Kisah
nyata. Ada seorang anak ustadz yang tidak pernah tahu jalan menuju
masjid meskipun orang tuanya adalah seorang yang mengajarkan Al-Qur'an.
Harta yang berlimpah dihadapanku telah menghancurkan dan menjauhkanku
dari jalan Allah Swt. Namun kemudian Allah Swt berkehendak lain. Aku
mengalami kecelakaan mobil (kata sohibul hikayah) yang membuatnya tidak
bisa berjalan sama sekali atau lumpuh.
Dokter menegaskan bahwa tidak ada sebab-sebab yang jelas mengenai
kelumpuhan ini, hanya ada shock neoronitis yang mempengaruhi
kemampuannya dalam bergerak.
Suatu hari sebelum saudaranya
mendudukannya di kursi roda setelah keluar dari mobil, tiba-tiba
terdengar suara adzan shalat magrib. Suara muazzin yang
mengumandangkannya begitu merdu, menyentuh hati, dan menggeraannya
perasaannya. Seakan-akan baru pertama kali mendengar adzan selama hidup,
katanya. Seketika itu, kedua matanya berlinangan air mata. Saudaranya
terkejut dan langsung memintanya agar agar mengantarkannya ke masjid
untuk shalat bersama jamaah.
Hari-hari berikutnya, ia lalui
dengan tekun menunaikan shalat di masjid hingga shalat subuh sekalipun.
Meski menanggung penderitaan yang teramat berat, ia tetap bertekad untuk
tidak pernah menarik diri dari jalan kembali kepada Allah Swt. Suatu
malam sebelum shalat shubuh, dalam mimpi ia melihat ayahnya bangun dari
kuburnya dan menepuk pundaknya, lalu dia berkata "Anakku, jangan
bersedih, Allah Swt telah mengampuniku karena dirimu". Si anak sangat
senang mendengar berita gembira ini dan segera bershalat, bersujud
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. Dan mimpi si anak telah
berulang beberapa kali.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu pagi si
anak shalat shubuh di masjid sebelah rumahnya. Ia duduk di atas kursi
roda di bagian ujung shaf pertama. Imam mulai membaca doa qunut, lama
namun syahdu. Hatiku sangat tersentuh (kata si anak) dengan doanya
hingga air matanya mengalir. Tubuhnya gemetar dan hampir saja hatiku
melompat dari dadaku. Aku merasa maut telah dekat denganku, kata si
anak. Beberapa saat kemudian si anak menjadi tenang dan melanjutkan
shalatnya. Setelah mengucapkan salam, si anak ustadz merasakan ada
sebuah kekuatan yang menjalar di tubuhnya yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya. Ia merasa ada kekuatan yang menuntunnya untuk berdiri. Ia
pun mencoba bangun dari kursi rodanya dan menggesernya ke samping untuk
berdiri dengan dengan telapak kakinya, lalu shalat dua rakaat sebagai
rasa syukur ke hadirat Allah Swt.
Jamaah shalat di sekelilingku
kata si anak datang memberi ucapan selamat. Air mata mereka
mengharu-biru dengan air mata. Kebahagiaannya atas ketulusan perasaan
mereka tak terbayangkan. Lalu imam datang berbisik di telinganya dan
memeluknya. "Jangan sekali-kali kau lupakan anugerah dan rahmat Allah
Swt atas dirimu ini. Jika dirimu kembali bermaksiat terhadap Allah Swt,
maka kembalilah kamu ke atas kursi itu dan jangan meninggalkannya
selama-lamanya".
Dalam kaitan dengan kisah itu, sebenarnya
tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak melaksanakan shalat
walaupun dalam keadaan sakit. Sebagai Muslim harus yakin bahwa shalat
merupakan terapi pengobatan yang efektif bagi fisik. Ibnu Majah
meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata, Rasulullah Saw melihatku
ketika aku sedang tidur sambil mengaduh sakit perut. Beliau langsung
berkata kepadaku, Hai Abu Hurairah, kamu sakit perut? Akujawab, benar,
wahai Rasulullah. Beliau berkata "Bangun dan shalatlah, sesungguhnya
dalam shalat terdapat pengobatan".
Kisah tersebuat merupakan
kisah nyata yang saya sarikan dari Eksyclpedi Pengetahuan Al-Qur'an dan
Hadits. Semoga kisah ini menjadi pengingat-ingat kita untuk istiqomah
dan shabar dalam menjalankan shalat wajib lima waktu sehari-semalam dan
shalat-shalat sunnah. Semoga kita bisa tetap menjaga shalat kita. Amin.
Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Tanak Beak, 20122013.09.09
Kamis, 26 Desember 2013
SHALAT SEBAGAI TERAPI PENGOBATAN
00.32
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar