This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 10 Februari 2012

MUHAMMAD SAW SANG REFORMIS SEJATI


Muhammad Saw adalah insanul kamil (manusia sempurna) yang pada dirinya terletak untaian mutiara hikmah sebagai obor penerang dalam hidup dan kehidupan sekalian penghuni alam, yang mengeluarkan manusia dari kekafiran menuju agama yang hanief yakni Islam. Kehadiran beliau adalah sebagai reformis sejati mengantarkan manusia ke kebahagiaan zohir dan bathin, dunia-akherat. Oleh karena itu, menyambut dan memperingati kehadiran beliau menjadi sebuah keniscayaan bagi orang yang tahu terima kasih dan berbalas budi. Hari dan bulan kelahiran beliau hendaklah kita peringati sebagai titik awal bagi peningkatan pengabdian kepada Allah sebagai dzat yang telah menyempurnakan semua kenikmatan-Nya.
Itulah yang saya sampaikan saat menjadi khatib (11/2/2012) di masjid Nururrahman Tanak Beak Narmada. Satu Minggu sebelumnya, saya sudah diminta untuk menyampaikan materi khutbah yang bertemakan Maulid nabi Muhammad Saw oleh Takmir Masjid itu. Hari itu, menurut pengurus Masjid Nururrahman H.M. Darwan sengaja dirangkaikan dengan peringatan maulid Rasulullah Saw. Fikir saya, kenapa tidak mengambil hari lain saja sebagaimana umumnya masyarakat di Lombok merayakan maulid? Menurut Mamik Darwan karena kondisi masyarakat yang sedang membangun masjid dan sampai saat ini masih dalam proses finishing.
Saat ini, kita telah kembali memasuki bulan rabiul Awwal. Bulan dimana ummat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari kelahiran atau maulid nabi besar Muhammad Saw yang tepatnya jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal setiap tahunnya.
Setidaknya, ada tiga peristiwa penting pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Pertama. Sebagai hari kelahiran Rasulullah Saw. Kedua. Pada tanggal tersebut rasulullah Saw melakukan hijrahnya dari Mekkah ke Madinah. Ketiga. Pada tanggal itu pula, Rasulullah tutup usia (wapat) untuk menghadap ke hadirat allah Swt.
Di antara beberapa peristiwa besar itu, kelihatannya yang biasa diperingati kaum muslimin adalah hari kelahiran Rasulullah Saw yang terkenal dengan peringatan maulid nabi Muhammad Saw. Peringatan maulid nabi Muhammad Saw telah menjadi tradisi ummat Islam sejak dahulu hingga sekarang, walaupun dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda, namun tetap dalam konteks dan semangat yang sama yaitu mencintai dan meneladani Rasulullah Saw.
Peringatan maulid nabi Muhammad Saw akan menjadi lebih baik bila kita mau mencontoh peringatan yang diadakan oleh para ulama terdahulu. Dalam kitab “At-tanbihatul Waajibat” karya Syekh KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa bentuk peringatan maulid nabi Muhammad Saw dengan menyelenggarakan suatu acara yang Islami, bersedekah, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim serta menampakkan perasaan bahagia atas kelahiran beliau dan mengikuti segala ajarannya, menyelenggarakan pengajian dan ceramah-ceramah agama yang bermaterikan keagungan dan akhlak beliau yang patut digugu dan di contoh.
Manifestasi cinta kepada Rasulullah Saw agaknya memerlukan penyegaran kembali pada akhir-akhir ini, sebab merupakan tuntutan ajaran agama yang harus dijaga kemurniannya, jangan sampai diarahkan kepada hal-hal yang menyimpang. Ketika kita mengadakan  perigatan maulid Muhammad Saw. Kita harus menyadari bahwa peringatan yang dilakukan adalah bagian dari manifestasi cinta Rasulullah Saw. Untuk itu, nilai ritual yang ada di dalamnya harus mencerminkan logika kecintaan kepada beliau. Hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Anas ra menjelaskan bahwa “barang siapa mencintai sunnahku, maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di syurga.
Ungkapan rasa cinta kepada beliau harus diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorientasi kepada nilai agama, karena ujung dari rasa cinta itu adalah peningkatan kualitas diri dalam pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh beliau. Pengakuan cinta kepada beliau, haruslah disertai perbuatan yang mencerminkan kecintaan kepada beliau, bila tidak, maka sama saja cinta itu bohong adanya. Waliyullah Hatim Az-zahid menyatakan bahwa “Barang siapa yang mengaku cinta Rasulullah Saw. Tanpa mau mengikuti perilaku beliau, maka ia adalah seorang pembohong.
Kehadiran Rasulullah saw sebagai utusan Allah Swt dalam situasi dunia yang fasad. Dalam bahasa Indonesia fasad dapat berarti kerusakan, kemerosotan, kebinasaan, kekejaman, kebathilan, kekejian dan kehancuran. Di sadari atau tidak semua kerusakan tersebut bersumber pada kekotoran jiwa, hasad, dengki, kegelapan rohani dan kekaburan pandangan hidup.
Kehadiran Rasulullah Saw sebagai utusan Allah Swt untuk menolong ummat manusia dari kehancuran yang sedemikian parah itu. Potensi dan modal pribadi yang dimiliki Rasulullah Saw guna mengemban amanah yang teramat berat itu hanya “siddiq, Amanah, Tablig dan Fatonah serta akhlak yang agung”. Dengan modal-modal pribadi itu, setidaknya ada tiga hal besar yang direformasi oleh Rasulullah Saw. Yakni menyangkut bidang akidah, bidang sosial, dan bidang akhlak.
Selama 13 tahun masa kerasulannya, beliau memprioritaskan penanaman akidah dan tauhid. Reformasi akidah syirik lalu menggantinya dengan akidah ketauhidan terhadap Allah Swt telah berhasil beliau lakukan sehingga pada gilirannya mampu merubah pola pikir manusia. Perubahan dalam bidang akidah dan tauhid itu merupakan energi yang memotivasi dan mengalirkan perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.
Bidang sosial kemasyarakatan, politik, ekonomi, peradaban dan budaya menjadi garapan prioritas beliau setelah akidah ketauhidan. Beliau mereformasi sistem pemerintahan yang aristokrasi, autokrasi dan kediktatoran menjadi suatu sistem yang berdasarkan nilai-nilai kebebasan manusia, demokrasi, musyawarah, menegakkan keadilan dan kebenaran, menanamkan semangat persaudaraan dan persamaan.
Pemerataan ekonomi didasarkan pada keadilan sosial. Setiap orang diberikan kebebasan dan kesempatan untuk berusaha mencari kekayaan dan keuntungan sebanyak-banyaknya, tetapi harus mengeluarkan zakat dan infaq untuk menyantuni kaum yang lemah dan kemaslahatan ummat.
Dalam bidang akhlak, beliau menancapkan tonggak akhlakul karimah, yang meliputi nilai-nilai budi pekerti yang luhur dan terpuji. Dengan bangunan akhlakul karimah itu, lambat laun sifat-sifat yang tercela, yang semula mendarah mendaging itu terlepas dan tergusur dari realitas kehidupan.
Rahasia kesuksesan beliau melakukan reformasi akhlak ini adalah terlebih dahulu beliau mempraktekkan dalam kehidupan pribadi beliau. Sehingga hal tiu menjadi keteladanan yang sangat menarik untuk diikuti oleh para sahabatnya dan kita sebagai pengikutnya.
Sungguh akhlak rasulullah Muhammad SAW adalah sangat tinggi dan mulia, sehingga Allah SWT sampai memuji ketinggian akhlak beliau itu. Sebagaimana dinyatakan dalam Qs Al-Qalam ayat 4 yakni Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Permasalahannya, mampukah kita (khususnya para pemimpin bangsa) meneladani perilaku Rasulullah Saw untuk membangun Indonesia menuju kesejahteraan “gemah ripah luh jinawe” di tengah perilaku hidup boros pemegang kekuasaan di Republik ini. Saya kira, inilah pekerjaan berat yang mestinya sudah mulai terbangun mulai sekarang, apalagi dalam suasana perayaan maulid Rasulullah Saw.
Siapapun boleh pesimis terhadap kondisi bangsa saat ini, tetapi bukan berarti diam dan tidak bergerak menuju cita perubahan. Perilaku hidup boros yang ditunjukkan eksekutif dan legislatif di tengah kemelaratan rakyat menjadi alas dasar masyarakat pesimis untuk menjadi lebih baik. Saya kira sangat rasional dan tentu tidak salah bukan. Pesimisme masyarakat itu menjadi cambuk atau kritikan  bagi siapapun yang mengaku dirinya pemimpin. Kita butuh pemimpin yang bersih, jujur, dipercaya, dan memiliki akhlak yang agung seperti Rasulullah Saw. Mungkinkah?
*********

Selasa, 07 Februari 2012

Maulid Nabi sebagai media Reformasi Moral menuju kebahagiaan


Memasuki bulan Rabiul Awwal tiap tahunnya masyarakat Muslim Indonesia disibukkan oleh berbagai aktivitas untuk memperingati hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Selama bulan Rabiul Awwal banyak ragam kegiatan keagamaan dilakukan masyarakat untuk memperingati kelahiran sang reformis sejati. Peringatan kelahiran kanjeng nabi Muhammad SAW oleh ummat Islam Indonesia sebagai bentuk kecintaan kepadanya.
Adalah komunitas muslim Sasak mulai disibukkan oleh berbagai kegiatan  merayakan kelahiran kanjeng nabi Muhammad SAW. Aneka macam kegiatan dan lomba keagamaan diadakan oleh masyarakat Islam Sasak.  Entah itu kegiatan yang ada hubungan dengan keagamaan maupun lomba yang tidak ada hubungannya dengan agama. Perlombaan yang bernuansa agama, seperti lomba azan, hapalan ayat-ayat pendek alqur’an, pidato dengan bahasa Arab ataupun bahasa Indonesia, busana muslim dan muslimah, lari karung, sepak bola, makan kerupuk, panjat pinang, sampai sepak bola memakai sarung-pun diadakan. Aneka macam lomba itu diikuti oleh anak-anak remaja sampai orang dewasa.
Sementara para ibu rumah tangga menyiapkan aneka jenis makanan sebagai sajian pada hari perayaan Maulid nabi Muhammad SAW untuk di hidangkan kepada para tamu undangan. kesemua jenis mata lomba dan jenis makanan tersebut didasari pada semangat dan niatan menyambut kelahiran junjungan alam nabi Muhammad SAW.
Dari perspektif  syara’ peringatan maulid kanjeng nabi Muhammad SAW tidak ditemukan di dalam nash atau ayat-ayat alqur’an ataupun hadits nabi yang menganjurkan atau melarangnya. Peringatan maulid nabi Muhammad SAW merupakan hasil kontruksi masyarakat Indonesia yang dimotori oleh wali sembilan. Salah tujuan diadakannya perayaan maulid nabi Muhammad SAW adalah untuk menambah kecintaan ummat Islam kepada sang reformis sejati serta mampu mengikuti jejak langkahnya. Karena memang Rasulullah SAW yang harus dijadikan panutan guna menggapai kehidupan bahagia di dunia dan akherat.
Makna sebuah tradisi
K.H. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama yang berasal dari Tebuireng Jombang Jawa Timur dapat dijadikan rujukan dalam hal bentuk penyelenggaraan peringatan maulid nabi Muhammad SAW dalam kitabnya “At-Tanbihatul Waajibat”. Bentuk penyelenggaraan peringatan maulid nabi yang biasa dan disukai ulama terdahulu berupa berkumpul di suatu tempat, baik di masjid, langgar, musholla, dan tempat tinggal warga, lalu dibaca ayat-ayat alqur’an dan hadits-hadits yang mengisahkan tentang peristiwa dan kelebihan-kelebihan rasulullah semasa dalam kandungan, saat kelahiran, maupun perjuangan menegakkan syari’at Islam sampai akhir hayatnya, termasuk budi pekerti dan akhlak mulianya. Setelah perayaan itu, adakalanya dibagikan kepada jamaah sekedar makanan sebagai jamuan dengan diiringi tabuhan rebana salawat badar, namun tetap dalam koridor kewajaran.
Sementara itu, Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulia, salah seorang salafus shaleh di kota Irbil menyelenggarakan perayaan maulid nabi dengan bersedekah, berbuat kebajikan, dan menampakkan rasa suka cita atas kelahiran beliau. Bentuk-bentuk peringatan sebagaimana terurai di atas merupakan wujud kecintaan, pengagungan dan pemuliaan terhadap baginda Rasulullah Saw. Serta ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. Atas nikmat dan anugerah-Nya yang besar berupa datangnya utusan pembawa hidayah, kebenaran serta kasih sayang untuk seluruh alam.
Abu Lahab yang diabadikan namanya dalam alqur’an, masih bisa berbuat kebajikan dengan membebaskan Tsuwaibah budak perempuannya karena diberikan kabar gembira tentang kelahiran Muhammad dari rahim Aminah dan Abdullah. Aku dibebaskan oleh Abu Lahab karena jasaku memberikan kabar gembira tentang telah melahirkannya Aminah dan lantaran susuannya kepada nabi. Sungguh satu bentuk kebajikan dari seorang Abu Lahab yang jelas-jelas kafir, penghalang, dan penentang syiar Islam yang di bawa nabi mau membebaskan budaknya karena kabar kelahiran nabi.
Di kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat juga diadakan gerebek Maulid dalam rangka memperingati kelahiran kanjeng nabi Muhammad Saw yang merupakan konstruksi kultural dan sampai saat ini rutin dilakukan setiap tahunnya. Pusat perayaan gerebeg maulid di pusatkan di alun-alun Utara kasultanan Yogyakarta atau sebelah Timur masjid Keraton. Begitu juga di Kesunanan Surakarta diadakan gerebeg maulid sebagaimana di kasultanan Yogyakarta.
Begitu juga di kalangan Muslim Sasak, merayakan maulid nabi sudah menjadi tradisi yang sejak lama dibiasakan. Tentu, peringatan maulid nabi Muhammada SAW di samping memperingati kelahiran kanjeng nabi,  juga sebagai media silaturahiem antar keluarga, handai taulan, dan sahabat. Dari beberapa pengakuan masyarakat bahwa perayaan maulid nabi setiap tahunnya dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yang mana dapat mengundang sanak keluarga dan handai taulan yang berada di tempat jauh.
Dengan demikian perayaan maulid nabi Muhammad SAW sebagai sebuah tradisi dapat menyambung kembali tali silaturrahiem dan menambah keakraban kekeluargaan. Pada aras ini, tentu tidak salahnya jika perayaan maulid nabi Muhammad SAW setiap tahunnya harus tetap dirayakan okeh kaum muslimin Indonesia selama dapat mendatangkan manfaat dan nilai tambah bagi persaudaraan kemanusiaan, baik intra ummat beragama maupun antar ummat beragama.
Reformasi Ruhaniah
Setiap bulan  Rabiul  Awal tiap tahunnya, ummat Islam memperingati hari kelahiran kanjeng nabi Muhammad Saw dengan berbagai macam cara sesuai kondisi dan kebiasaan masyarakat.  Ummat dalam memperingatinya, tidak dibatasi dan diatur penyelenggaraannya, tetapi harus tetap berada pada koridor tidak melanggar kaidah dasar atau hakekat perayaan maulid itu. Artinya peringatan maulid harus membawa nilai-nilai positif bagi perubahan perilaku ummat setelah usai pesta dilakukan. Reformasi ruhaniah harus dilakukan pasca perayaan, perilaku ummat menjadi lebih baik dari sebelumnya, kualitas ibadah semakin meningkat, dengan bersandar pada sifat-sifat sidik, amanah, tablig, dan fatonah-nya kanjeng nabi.
Nilai-nilai tersebut mesti diambil dari even peringatan maulid nabi setiap tahunnya. Rasanya tidak cukup sampai pada selesainya ritual zhohiriah maulid (seperti aneka macam perlombaan, aneka macam hidangan saat ritual berlangsung) semata, tetapi yang urgen adalah terjadi perubahan nilai moralitas-ruhaniah yang membekas pada diri ummat untuk bekal mengarungi kehidupan kedepan yang penuh tantangan dan ketidakpastian di era global saat ini? Sekali lagi yang terpenting justru bagaimana even maulid nabi dapat dijadikan sebagai tonggak dasar melakukan reformasi ruhaniah ummat untuk berkarya dan dapat memadukan tiga pilar utama keberislaman yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Kemampuan memadukan tiga pilar utama keberislaman itu dalam kehidupan nyata dapat menjadi indikator kualitas keislaman seseorang.
Keberhasilan Rasulullah Saw dalam mengantarkan ummatnya meraih kejayaan hidup dapat dijadikan referensi utama pemaduan ketiga pilar utama tersebut. Tidak kurang dari 12 tahun lamanya, nabi berhasil mengubah kehidupan sosial masyarakat Arab yang primordial-sektarianistik menjadi masyarakat yang berlandaskan persaudaraan universal dan bermoral perennial dan dari masyarakat yang membanggakan ashabiah, keturunan, darah biru menjadi masyarakat yang egalitarian. Keberhasilan tersebut dapat dijadikannya sebagai landasan membangun negara Madinah dengan konstitusi yang dikenal dengan “piagam Madinah”. Di negara Madinah ini, nabi Muhammad Saw. mampu membangun persaudaraan yang berlandaskan nilai-nilai humanitarianism, mampu membangun toleransi antara kepercayaan yang berbeda keyakinan (Islam, Yahudi, Kristen, dan Penyembah Api) dalam satu masyarakat Madani atau civil society meminjam istilah Ernest Gellner.
Keberhasilan rasulullah melakukan reformasi ruhaniah pada masyarakat Arab saat itu, bukan disebabkan oleh kemampuan teoritis yang mumpuni sebagaimana Karl Marx menghasilkan karya monumentalnya “Das Capital”, toh gagal dalam eksekusi masyarakat yang ideal, tetapi lebih disebabkan oleh keimanan yang bersifat aksi. Di aras ini, agama diyakini sebagai sumber etika moral yang harus dilabuhkan ke dalam realitas. Keaksiannya tentang monoteisme mengantarkannya kepada penyikapan terhadap seluruh ummat manusia sebagai makhluk Tuhan yang setara dan harus diperlakukan sama berdasarkan nilai-nilai kesetaraan atau egalitarian itu.
Dengan demikian, Islam mestinya harus menjadi nilai-nilai transformatif yang dapat mengantarkan manusia kepada pencerahan bagi dirinya, dan manusia lain. Pencerahan yang harus dijewantahkan ke ruang publik atau public sphere dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Di aras ini, struktur sosial, budaya, politik, dan lainnya dibenahi. Apa yang telah dilakukan nabi dalam melakukan perubahan ruhaniah di tanah Arab, sebagai bukti nyata bahwa dia tidak hanya berkutat pada tataran wacana, tetapi sekaligus terlibat dalam aksi konkrit. Ketika nabi menjelaskan keterkaitan egalitarianism, keadilan, humanism, demokrasi, dan nilai-nilai lainnya tidak berhenti ditataran wacana sebagaimana para philosof melakukannya, tetapi di saat yang sama ia sendiri melaksanakan nilai-nilai itu, termasuk menerapkannya pada dirinya sendiri. Di atas nilai-nilai itu, Islam sebagai agama mampu mengkonstruksi peradaban, mengembangkan sains dan teknologi dalam berbagai disiplin yang berorientasi pada kesejahteraan kehidupan.
Good society terlahir dari pola kepemimpinan yang diterapkannya ketika memimpin negara Madinah. Good society yang dimaksudkan adalah suatu masyarakat yang dapat memenuhi rasa keadilan, dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka yang bersifat ekonomi, keamanan, dan mampu mengembangkan asosiasi diantara mereka, serta bisa berpartisipasi aktif dalam mengurus masyarakat. Kuncinya dengan meneladani kanjeng nabi melalui pendekatan semiotis-hermeneutik untuk menguak substansi nilai dan inti tindakan yang dilakukan kanjeng nabi. Kontekstualisasi nilai dan tindakan dalam hidup kekinian itu bisa saja berbeda bentuk dan polanya dikarenakan kondisi dan ranah yang berbeda.
Pada aras ini, peringatan maulid yang dilaksanakan setiap tahunnya, seharusnya dapat dijadikan sebagai media reflektif dan muhasabah untuk pengkayaan spiritual, pematangan emosional dan untuk memperbaiki diri secara berkelanjutan. Semestinya hikmah peringatan maulid nabi Muhammad SAW dapat dijadikan filter untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum, baik hukum agama maupun hukum positip, seperti tidak melakukan korupsi dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, dengan momentum peringatan maulid kanjeng nabi dapat dijadikan alas dasar melakukan reformasi ruhaniah untuk terwujudnya manusia paripurna atau insan kamil dengan demikian manusia akan mampu melakukan dialog yang intens dengan sang khaliq. Sehingga, ummat tidak akan terjebak pada acara seremonial-ritualistik semata yang terus berulang tanpa mampu melakukan perubahan mendasar bagi kesejahteraan  ummat. Sebenarnya, reformasi diri dan mengikuti jejak kanjeng nabi itulah substansi dari peringatan maulid kanjeng nabi yang selama ini dilakukan ummat Islam dunia dengan berbagai macam cara dan kegiatan yang berbeda. Semoga dengan perayaan maulid kanjeng nabi Muhammad SAW kita dapat melakukan reformasi ruhaniah untuk kemudian dijadikan dasar pijakan dalam membangun ummat yang sejahtera dhohir dan bathin. Wallahul musta’an ila darussalam.
*********

Rabu, 18 Januari 2012

SAKIT GIGI


Penyakit yang paling menyebalkan kata sebagian orang adalah sakit gigi. Benar tidaknya pernyataan itu tergantung dari orang yang pernah mengalami sakit gigi. Bagi mereka yang belum pernah sakit gigi mungkin pernyataan itu dianggap berlebihan. Agar tahu bagaimana rasanya orang sakit gigi sebaiknya di rasakan sendiri. Kalau tidak mau merasakan derita orang sakit gigi sebaiknya percaya saja bahwa sakit gigi sungguh menyakitkan.
Ketika orang menderita sakit gigi, semua jenis makanan terasa tidak enak. Hanya erangan dan ngedumel yang terus dinyanyikan karena hanya itu yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri akibat sakit gigi dapat menjalar ke seluruh tubuh dan bahkan menyumpahi orang yang lalu lalang di hadapannya sebagai manusia yang tidak mau berempati atas sakit yang dideritanya. Bahkan ada yang sampai melempari ayam kesayangannya gara-gara terus berkokok. Sungguh sakit gigi membuat badan kita panas dingin dan membuat perilaku penderitanya sedikit beda, seperti bernyanyi walau sebenarnya tidak pandai bernyanyi.
Adalah Mursan salah seorang staff  di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Darussalam, Tanak Beak, Narmada, Lombok Barat, NTB ketika itu sedang sakit gigi. Ia menceritakan bahwa ketika siang, sakit giginya tidak apa-apa. Tetapi di dalam ketenangan malam, saat orang lain sudah tertidur lelap dibuai mimpi nan indah, ketika para dokter gigi sudah tidur dan toko obat tutup, ia mulai sakit.
Ketika orang sakit gigi, seluruh tubuh ikut menderita. Lingkungan sekitar kita ikut-ikutan menjadi tidak benar. Bagaimanapun merdu dan lembutnya lagu dengan judul “rambut” yang dinyanyikan biduwanita Evi Tamala menjadi tidak enak didengarkan atau lagu “wulan merindu”  yang dilantunkan Cici Paramida membikin pekak telinga si penderita sakit gigi dan cendrung menyumpahinya. Bahkan bunyi cecak yang karena gembiranya menangkap serangga juga ikut disumpahi dan dilemparinya. Sakit gigi sungguh menyebalkan.
Saya menganjurkan si Mursan untuk pergi periksa ke dokter gigi. Apakah di cabut atau diobati sangat tergantung dari hasil pemeriksaan dokter. Pagi harinya dia tidak sabaran (karena malam harinya tidak bisa tidur sampai fajar menjelang) dan tanpa pikir panjang dia pergi ke dokter gigi dan menyuruhnya untuk mencabut giginya yang sakit itu karena  membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak dan karena sakitnya mengubah keheningan malamnya menjadi erangan dan amukan. Si cecak yang tidak tahu menahu tentang sakitnya si empunya rumah menjadi sasaran kemarahan dan lemparan.
Pak dokter gigi setelah memeriksa si Mursan hanya tersenyum dan berkata, “adalah bodoh mencabut gigi yang dapat diobati”. Lalu si dokter mulai mengikir sisi-sisi gigi pasien dan membersihkan celah-celahnya dengan menggunakan sarana yang ada untuk memulihkannya dan membebaskannya dari kerusakan. Setelah selesai mengikir, si dokter menambalnya dan berkata, “gigimu yang rusak sekarang lebih kuat dan lebih mantap daripada gigimu yang lain”. Si Mursan sangat percaya pada dokter dan di bayar lalu pulang.
Jeda dua minggu, gigi si Mursan kembali sakit dan siksaannya mengubah nyanyian indah menjadi ratapan dan derita. Namun kali ini, si Mursan tidak datang ke dokter yang memeriksa dan telah menambalkan giginya. Dia pergi ke dokter gigi lain dan meminta dokter untuk segera mencabut giginya yang sakit. Cabutlah gigi yang terkutuk ini, kata Mursan yang tidak sabaran. Setelah memeriksa gigi dengan sangat teliti, “untung engkau minta gigi rusak ini dicabut” kata Dokter.
Secara medis sakit gigi dapat disebabkan oleh tidak istiqomahnya manusia menggosok giginya setiap hari. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan tiga kali dalam sehari, sehabis makan, ketika akan tidur dan bangun tidur. Waktu-waktu gosok gigi yang dianjurkan secara medis tersebut dapat menghilangkan sisa-sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi kita dan dapat menghilangkan bau mulut akibat mengkonsumsi berbagai jenis makanan.
Islam sebagai doktrin dan ajaran memberikan ajaran kepada pemeluknya (Muslim) untuk menjaga dan memelihara lidah. Perlu disadari bahwa lidah memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan manusia, karena itu Rasulullah Saw. Mengingatkan kepada ummatnya melalui sabdanya “kendalikanlah (peliharalah) lidahmu, tetaplah dalam rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu” (HR Turmudzi).
Ada beberapa sebab mengapa orang-orang cendrung tidak mampu mengendalikan lidahnya. Pertama. Kurang menyadari bahwa lidah itu merupakan amanat Allah yang harus dijaga dan dipelihara dan dimanfaatkan untuk hal yang positif. Lidah menurut ajaran Islam akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat kelak. “...sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban kelah di hadapan Allah Swt” (Qs. Al-Isra : 36). Kedua. Kurang menyadari bahwa diri manusia selalu berada dalam pengawasan Allah Swt. Segala gerak, ucapan, detakan hati manusia selalu diawasi dan diketahui Allah Swt. “...Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi” (Al-Fajr : 14). Ketiga. Kurang menyadari dampak negatif yang ditimbulkan oleh oleh ucapan lidahnya. Dampak negatif ucapan yang buruk jika disadarinya pasti ia akan selalu memelihara lidahnya dan berfikir sebelum berkata. Mengendalikan lidah seharusnya tetap dipelihara agar dapat berkata baik dan bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia. Patut direnungi sabda Rasulullah Saw. “Sesungguhnya seorang hamba bisa tergelincir ke dalam neraka yang luasnya lebih luas dari jarak antara Timur dan Barat disebabkan mengucapkan sesuatu tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibat yang akan ditimbulkan” (HR Muttafaqun Alaih).  
Di dalam mulut masyarakat ada banyak gigi yang rusak sampai ke tulang rahang, kata Kahlil Gibran dalam novelnya yang berjudul Renungan dan Meditasi. Tetapi masyarakat tidak berupaya untuk mencabutnya dan menyingkirkan derita yang diakibatkannya. Ia mencukupkan diri dengan tambalan dari bahan terbaik. Banyak dokter gigi yang merawat gigi masyarakat yang sakit dengan bahan terbaik. Itulah rayuan reforman yang membuat masyarakat menjadi tunduk dengan tetap membungkus kepedihan, penyakit dan maut menjadi nasib mereka.
Di dalam mulut bangsa Indonesia ada banyak gigi busuk, hitam dan kotor yang merongrong serta bau. Para dokter telah berupaya mengobatinya dengan tambalan dari bahan terbaik namun tidak mau mencabutnya. Dan karenanya penyakit tetap saja ada. Sebuah bangsa dengan giginya yang sakit pasti akan berimbas ke perut. Banyak bangsa yang menderita sakit pencernaan seperti itu.
