Memasuki
 pesawat Merpati MZ 6060 rute Mataram menuju Bima jam 9.20 wita (Jumat, 9
 Nopember 2012), tangan saya membuka lembaran demi lembaran majalah 
penerbangan Merpati.  Banyak informasi yang tertulis dalam majalah itu, 
namun yang menarik perhatian saya judul lagu yang baru beberapa minggu 
lalu dilounching group band Noah. Seperti diketahui bahwa group band 
Noah dimoto
ri oleh Ariel. Noah band dulunya bernama Peterpan.
Judul lagu Noah band itu, merupakan kritik terhadap janji-janji manis 
yang selalu diucapkan muda mudi yang sedang dimabuk cinta. Tujuanya 
tidak lain kecuali untuk membuat lawan jenisnya secepatnya jatuh ke 
dalam pangkuannya. Ucapan janji yang sering diikrarkan para kaula muda 
adalah janji sehidup dan semati. Maksudnya atas nama cinta hidup bareng 
dan matipun bersama. Memang ikrar janji seperti itu telah banyak 
dicontohkan, misalnya cintanya Rama dan Sinta dalam efos Ramayana dan 
cintanya Romeo dan Juliet dalam efos Yunani kuno. Mungkin cinta sehidup 
dan semati seperti itu, hanya di dapatkan dalam cerita-cerita efos, dan 
tidak dalam dunia nyata, apalagi zaman sekarang ini.
Kini, 
paradigma percintaan kita sangat berbeda jauh dengan cerita-cerita efos.
 Perubahannya pun sangat jomplang, misalnya saja, bila kamu menerima 
cintaku, hidup dan mati kita bersama. Hidup kita jalani bersama suka 
mupun duka, namun jika kamu mati duluan, maka aku akan kawin lagi. Aku 
tidak sanggup mati bersama. Itulah perubahan paradigma dalam percintaan 
era sekarang ini. Dan kira-kira itulah kritik sosial yang disampaikan 
group band Noah dalam lagunya hidup untukmu mati tanpamu.
Setuju atau tidak teradap bait-bait syair lagu Noah band itu, tetapi 
itulah faktisitasnya. Cinta seakan terbatas pada saat manusia masih 
hidup saja, soal kematian silahkan duluan saja. Kita akui atau tidak, 
itulah faktanya, bukan. Bahkan saking menggebunya sang nafsu, dalam 
beberapa contoh istri atau suaminya baru meninggal beberapa hari, malah 
sudah menikah lagi. Dan ada yang lebih parah lagi, belum meninggal suami
 atau istrinya, malah sudah nikah siri. Sungguh, cinta kita saat ini 
hanya cinta sehidup saja, dan tidak diikuti cinta semati, sebagaimana 
efos Romeo dan Juliet atau cinta Rama dan Sinta.
Tentu, Ariel 
Noah, tidak salah untuk mengingatkan kita, akan cinta yang kita jalani 
saat ini. Kita, mungkin masih bisa berharap muncul dan tumbuhnya kembali
 cinta sehidup dan semati sebagaimana janji-janji gombal kita untuk 
menaklukkan lawan jenis kita. Dan dengan harapan yang sama agar tidak 
berkembang mengabadi hidup untukmu mati tanpamu, sebagaimana syair lagu 
Noah band.
Akhirnya, saya harus mengakhiri tulisan ini, sebagai
 bentuk refleksi dan otokritik akan cinta yang kita jalani karena 
pesawat Merpati yang saya tumpangi akan segera landing di Bandar Udara 
Sultan Salahudin Bima. Dan pramugari memang tidak mengijinkan untuk 
menghidupkan segala bentuk elektronik saat pesawat takeoff maupun 
landing. Wallahul muwafiq ila Darissalam.