Jumat, 16 Agustus 2013

MEMBUKA PINTU LANGIT

Suatu sore yang cerah, saya sengaja menemui Almukaram TGH. Turmudzi Badruddin seorang Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naksabamdiyah wa Kholwatiyah di tempat i'tikapnya. Masjid Baiturrahman desa Bagu menjadi tempat l'tkap setiap tahunnya. Kebiasaan i'tikap sejak muda menjadi tradisi yang sampai saat ini masih dilakukannya. Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan setiap tahunnya menjadi waktu untuk melakukan i'tikap. Semua kegiatan rutin yang dilakukannya selama ini, seperti majlis taklim, mengkaji tafsir, hadits dan Tasauf dilakukannya di tempat i'tikap. 

Pertemuan dengan Mursyid Tarekat banyak memberikan pengajaran kepada saya tentang makna puasa Ramadhan. Puasa membawa soimin untuk berdekat-dekat dengan Tuhannya. Puasa juga telah mampu membuka pintu langit untuk menggapai wajah indah kekal Tuhan. Dan puasa disediakan Tuhan sebagai media untuk lebih dekat dengan-Nya. Hadits Riwayat Ibn Huzaimah menjelaskan bahwa " Semua amal anak cucu Adam adalah haknya kecuali puasa. Puasa adalah hak-Ku. Aku sendiri yang akan menggajinya. Dia meninggalkan makanan semata-mata karena Aku. Dia meninggalkan minumannya semata-mata karena Aku. Dia meninggalkan minumannya semata-mata karena Aku. Dan dia meninggalkan istrinya juga semata-mata karena Aku". Karena itu, kesimpulan yang dapat diambil bahwa dengan puasa kita dapat membuka pintu langit untuk berdekat-dekat dengan Tuhan.

Semua amal yang lain, Allah seringkali menjelaskan pahala atau balasan bagi amal-amal ibdah tersebut, tetapi tidak dengan puasa. Ada balasan yang berupa kebajikan hasanah, ada juga yang dilipat gandakan pahalanya hingga sepuluh sampai tujuh puluh kali. Ada juga yang berupa syurga, dan ada pula yang berupa Firdaus dan lain sebagainya. Namun, hanya puasa yang dirahasiakan oleh Allah pahalanya dan Allah telah berjanji bahwa Dia sendirilah yang akan membalasnya nanti. Keterangan ini mengisyaratkan bahwa dalam ibadah puasa seolah-olah terdapat transaksi langsung antara hamba dan Tuhannya. Hal ini bertujuan agar dalam berpuasa, kita benar-benar menahan diri dan tidak mengikuti hawa nafsu perut dan kelamin kita hanya semata-mata karena Allah Ta'ala.

Seorang pecinta yang dikenal dengan konsep Mahabbahnya yakni Rabiatul Adawiyah pernah bermunajat bahwa "Ya Allah, jika Aku beribadah karena takut Neraka, maka campakkanlah Aku ke dalamnya. Ya Allah, jika Aku beribadah karena mengharap Syurga, maka jauhkanlah Aku darinya. Ya Allah, jika Aku beribadah semata-mata karena cintaku kepada-Mu, maka tampakkanlah wajah indah kekal-Mu kepadaku". Inilah doa para pecinta yang beribadah semata-mata karena Allah Ta'ala. Pola ibadah seperti ini yang bisa menggapai puncak spiritualitasnya. Ibadah seperti ini sangat sulit dilakukan karena kita belum mampu menata nafsu sendiri. Dengan media puasa yang dilakukan dengan keihlasan karena Allah Ta'ala, sesungguhnya ia telah bersih dari dosa dan kembali berubah kepada fitrahnya semula, yaitu laksana bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Sungguh tinggi hikmah puasa di bulan Ramadhan.