Dewasa ini, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sedang mengidap sakit gigi sekaligus pencernaan. Kedua penyakit tersebut dapat mempengaruhi rasa sakit ke seluruh sendi badan wadag kita. Bahkan mungkin dapat mempengaruhi mental spiritual. Memang kita lagi mengidap kedua penyakit itu. Buktinya, kita sangat mudah terpancing karena adanya isu-isu yang belum jelas sumbernya sehingga mudah terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Lihat saja sekolah-sekolah, kalau ingin mengetahui gigi-gigi Indonesia yang sakit, dimana di tempat itulah putra-putri kita di didik, digembleng dan diajari sikap mental yang baik untuk menjadi manusia berguna di hari esok. Namun dikotori virus-virus yang mematikan, mereka dibikin tidak berdaya dan ikut-ikutan atau mungkin idiot. Bisakah berharap terlalu banyak dari output yang instan dan kuantitas menjadi skala prioritas pembangunannya. Tentu tidak.
Tentu kita semua harus segera sadar diri kalau tidak mau disadarkan atau dipaksa sadar. Sudah saatnya pemerintah mulai mengedepankan kualitas pendidikan. Sekolah-sekolah terutama sekolah-sekolah yang dibiayai negara, baik dasar, menengah dan atas untuk juga menjadikan kualitas sebagai acuan utamanya. Sekolah-sekolah negeri hendaknya menjadi pelopor peningkatan kualitas tidak malah terjebak ke kuantitas dengan perolehan Bantuan Operasioal Sekolah (BOS) sebagai target utamanya. Pihak Pemerintah Daerah juga harus bertanggungjawab dalam peningkatan kualitas ini jika tidak mau dikatagorikan sebagai pengidap penyakit sakit gigi.
Pemegang kekuasaan di Indonesia eksekutif, Legisltaif dan Yudikatif  lagi megidap penyakit gigi dan pencernaan yang akut dan termasuk dalam katagori studium tiga, sehingga kita tidak bisa menaruh harapan terlalu besar. Ketiga lembaga pemegang kekuasaan itu menurut Karni Ilyas Pemred TV One terjebak ke dalam kubangan korupsi. Yang mengawasi dan diawasi sama-sama berada dalam kubangan korupsi. Sungguh butuh strategi dan pemikiran yang luar biasa untuk dapat keluar dari kubangan itu. Salah satu strategi luar biasa itu menurut Burhanudin Muhtadi (pengamat politik dan peneliti dari LSI Jakarta) dengan menyudahi politik transaksional di republik Indonesia. Politik transaksional itu adalah sumber segala petaka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kata Muhtadi. Menyudahi politik transaksional cara luar biasa dan tidak ada cara lain katanya.
Kelihatannya sakit gigi yang diderita bangsa ini sudah mengalami komplikasi, dimana semua organ kenegaraan telah terkena dampaknya dan rakyat yang tidak tahu menahu tentang sakit gigipun mengalami sakit yang amat sangat. Kita sebagai rakyat hanya bisa berteriak, menuntut keadilan dan atau diam membisu untuk selamanya. Harus diketahui bahwa berteriak, menuntut, dan membisu bukan pilihan tetapi lebih merupakan proses yang linier yang terpaksa dijalani sebagai sebuah akibat dari penyakit gigi yang komplikasi.
Sakit gigi harus segera dicarikan dokter yang excelen gabungan dari dokter spesialis agar tidak berlama-lama merasakan nyeri, derita dan tidak menggejala ke seluruh sendi kehidupan bernegara. Kita sudah terlalu lelah menanggung derita akibat dari perilaku orang yang menderita sakit gigi. Dokter yang pemberani, bersih, tidak korup, pekerja dan yang terpenting tidak termos (terus omong kosong). Hanya dokter yang excelen yang dapat diandalkan untuk dapat menghilangkan derita sakit gigi, apakah dengan cara ditambal giginya yang sakit atau dicabut sekalian supaya rasa nyerinya cepat hilang. Kita serahkan saja kepada dokter untuk bekerja, tidak usah dicampuri apalagi ditekan dan diintimidasi. Biarkan bekerja sesuai keahliannya dan kita percaya sakit gigi akan segera berlalu. Wallahul Musta’an ila Darussalam.
*********