonesia yang menggugurkan kandungannya, sebanyak 62 persen merupakan anak-anak di bawah usia 16 Tahun. Paparan itu, Khafifah sampaikan ketika memberikan pengajian umum pada acara karlah ke-50 Ponpes NU al-Mansyuriah Bonder dan khaul ke 29 almagfur Tgh. M. Mansyur Abbas, hari ahad tanggal 30 Desember 2012 lalu. Untuk itu, peran dan pengawasan orang tua dan lembaga pendidikan dalam mengatasi dan mengantisipasi hal tersebut mutlak di perlukan.

Saat ini seks bebas sudah merambah para pelajar, baik SMP maupun SMU dan yang lebih memprihatinkan anak-anak SD kelas IV-VI sudah ketagihan pornografi. Bahkan angkanya sangat pantastik 83,7 persen berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dibeberapa kota di Indonesia. Sial dan nelangsa benar sebagai orang tua kalau anaknya terlibat di dalamnya. Sungguh pada kondisi seperti ini, kita tidak dapat berfikir sehat apalagi bermimpi tentang generasi emas yang akan terlahir di negeri katulistiwa ini. Yang menarik, kata Khafifah seorang siswi SMK di Jawa Timur yang bertengkar hebat dengan temannya gara-gara rebutan pria hidung belang. Guru bimbingan konseling sangat terkejut dengan pengakuan siswi itu ketika ditanya sejak kapan mulai melakukan hubungan seks bebas itu? ternyata sudah mulai melakukan seks bebas sejak kelas 2 SMP. Generasi seperti apa yang bisa diimpikan kalau faktanya seperti itu.

Ya, sebagai orang tua harus berfikir ekstra untuk mengawasi anak-anaknya. Begitu juga lembaga pendidikan pun harus bertanggungjawab untuk menjawab hasil survei tersebut di atas. Namun pada aras ini, baik orang tua maupun guru tidak perlu saling menyalahkan tentang kondisi anak-anak itu tapi yang terpenting adalah pentingnya dijalin komunikasi yang intensif guna mencegah atau meminimalisir perilaku seks bebas di kalangan siswa. Orang tua harus kembali memainkan perannya dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Ingatlah bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah lembaga keluarga baru kemudian sekolahan. Nah, peran orang tua itu yang sudah mulai hilang dan pendidikan seakan menjadi tugas para guru semata, sementara orang tua membatasi dirinya pada memberikan biaya hidup atau uang belanja saja. Sementara guru hanya memainkan perannya tidak lebih sebagai memberikan pengajaran ilmu pengetahuan atau transfer of knowledge kepada siswanya.

Masalahnya, apa yang menyebabkan anak-anak kita terjerumus ke dalam lubang hitam kehidupan itu? Seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, minuman keras adalah lubang hitam kehidupan. Terjerumusnya anak-anak kita ke lubang hitam itu pasti akan menjadi beban hidup orang tua, sekolah dan juga pemerintah. Ada beberapa sebab mengapa anak-anak terjerumus seks bebas, yakni gengsi atau gaya hidup, lingkungan, taknologi, ekonomi, broken home, pergaulan dan sebagai pelarian hidup. Kesemua sebab terjerumusnya ke seks bebas itu tidak berdiri sendiri tapi kerkelindan dan saling terkait seperti lingkaran setan.

Seks bebas mungkin saja karena pengaruh gaya hidup dan gengsi yang dipertontonkan oleh orang tuanya dalam menjalani drama kehidupannya. Gaya hidup higher class memang menjadi tontonan yang dilihat langsung oleh anak remaja dari orang tuanya. Lihat saja, orang tua misalnya peri pagi sekali dan pulang larut malam dalam keadaan sempoyongan karena pengaruh minuman keras atau anak remaja melihat papa mamanya jalan berdua dengan orang lain yang bukan papa mamanya. Itu semua drama yang diperankan sendiri oleh orang tua yang langsung ditonton oleh permata hatinya. Harusnya pada kondisi itu orang tua tidak menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya dan atau tidak para gurunya.

Hadirnya media teknologi ke dalam dunia private juga penjadi sebab lain para remaja terjerumus ke lubang hitam kehidupan. Media yutube, face book dan intenate seakan menjadi sahabat setia mereka. Dengan media maya itu, mereka dapat saling bertukar infomasi, curhat, merayu kasih dan melihat pintu menuju lubang hitam kehidupan. Drama yang dipertontankan orang tua mereka dapat juga disaksikannya persis dengan yang dilihatnya pada dunia maya. Bisa jadi pada aras ini, si anak sudah mulai bersimpati pada dunia nyata dan tidak sebatas dunia maya.

Tentu, anak-anak tidak salah dan yang salah adalah lingkungan yang menampakkan dirinya dan terlihat jelas dengan mata telanjang kepolosan si anak. Jangan lupa bahwa lingkungan itu terwarnai oleh perilaku perselingkuhan shawat yang dilakukan oleh orang yang mentasbihkan dirinya orang dewasa. Sementara banyak orang dewasa tidak tahu diri dan bangga berayu kasih, baik lelaki maupun wanita.

Memang pelbagai macam sebab anak-anak bangsa ini terjerembab ke seks bebas, tapi yang terpenting bagaimana menyiapkan dan mendidik generasi muda ini untuk mewujudkan generasi emas. Suatu era generasi yang hidup berlandaskan cinta kasih di bawah naungan dan pancaran nilai-nilai ke-Tuhanan. Perempuan shalihah satu kata kunci untuk melahirkan generasi emas itu. Perempuan sebagai ibu anak-anak bangsa dunia harus kembali ke posisi eksistensi sejatinya sebagai seorang ibu. Ingat pepatah yang menyatakan bahwa "kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang gala". Ibu adalah malaikat untuk anaknya dan malaikat dunia sepanjang ibu sadar akan perannya di dunia.

Dalam Islam, sosok ibu sangat mulia karena dari rahimnya banyak terlahir pemimpin yang berhasil dan sukses. Salah satunya adalah kepemimpinan nabi Muhammad Saw. Saking mulianya sosok ibu dalam Islam sampai pada sabda bahwa "Syurga berada di bawah telapak kaki ibu". Karenanya ibu adalah tokoh berhati mulia, penuh cinta dan kasih sayang bagi anak-anaknya. Tiada cinta yang melebihi cinta ibu kepada anaknya. Cinta tak bermakna tanpa kehadiran ibu. Anak-anak terjerumus ke lubang hitam kehidupan karena cinta tidak dihadirkan oleh sang ibu atau si anak yang telah menjauh dari cinta dan kasih ibu. Apapun keadaan si anak, ibu tidak akan pernah menceraikan anaknya.

Ya, mengembalikan peran ibu sebagai perempuan agung atau malaikat dunia bagi anaknya adalah kunci dan pintu utama bagi kelahiran generasi emas atau generasi kehidupan yang harmonis dzohir dan bathin. Kalaupun ada pintu lain, tidak lebih hanya pelengkap saja, tetapi tetap penting. Dan hal itu merupakan amanah Tuhan sebagaimana perintah untuk menemukan kebaradaan nabi Yusuf As. Tuhan memerintahkan saudara-saudara Yusuf untuk menemukannya jangan masuk melalui satu pintu, tetapi masuklah melalui banyak pintu yang berbeda. Melahirkan generasi emas, dengan demikian harus membangun kerjasama dengan semua pihak, dengan orang tua, dunia pendidikan, pemerintah dan lingkungan masyarakat. Namun tetap lokus utamanya adalah peran dan fungsi ibu sebagai malaikat bagi anaknya.

Wallahul Musta'an ila Darissalam

0 komentar: