Setidaknya itu mimpi kita sebagai masyarakat Indonesia memasuki Tahun
2014. Ya, kita menginginkan pemimpin yang mampu membawa bangsa dan
negara lebih sejahtera dibandingkan Tahun lalu. Menjadi pemimpin kata
Muhammad Jusuf Kala tidak susah. Keteladanan menjadi kata kunci untuk
menjadi pemimpin. Dan merubah masyarakat bisa menjadi lebih mudah.
Eksistensi pemimpin adalah pemimpin yang mampu mendobrak keadaan dan bukan yang pandai mengokohkan kemapanan. Sebagian besar pemimpin di negeri ini, apakah itu Bupati, Wali Kota, Gubernur, dan bahkan Presiden berupaya untuk mengokohkan kemapanan dan atau kekuasaannya. Berbagai cara dilakukan, entah itu benar atau salah, melanggar hukum atau tidak tidak menjadi urusan. Yang terpenting adalah dapat mempertahankan kekuasaan sampai dua periode. Dan tidak peduli berapa uang yang dihabiskan untuk mencapai tujuannya.
Memang susah mencari pemimpin yang mampu menginspirasi rakyat untuk hidup optimis, jujur dan sederhana, karena memang para pemimpinnya hidup glamor dan dibalut hedonisme. Perilaku hedonist para pejabat menjadi awal mula perilaku korupsi, kata Abraham Samad, ketua KPK. Di samping itu, tiadanya sifat jujur dan kesederhanaan menjadi virus menggurita merusak tatanan hidup bernegara.
Sepertinya pemberantasan korupsi teramat sulit untuk dilakukan karena semakin banyak koruptor yang tertangkap, sebanyak itu pula muncul modus baru korupsi. Sehingga, apa yang dilakukan KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad serasa tidak berbuat apa-apa. Masyarakat selalu menganggapnya lamban dalam menyelesaikan kasus korupsi dan menangkap para koruptor. Padahal masalahnya tidak terletak pada kuantitas penangkapan para koruptor tetapi pada munculnya modus baru perilaku korupsi. Karena itu, pemberantasan korupsi tidak sebatas program menangkap dan memenjarakan koruptor tetapi harus lebih luas lagi dengan melakukan gerakan semesta Indonesia, kata Anis Baswedan. Maksudnya semua rakyat, penyelenggara negara harus berpadu untuk melakukan gerakan anti korupsi di semesta Indonesia.
Bila keterpaduan rakyat dan penyelenggara negara mampu melakukan gerakan anti korupsi maka bukan tidak mungkin rakyat akan lebih sejahtera, makmur, gemah ripah luh jinawi. Mungkinkah? Ya, kita harus optimis untuk bisa melakukan gerakan anti korupsi tinggal politival will atau kemauan politik dari para penyelenggara negara. Dari data penyelenggara negara yang terjebak dalam kubangan korupsi, ada sekitar 311 orang kepala daerah yang tertangkap oleh KPK. Kuantitas pennyelenggara negara yang tertangkap KPK bisa saja bertambah pada tahun 2014, tetapi tidak akan membuat kita untuk pesimis dalam melakukan gerakan anti korupsi. Ikhtiar harus tetap berjalan dan dikembangkan sehingga ruang gerak orang yang ingin melakukan korupsi semakin sempit dan tertutup sama sekali. Kalau masih saja terjadi maka hukuman mati bagi koruptor dapat dipertimbangkan untuk memberikan efek jera, sebagaimana yang telah digagas oleh Prof. Mahfud MD, mantan ketua Mahkamah Konstitusi.
Hal penting yang harus dimiliki oleh pemimpin, di samping menjalankan program mengejar para koruptor yakni seorang pemimpin harus jujur, tulus, ketauladanan dan sederhana. Kualitas diri pemimpin tersebut harusnya menyatu dalam diri mereka. Dengan kualitas diri tersebut maka sudah barang tentu kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan tercapai, karena sudah tidak ada lagi anggaran negara yang digarong atau dicuri. Kesederhanaan seorang pemimpin dapat menjadi efek positif bagi rakyat untuk bisa hidup lebih baik.
Pemimpin yang sederhana bisa menjadi inspirator untuk rakyat dalam menggapai impian-impian manisnya. Pemimpin yang bekerja keras untuk rakyatnya dapat menumbuhkan rasa optimisme dan sebaliknya pemimpin yang cengeng, suka nangis di depan publik, suka galau, berkeluh kesah dapat membuat rakyat pesimisme menatap masa depannya. Oleh karena itu, sesuatu yang baik harus bisa dipublis setiap hari, seperti anak tukang becak bisa menjadi sarjana, anak yang hidup di pedalaman bisa menjadi juara olimpiade Mipa, tukang bubur bisa naik haji, anak TK bisa hafiz Al-Qur'an 30 juz. Sesuatu yang positif tersebut dapat dipublis sehingga bisa mempengaruhi pemikiran dan ghirah masyarakat untuk terus berfikir positif.
Untuk mewujidkan itu, dibutuhkan para pemimpin yang inspiratif. Menjelang pemilu legislatif dan Pilpres memdatang besar harapan kita akan terlahir anggota legislatif yang tulus dalam memperjuangkan nasib rakyat dan bisa memerankan hidup sederhana di tengah hedonism yang semakin menjangkiti manusia. Begitu pun dengan Pilpres akan lahir presiden yang jujur, tulus, hidup sederhana dan memberi ketauladanan bagi rakyatnya. Hidup sederhana menjadi teramat penting diperankan oleh para penyelenggara negara. Untuk menyebut sedikit dari yang sedikit penyelenggara negara yang hidup sederhana ada pada sosok Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta. Seorang gubernur yang ndeso tapi bisa berbuat banyak bagi warga ibu kota Jakarta. Siapa yang nyana, wajah ndeso bisa jadi gubernur di Jakarta. Dia tipe pemimpin yang apa adanya, tulus, jujur dan hidup sederhana.
Saya berkesimpulan bahwa Joko Widodo merupakan sosok pemimpin yang mampu menjadi inspirator banyak orang. Jokowi langka dan unik di tengah model kepemimpinan yang hedonist. Tipe kepemimpinan seperti Jokowi yang dapat menjadi inspirator hidup sejahtera pada tahun 2014. Apakah hal itu mimpi atau sebatas hayalan di tengah kesadaran hidup dalam kemiskinan. Entahlah. Namun yang pasti mungkin kita butuh para pemimpin berkualitas, jujur, tulus, dan sederhana. Bia saja hal itu terwujud, maka kemingkinan KPK sudah tidak dibutuhkan lagi. Dengan demikian, pemimpin yang penuh inspirasi menjadi impian dan dambaan rakyat ke depan. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Tanak Beak, 01012014.00.56.
Eksistensi pemimpin adalah pemimpin yang mampu mendobrak keadaan dan bukan yang pandai mengokohkan kemapanan. Sebagian besar pemimpin di negeri ini, apakah itu Bupati, Wali Kota, Gubernur, dan bahkan Presiden berupaya untuk mengokohkan kemapanan dan atau kekuasaannya. Berbagai cara dilakukan, entah itu benar atau salah, melanggar hukum atau tidak tidak menjadi urusan. Yang terpenting adalah dapat mempertahankan kekuasaan sampai dua periode. Dan tidak peduli berapa uang yang dihabiskan untuk mencapai tujuannya.
Memang susah mencari pemimpin yang mampu menginspirasi rakyat untuk hidup optimis, jujur dan sederhana, karena memang para pemimpinnya hidup glamor dan dibalut hedonisme. Perilaku hedonist para pejabat menjadi awal mula perilaku korupsi, kata Abraham Samad, ketua KPK. Di samping itu, tiadanya sifat jujur dan kesederhanaan menjadi virus menggurita merusak tatanan hidup bernegara.
Sepertinya pemberantasan korupsi teramat sulit untuk dilakukan karena semakin banyak koruptor yang tertangkap, sebanyak itu pula muncul modus baru korupsi. Sehingga, apa yang dilakukan KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad serasa tidak berbuat apa-apa. Masyarakat selalu menganggapnya lamban dalam menyelesaikan kasus korupsi dan menangkap para koruptor. Padahal masalahnya tidak terletak pada kuantitas penangkapan para koruptor tetapi pada munculnya modus baru perilaku korupsi. Karena itu, pemberantasan korupsi tidak sebatas program menangkap dan memenjarakan koruptor tetapi harus lebih luas lagi dengan melakukan gerakan semesta Indonesia, kata Anis Baswedan. Maksudnya semua rakyat, penyelenggara negara harus berpadu untuk melakukan gerakan anti korupsi di semesta Indonesia.
Bila keterpaduan rakyat dan penyelenggara negara mampu melakukan gerakan anti korupsi maka bukan tidak mungkin rakyat akan lebih sejahtera, makmur, gemah ripah luh jinawi. Mungkinkah? Ya, kita harus optimis untuk bisa melakukan gerakan anti korupsi tinggal politival will atau kemauan politik dari para penyelenggara negara. Dari data penyelenggara negara yang terjebak dalam kubangan korupsi, ada sekitar 311 orang kepala daerah yang tertangkap oleh KPK. Kuantitas pennyelenggara negara yang tertangkap KPK bisa saja bertambah pada tahun 2014, tetapi tidak akan membuat kita untuk pesimis dalam melakukan gerakan anti korupsi. Ikhtiar harus tetap berjalan dan dikembangkan sehingga ruang gerak orang yang ingin melakukan korupsi semakin sempit dan tertutup sama sekali. Kalau masih saja terjadi maka hukuman mati bagi koruptor dapat dipertimbangkan untuk memberikan efek jera, sebagaimana yang telah digagas oleh Prof. Mahfud MD, mantan ketua Mahkamah Konstitusi.
Hal penting yang harus dimiliki oleh pemimpin, di samping menjalankan program mengejar para koruptor yakni seorang pemimpin harus jujur, tulus, ketauladanan dan sederhana. Kualitas diri pemimpin tersebut harusnya menyatu dalam diri mereka. Dengan kualitas diri tersebut maka sudah barang tentu kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan tercapai, karena sudah tidak ada lagi anggaran negara yang digarong atau dicuri. Kesederhanaan seorang pemimpin dapat menjadi efek positif bagi rakyat untuk bisa hidup lebih baik.
Pemimpin yang sederhana bisa menjadi inspirator untuk rakyat dalam menggapai impian-impian manisnya. Pemimpin yang bekerja keras untuk rakyatnya dapat menumbuhkan rasa optimisme dan sebaliknya pemimpin yang cengeng, suka nangis di depan publik, suka galau, berkeluh kesah dapat membuat rakyat pesimisme menatap masa depannya. Oleh karena itu, sesuatu yang baik harus bisa dipublis setiap hari, seperti anak tukang becak bisa menjadi sarjana, anak yang hidup di pedalaman bisa menjadi juara olimpiade Mipa, tukang bubur bisa naik haji, anak TK bisa hafiz Al-Qur'an 30 juz. Sesuatu yang positif tersebut dapat dipublis sehingga bisa mempengaruhi pemikiran dan ghirah masyarakat untuk terus berfikir positif.
Untuk mewujidkan itu, dibutuhkan para pemimpin yang inspiratif. Menjelang pemilu legislatif dan Pilpres memdatang besar harapan kita akan terlahir anggota legislatif yang tulus dalam memperjuangkan nasib rakyat dan bisa memerankan hidup sederhana di tengah hedonism yang semakin menjangkiti manusia. Begitu pun dengan Pilpres akan lahir presiden yang jujur, tulus, hidup sederhana dan memberi ketauladanan bagi rakyatnya. Hidup sederhana menjadi teramat penting diperankan oleh para penyelenggara negara. Untuk menyebut sedikit dari yang sedikit penyelenggara negara yang hidup sederhana ada pada sosok Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta. Seorang gubernur yang ndeso tapi bisa berbuat banyak bagi warga ibu kota Jakarta. Siapa yang nyana, wajah ndeso bisa jadi gubernur di Jakarta. Dia tipe pemimpin yang apa adanya, tulus, jujur dan hidup sederhana.
Saya berkesimpulan bahwa Joko Widodo merupakan sosok pemimpin yang mampu menjadi inspirator banyak orang. Jokowi langka dan unik di tengah model kepemimpinan yang hedonist. Tipe kepemimpinan seperti Jokowi yang dapat menjadi inspirator hidup sejahtera pada tahun 2014. Apakah hal itu mimpi atau sebatas hayalan di tengah kesadaran hidup dalam kemiskinan. Entahlah. Namun yang pasti mungkin kita butuh para pemimpin berkualitas, jujur, tulus, dan sederhana. Bia saja hal itu terwujud, maka kemingkinan KPK sudah tidak dibutuhkan lagi. Dengan demikian, pemimpin yang penuh inspirasi menjadi impian dan dambaan rakyat ke depan. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Tanak Beak, 01012014.00.56.
0 komentar:
Posting Komentar