(I)
Tahun emas identik dengan 50 Tahun keberadaan sesuatu (apakah itu menyangkut usia perkawian, berdiri atau keberadaan institusi-institusi pendidikan tertentu, dan sesuatu yang dianggap mempunyai nilai). Terus terang saya kurang memahami bagaimana asal muassal tahun emas diidentikkan dengan angka 50 Tahun. Namun, sebagai seseorang yang ingin selalu berhusnu dzon atau selalu berfikir positif, tentu siapa saja yang ingin merayakan Tahun emasnya dapat dibenarkan selama tidak menyalahi norma-norma kesusilaan dan tidak sampai orang lain terganggu.
Tahun emas bukan milik siapa-siapa bukan? Tetapi, ia dapat menjadi milik siapa saja orang atau lembaga yang mau memanfaatkan momen tersebut. Momen Tahun emas dapat melintasi Agama, kepercayaan, organisasi sosial keagamaan, kemasyarakatan dan apapun. Kita dapat meyarakan Tahun emas dengan kegiatan atau dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat guna menata kehidupan yang lebih baik lagi menuju 50 Tahun berikutnya.
Momen Tahun emas dimanfaat oleh keluarga besar Pondok Pesantren Qamarul Huda, Bagu, Pringgarata, Lombok Tengah, NTB. Perayaan Tahun emas di Pondok Pesantren Qamarul Huda terbilang sangat istimewa, khususnya bagi Tgh. Turmudzi Badruddin (karena hari itu menjadi hari 50 Tahun usia perkawinan sang Tuan Guru dengan Istri tercintanya Ummi Hajah Haliman bin Haji Muhammad) dan umumnya para santri dan warga masyarakat.
Pada hari ini (maksudnya Tanggal 8 April), usia Pondok Pesantren Qamarul Hudha sudah berumur 50 Tahun, kata Tgh. Turmudzi Badruddin dalam kata sambutannya pada acara perayaan Khoul Syekh Abdul Kadir Jilani, Tgh. Muhammad Soleh Hambali dan Khoul KH Abdurrahman Wahid (Gusdur). Setiap Tahun kita memperingati Khoul para Waliyullah dan menjadi tradisi Ponpes Qamarul Huda ke depannya.
Ya, perayaan khoul dilaksanakan secara rutin pada setiap tahunnya oleh keluarga besar PP Qamarul Huda Bagu (karena Tuan guru sebagai Mursyid Tariqah Khalwatiyah Qadiriyyah Wa Naqsabandiyah). Tetapi tahun ini sangat istimewa, kata Tgh. Turmudzi Badaruddin lebih lanjut. Kita semua keluarga besar Ponpes Qamaru Huda patut bangga dan bersyukur kepada Allah Swt atas semua prestasi yang telah didapatkan ponpes ini. Keberhasilan dan prestasi yang dicapai Pondok ini menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kerja keras dan keihlasan dari semua warga masyarakat dan kaum Muslimin.
Terima kasih atas semua pihak, kata Tuan Guru yang yang telah memberikan sumbangsihnya, baik berupa tenaga, pemikiran maupun materi kepada Ponpes Qamarul Huda sejak didirikan sampai sekarang ini. Dengan bertambahnya usia, kami akan terus berkiprah dan berjuang memberikan yang terbaik untuk Agama, Nusa dan Bangsa tercinta ini.
Kita sebagai pengabdi, pendamping dan penterjemah ide-ide serta gagasan-gagasan Tuan Guru, patut berterima kasih dan mendo’akansang Mursyid (Tgh. Turmudzi Badruddin dan Hj Halimah) atas dedikasi dan pengabdiannya dalam membangun masyarakat dan bangsa ini, serta tetap diberikan kesehatan, umur yang panjang guna terus mengemban amanah keummatan.
Perjalanan 50 Tahun bukan waktu yang sebentar dalam mengabdi kepada Masyarakat, Nusa dan Bangsa. Meskipun banyak aral melintang, Suka-duka, tangis-bahagia, senang-susah sudah kami rasakan, terang sang kiai atau Tuan Guru. Badai cobaan, suka tidak suka, fitnah dan segala kedengkian-pun sering dialamatkan kepada sang Tuan Guru dalam membangun Pesantrennya. Itulah perjuangan, katanya suatu ketika kepada saya. Dengan modal keihlasan dan berserah diri atau tawakkal kepada Allah Swt semua yang sulit menjadi mudah atas kehendak-Nya.
(II)
Perayaan Khoul Tahun EmasPonpes Qamaru Hudal dan Khoul Para Walyullah, serta 50 Tahun usia perkawinan sang Tuan guru dirayakan dengan khidmad dan khusuk di tengah terik matahari yang menyengat kulit wadag kita. Perayaan Tahun emas dihadiri oleh sekitar 7000 (Tujuh ribu) lebih para alumni, Santri dan Jamaah memadati halaman pondok Pesantren Qamarul Huda, serta para tamu undangan.
Sederetan nama para tamu undangan tercatat namanya di panitia khoul Tahun emas, diantaranya Prof. Dr. Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi), Prof. Dr. Ahmad Sodiki, SH (Wakil Ketua MK), Drs. H. Suryadarma Ali (Menteri Agama RI), Prof. Dr. Nazarudin Umar (Wamen Agama RI), Dr. H.lalu Wildan (Deputi Harmonisasi dan Hubungan antar Lembaga Kemen Dikpora RI), Prof. Dr. KH. Said Agil Sirad (Ketua PBNU), Dr. KH. M. zainul Majdi (Gubernur NTB), Tgh. Drs. Suhaili FT (Bupati Lombok Tengah), serta para tamu undangan dari dinas instansi di lingkup Provinsi dan kabupaten. Tidak lupa juga, para tamu undangan dari para Tuan Guru, Pimpinan Pondok Pesantern, tokoh agama dan tokoh masyarakat se-pulau Lombok.
Beberapa tamu undangan memberikan apresiasi dan kagum terhadap prestasi yang telah capai Ponpes Qamarul Huda. Perjuangan tanpa pamrih yang dilakukan Tuan Guru, sudah terlihat dan dirasakan oleh masyarakat, kata Drs. H. lalu Suhaimi Ismi, MM (Ka. Kemenag NTB) dalam kata sambutannya membacakan sambuatan bapak Menteri Agama RI yang berhalangan hadir. Pembangunan fisik terlihat sangat megah, pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar pesantren hidup, pembinaan batin masyarakat berjalan lancer, dan yang utama tentunya perkembangan lembaga-lembaga pendidikan di bawah Yayasan Ponpes Qamarul Huda sudah nyaris sempurna, mulai dari lembaga Raudlatul Athfal sampai dengan Perguruan Tinggi. Sungguh butuh perjuangan dan pengorbanan yang melelahkan dan besar.
Sementara Dr. Lalu Wildan (Deputi Harmonisasi dan Hubungan Antar Lembaga Kemen Dikpora) memberikan banyak kritikan dan masukan terhadap pembangunan yang ada di Lombok Tengah. Kritikan itu dialamatkan kepada bapak Bupati yang juga hadir pada acara perayaan Khoul Tahun Emas di Ponpes Qamarul Huda menjadi wajar, karena ia memang salah satu putra terbaik Lombok Tengah yang menduduki jabatan deputi.
Kritikan dan masukan menyangkut pembangunan infrastruktur jalan di kabupaten Lombok Tengah, khususnya jalan menuju Ponpes Qamarul Huda. Padahal, kata Wildan kami sudah menganggarkan dana 1,8 Triliun Rupah untuk pembangunan Gelanggang Olahraga (GOR) di Ponpes ini. Kami berharap, kata wildan setelah GOR ini terbangun akan lahir pemuda-pemudi yang sehat dan mempunyai prestasi dalam bidang olah raga.
Bupati Lombok Tengah dalam kata-kata sambutannya banyak memberikan gambaran tentang kekayaan, potensi-potensi yang sedang dan akan dikembangkan oleh Lombok Tengah. Kekayaan dan keindahan pantai selatan menjadi pesona tersendiri yang tidak kalah dengan keindahan pantai di daerah lain, tidak terkecuali Bali. Begitu juga dengan potensi pertanian, peternakan, dan perikanan, kata bupati lebih lanjut. Hanya saja, kami butuh investor yang mau menanamkan sahamnya di kabupaten Lombok Tengah.
Disinggung tentang pendidikan yang ada di Ponpes Qamarul Huda, Bupati Suhaili sangat bangga dengan keberadaan Lembaga-lembaga formal di bawah naungan Ponpes ini. Betapa tidak, mau mencari lembaga apa saja ada, ada TK, MI, Tsanawiyah, MA, SMK, Institut Agama Islam, STKIP, dan Stikes. Apa yang ada di Ponpes Qamarul Huda belum tentu ada di Ponpes yang lain, walaupun ada yang ada, namun tidak selengkap lembaga yang ada di Qamarul Huda. Kesemuanya merupakan prestasi buah dari kerja keras dan keihlasan dari Tuan guru, urainya. Pemkab Loteng sangat bangga dan berharap agar Ponpes ini menjadi pelopor Perguruan Tinggi Swasta di loteng khususnya dan menjadi panutan PTAIS di NTB umumnya.
Prof. Dr. Abdul Madani, MA dalam tausiyahnya (mewakili Ketua PBNU) berdecak kagum melihat pembangunan yang tiada hentinya. Dua tahun lalu, saya belum melihat gedung-gedung ini, tetapi sekarang Subhanallah, gedung-gedung kampusnya sudah berlantai tiga, bahkan sudah memiliki tiga lembaga Pergurun Tinggi (tinggal naik kelas menjadi Universitas), harapannya. Ya, marilah kita banyak-banyak bersyukur agar rizki selalu tetap mengalir kepada keluarga besar Ponpes Qamarul Huda.
Sebagai salah satu Ponpes NU terbesar di NTB kiprah pondok ini sangat besar untuk ikut mencerdaskan warga Negara. Di bawah pimpinan Tuan Guru, terang Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, yakin bahwa Ponpes ini akan terus berkembang dan mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Walaupu demikian, keberadaan Ponpes ini perlu terus mendapat dukungan dan perhatian berbagai pihak supaya perkembangannya sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat dan pemerintah, serta sesuai dengan Rencana strategis yang ada.
(III)
Jejak langkah dan kiprah Ponpes Qamarul Huda dalam membangun Masyarakat nampak terang dan dirasakan keberadannya oleh berbagai pihak, tidak hanya oleh kalangan kaum Nahdliyin. Kiprah perjuangan dan pengabdian tidak hanya terbatas pada dimensi pendidikan semata, tetapi juga menyangkut dakwah, budaya, pertanian, peternakan, kesehatan, ekonomi dan merambah ke dimensi pelayanan atau jasa. Kesemua dimensi itu dilandasi semangat mencerdaskan dan mendidik berlandasakan nilai-nilai keislaman yang hanief.
Semangat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat berlandaskan nilai-nilai keislaman yang hanief menjadi sesuatu yang inheren di dalam diri para pengelola Ponpes Qamarul Huda. Karena darinya akan melahirkan karya-karya yang terbaik dan berkualitas, serta dapat terjalin hubungan yang harmonis dengan semua elemen masyarakat; serta tidak terjadi pengkotak-kotakan antar sesama.
Menjadi seorang Mursyid Tarekat Tgh Turmudzi Badruddin telah menjadikannya sebagai seorang guru yang mampu mengayomi siapapun dan sifatnya lintas budaya. Sang Mursyid tidak pernah membeda-bedakan apalagi membesar-besarkan perbedaan yang ada, malahan, ia sangat menyadari bahwa perbedaan itu sebagai medium untuk berbuat yang lebih baik dan maksimal terhadap masyarakat. Bukti kecil dari tiadanya pembedaan itu, ketika sang Mursyid (Tgh Turmudzi Badruddin) diundang untuk menghadiri suatu acara, selama tidak ada udzur pasti menghadirinya. Tetapi, beliau akan tersenyum ketika suatu medium dakwah dipersalahkan dan perolokkan, dengan suatu ungkapan penuh nilai kearifan lokal masyarakat Sasak terungkap dalam ungkapan, “ Ye gawek, Ye dait”.
Ungkapan nilai kearifan lokal tersebut, oleh Tuan Guruterilhami dari ungkapan dalam Alqur’an, “barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji sarah, pasti akan di balas, dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan sebesar biji sarah pasti akan diberikan ganjaran oleh Allah”.Sunguh suatu bentuk perilaku yang patut ditiru dan digugu oleh kita semua, agar perbedaan medium dakwah tidak menjadi malapetaka dan dapat merugikan ummat sendiri.
Cara-cara berperilaku Tgh Turmudzi yang didasari oleh nilai-nilai agama dan kearifan lokal menjadi kebutuhan yang perlu diterapkan dan menurut hemat saya dapat menjadi strategi untuk meredam konflik lebih besar. Membangun dan mengembangkan Ponpes Qamarul Huda memang penuh dengan strategi dan cara-cara yang moderat berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas. Sungguh, selama pengabdian saya (hampir sepuluh Tahun) dalam membangun dan mengembangkan Perguruan Tinggi sampai sekarang ini, belum pernah saya menyaksikan kemurkaan Tuan Guru. Sungguh.
Namun, tidak berarti Tuan Guru tidak pernah marah khan. Beliau manusia biasa yang bisa merasakan senang-susah, sehat-sakit, bahagia-nestapa, ia tidak terbebas dari semua rasa-rasa itu. Hanya, ia bisa meredam dan mempunyai cara yang jitu agar orang yang dimarahi tidak marah, tetapi akan membuat orang itu jera dan tidak berani berbuat kesalahan serupa. Ungkapan “Ye gawek, Ye dait” merupakan bentuk ungkapan yang dapat dibaca bahwa beliau sangat marah.Bagi kami dan siapa saja yang dekat dengan Mursyid pasti mengetahuinya.
Alkisah, pernah suatu ketika, di awal-awal perintisan dan pembangunan Ponpes Qamarul Huda oleh Tuan Guru. Terdapat orang yang tidak sepaham dan tidak setuju atas perintisan Madrasah Qamarul Huda. Dengan reaksi dan dengan cara yang sedikit menyinggung perasaan dan eksistensi Tuan Guru sebagai Da’i, orang tersebut berusaha mempengaruhi masyarakat agar tidak mendaftarkan anak-anaknya ke madrasah Qamarul Huda dan lebih tidak simpatik lagi, ia meminta santri yang telah mendaftarkan diri di Qamarul Huda untuk bergabung dengan lembaga yang dipimpin orang itu. Tgh. Turmudzi tentu tidak marah, tetapi dengan senyum khasnya berkata anda punya jalan sendiri sebagai medium dan saya pun punya jalan sendiri, “mari bertasbiqul khairat”. Ya, itulah cara-cara dan strategi yang dilakukan sang Mursyid dalam menyikapi perbedaan yang ada. Sehingga semua menjadi nyaman dan aman. Tidak ada siapapun yang tersakiti, itulah Mursyid sesungguhnya.
(IV)
Kini Qamarul Huda sudah merayakan khoul Tahun Emasnya, atas perstasinya yang sudah digapainya selama 50 Tahun mengabdi kepada Agama, Nusa dan Bangsa. Walaupun, demikian, kami merasa bahwa masih panjang perjuangan yang mesti dilakukan agar ummat lebih cerdas, toleran, kompetitip, demokratis, dan sejahtera. Masih banyak mimpi-mimpi dan program-program kerja Ponpes Qamarul Huda yang belum terealisasi, salah satunya adalah mewujudkan Universitas Islam Qamarul Huda (UIQH).
Cita melahirkan UIQH menjadi mimpi Tgh Turmudzi yang belum kesampaian. Tiga tahun yang lalu, saat pelaksanaan Wisuda Sarjana IAI Qamarul Huda, kami sudah mencanangkan berdirinya Universitas Islam Qamarul Huda (UIQH) yang master plannya sebenarnya sudah final.Kadang kami merasa bersalah, ketika melihat gambar Master Plan kampus tersebut yang terpajang di rumah kediaman Tuan Guru dan belum bisa kami realisasikan. Sungguh suatu pekerjaan yang amat berat, untuk mewujudkan UIQH. Kami menyadari hal itu. Namun, kami tetap yakin, bahwa UIQH pasti terwujud secara perlahan tapi pasti atau slow but sure kata orang Barat.
Ya, perlahan tapi pasti. Itulah keyakinan, yang selalu bersemayam pada diri kami dalam mengembangkan program-program di Ponpes Qamarul Huda, terutama melahirkan Universitas Islam Qamarul Huda (UIQH). Memiliki tiga lembaga Perguruan Tinggi yang mandiri (IAIQH, Stikes, dan STKIP) menjadi modal utama kami untuk mewujudkan UIQH, sehingga tinggal satu langkah saja UIQH dapat terwujud. Di samping itu, political will dari tiga lembaga Pendidikan Tinggi tersebut menjadi hal utama untuk memuluskan cita besar Tuan Guru.
Dengan modal-modal yang dimiliki tersebut, kami yakin tinggal menunggu waktu yang tepat untuk alih status menjadi Universitas yang kita dambakan. Tentu disamping itu semua, sebagaimana tradisi pesantren, restu Tuan guru menjadi hal lain yang tidak dapat diabaikan oleh keluarga pesantren. Kami menyadari itu. Sebagus dan sesiap apapun program yang dilakukan, namun tidak mendapatkan restu kiai maka menjadi kurang afdhol. semoga kita semua dapat menterjemahkan keinginan besar Tuan Guru tersebut. Wallahul Musta’an Ila Darussalam.
*********
0 komentar:
Posting Komentar