Secara ruhaniah, puasa mampu menghajar nafsu yang suka manja yang seringkali menguasai kita. Dan karenyanya, puasa dapat memberi jalan ruh untuk berkomunikasi dan berdekat diri dengan Allah Swt. Lalu bagaimana mungkin puasa dapat memberi jalan ruh untuk berkomunikasi dan berdekat-dekat kepada Allah Swt. Imam Al-Ghazali pernah memberikan penjelasan dalam sebuah karyanya "Kimyaus Sa'adah". Dalam kitab tersebut ia menjelaskan bahwa di dalam diri manusia terdapat berbagai macam karakter, di antaranya adalah karakter hewan, karakter binatang buas, karakter setan dan karakter malaikat. Adapun ruh adalah elemen manusia yang paling hakiki,,sedangkan yang lainnya hanyalah sekedar pinjaman. Dan untuk masing-masing karakter tadi, memiliki kebutuhan makanan dan kebahagiannya sendiri. Kebutuhan dan kebahagiaan karakter hewan terletak pada makanan, minum, tidur, kawin atau hubungan seksual.

Kebutuhan dan kebahagiaan karakter binatang buas terletak pada hantaman dan terkamannya, sedangkan kebagaiaan setan terletak pada kejahatan, tipu daya, dan pengelabuhannya. Apabila kita berbuat dan melakukan apa yang menjadi kebutuhan mereka, maka kuta termasuk dalam golongannya. Sedangkan kebutuhan dan kebahagiaan karakter malaikat terdapat pada musyahadah atau kesaksian pada keindahan hakikat ketuhanan. Kalau kuta ingin mencapainya, maka kita harus bersungguh-sungguh dan mampu menganalisa asal diri kita. Karenanya, kita akan mengenal jalan atau pintu menuju ke hadirat Tuhan, mencapai tingkat persaksian terhadap keagungan dan keindahan, serta melepaskan diri kita dari belenggu nafsu dan angkara murka. Merakit semua karakter dalam diri kita, bukan diciotakan oleh Allah agar kita menjadi tawanan-Nya, namun sebagai tawanan kita agar dapat kita kendalikan dan berguna bagi perjalanan yang ada di depan kita.

Inilah hikmah puasa Ramadhan sebagai memberikan jalan kepada ruh kita agar dapat berdekat-dekatan kepada Allah dan tidak terkungkung oleh jasad wadag dan kepuasan nafsu dunia. Sebab nafsu tidak pernah puas betapapun kita memanjakannya. Nafsu itu bagaikan bayi, kata Al-Bushairy dalam sebuah syairnya, bila engkau biarkan, dia akan tumbuh bersama kesukaannya, yaitu menyusu, namun jika engkau sapih, dia akan tersapih juga. Karena itu, momen puasa Ramadham sebaiknya kita jadikan sebagai masa penyapihan nafsu agar memberi peluang kepada nurani dan ruh agar mampu berkomunikasi langsung dengan Tuhan setelah mampu membuka pintu langit.

Sungguh Tuhan sangat menyayangi hamba-Nya dengan menyediakan lahan puasa Ramadhan sebagai media untuk mendekatinya. Tinggal bagaimana kita mengolah lahan garapan itu dengan baik atau malah menelantarkannya hanya untuk menguasainya tanpa mau menyapihnya dengan kesungguhan hati. Memaknai puasa Ramadhan dengan mengerjar kebutuhan karakter ruh menjadi jalan terbaik berdekat-berdekatan dengan Allah. Inilah manusia muttaqien itu dan semoga kita termasuk golongan muttaqien sebagaimana yang dikehendaki Allah. Menjelang akhir puasa Ramadhan ini, nasehat Mursyid TGH. Turmudzi Badruddin dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan ruh kita agar bisa membuka pintu langit guna berkomunikasi langsung dan berdekat-dekatan dengan Allah Swt. Wallahul Muwafiq wal Hadi ila Darissalam.

Tanak Beak, 03082013.07.21.19.

0 komentar: