Minggu, 12 Agustus 2012

TANDA KIAMAT


Alkisah, di musim dingin uang Nasrudin Affandi (seorang sufi) semakin menipis atau tidak banyak. Panen ladangnya sangat buruk (untuk tidak mengatakan gagal panen) tahun itu. Karena itu ia harus berhemat.  Begitu juga keledainya. Makannya harus dikurangi. Tiga hari setelah keledainya dikuranggi makannya, kondisi keledai kelihatannya tetap sama. Karena itu Nasrudin berkata pada dirinya sendiri, “keledai ini biasanya makan banyak. Sekarang ia telah biasa makan sedikit. Dan lama-lama akan terbiasa pula tidak mau makan sama sekali” (Idris Syah, 1994).
Demikianlah untuk selanjutnya setiap hari ia kurangi sedikit demi sedikit jatah makanan untuk keledainya, sehingga pada akhirnya si keledai tidak mau makan sama sekali. Suatu hari, ia membawa keledainya ke pasar dengan muatan yang sangat banyak. Di tengah jalan keledai itu rebah dan mati seketika. “oh betapa malangnya aku ini, serunya. Keledaiku mati justru pada saat ia terbiasa tidak makan apapun. Pasti ini merupakan tanda kiamat.
Kisah sufistik di atas seakan begitu nyata di dalam kehidupan kita saat ini. Tanda-tanda kiamat telah terang benderang mengitari kehidupan kita, tinggal kapan akan terjadinya? Itu menjadi rahasia Allah Rabbul Izzati semata. Manusia tidak diberikan pengetahuan tentang datangnya hari kiamat itu dan hal ini menjadi bukti kebohongan manusia yang mengatahuinya, seperti seorang Pastur dari Negara Amerika yang telah meramalkan datangnya kiamat, tetapi semuanya tidak terbukti.
Pengetahuan yang dimiliki manusia sebatas pada tanda-tanda semakin dekatnya kiamat, sebagaimana kisah sufistik di atas. Tanda lainnya seperti rusaknya lingkungan hidup tempat dimanusia dapat hidup tenang dan meneruskan keturunannya. Perusakan lingkungan hidup bukan diakibatkan oleh kemurkaan Tuhan, tetapi lebih disebabkan oleh perilaku manusia yang tanpa batas. Atau dengan perkataan lain, kedatangan kiamat justru diundang sendiri oleh manusia. Alqur’an sebagai kitab suci telah dengan jelas mengisaratkan bahwa “kerusakan di daratan dan lautan akibat dari perilaku manusia”.
Berkaitan dengan itu, ketika saya masih kecil, sungai yang terdapat di sebelah selatan desa Tanak Beak masih sangat terawat dengan baik dan tampak begitu sangat indah. Berbagai macam ikan hidup dengan tenang dan bersahabat dengan manusia. Ia tidak merasa terancam dengan kedatangan manusia yang hendak mandi dan kegiatan lainnya. Sambil menyelam kita bisa dapatkan ikan atau udang yang bersembunyi di balik bebatuan.
Kini, kami heran kemana ikan-ikan itu bersembunyi? Kami dapat menyaksikan masyarakat desa yang punya hobi memancing dengan kesabaran tinggi, menunggu berjam-jam tidak satupun bangsa ikan yang sudi mampir untuk sekedar memberi kesenangan pada si pemacing. Semua seakan hilang lenyap tanpa bekas. Inikah tanda-tanda kiamat itu, sebagaimana kisah Nasrudin di atas, tetapi entahlah. Semoga saja Tuhan tidak murka dengan perilaku manusia yang semakin tidak terbatas, seraya memohon ampunan-Nya. Wallahul Musta’an ila Darissalam.

0 komentar: