“Menang terhormat, kalah tersanjung”, itulah kalimat
normative yang dapat saya rekam setelah
selesai membaca novel Mahabarata. Kalimat tersebut terungkap ketika anak-anak
Pandu yang tergabung dalam Pandawa Lima berkumpul menyikapi kelicikan dan
provokasi yang terus dilakukan oleh saudara-saudaranya dari Kurawa. Sedianya
pihak Pandawa berusaha untuk menghindar dari peperangan dengan Kurawa, tetapi
takdir rupanya tidak dapat ditolak, perang Bharatayuda di Kuru Setra akhirnya
terjadi. Namun demikian, pihak Pandawa berusaha untuk tetap bersikap dan
menjaga nilai kesatrya dalam peperangan itu dengan tidak berbuat kecurangan,
kelicikan dan tipu muslihat, sehingga kalau menang dalam peperangan itu menjadi
pemenang yang terhormat dan kalau kalah tetap tersanjung. Itulah nilai-nilai
kesatrya yang harus dijunjung tinggi dan diacu pada suatu pertandingan, tak
terkecuali dalam Pemilu Kepala Daerah di Nusa Tenggara Barat.
Dalam kondisi
Politik Indonesia seperti saat ini, sepertinya sulit untuk bersikap kesatrya
dalam setiap perhelatan Pemilihan Umum, terutama Pemilu Kepala Daerah. Sebab
orientasi para kontestan semata-mata kekuasaan dan karenanya apapun bisa
dilakukan yang penting tujuan berkuasa tercapai. Dengan begitu, seolah-olah
untuk mencapai suatu kekuasaan, melakukan tindakan provokatif dengan negative and black campign menjadi
strategi jitu untuk membuat lawan politiknya kalah terkapar.
Dalam pentas
Pemilu Kepala Daerah tampaknya negative
and black campign menjadi salah satu strategi andalan untuk memperoleh
kekuasaan. Ya, negative and black campign
boleh jadi memang menjadi jurus andalan. Namun, mahluk macam apa negative and black campign itu? Secara
definisi keduanya bisa dibedakan, tetapi dalam prakteknya keduanya sulit
dipisahkan. Kedunya dapat dipakai para kontestan politik atau tim pemenangan di
waktu yang bersamaan. Beda kata beda definisi, kata Saharudin, MA (Dosen tetap
Fakultas Tarbiyah IAI Qamarul Huda, Lombok Tengah).
Black campign itu sesuatu hal yang fiktif dan fitnah
dan disebarkan oleh segelintir orang atau tim. Sementara negative campign sesuatu hal yang berdasarkan fakta dan dianggap
salah bagi sebagian orang kemudian disebar oleh segelintir orang atau tim. Sederhananya,
negative campign berarti berbicara
tentang lawan kampanye dari sisi gelapnya (dari sisi jeleknya atau negatifnya).
Ini berarti secara langsung menyerang lawan atau kebijakan dan atau
membandingkan secara secara kontras antara calon anda dengan lawan. Yang pasti
kedua hal itu dilakukan untuk merugikan orang lain dan membunuh karakter orang
lain. Akan tetapi belum tentu juga black
and negative campign tepat sasaran.
Pada pilpres
2009 lalu, istri SBY di-black campign bahwa dirinya adalah seorang non Muslim,
padahal jelas-jelas dia adalah seorang muslim. Begitu juga dengan SBY yang di-black
campign bahwa dirinya sebelum masuk Akademi Militer pernah menikah. Gubernur
Sulawesi Selatan Sahrul Yasin Limpo (SYL) di-black campign dengan beredarnya selebaran
tolak dinasti gubernur pengguna narkoba. Hal yang sama juga, terjadi pada Pilgub
Jawa Barat dimana, beredar selebaran tentang Ahmad Heryawan yang punya istri
lain.
Terdapat tiga
jenis utama dari negative and black campign
yakni (1). Ad hominem istilah latin
berarti “melawan orang”. Jenis serangan ini adalah serangan terhadap pribadi
lawan, cendrung tidak ada hubungan dengan kampanye, visi misi maupun kebijakan,
seperti mengkampanyekan lawan politiknya dengan menyebut kelebihan berat badan,
jelek, memiliki hubungan di luar nikah, keluar masuk kafe dengan wanita lain.
(2). Policy attacks merupakan jenis
kampanye yang menyerang kebijakan dan program lawan yang tidak tepat dan tidak
dibutuhkan oleh masyarakat luas. Dalam prakteknya serangan ini biasanya
dilakukan dengan membandingkan kebijakan dan janji-janji lawan politik,
kemudian membandingkannya dengan kebijakan dirinya (sebagai calon) dan
memperlihatkan kepada halayak kejelakan kebijakan lawan. (3). Character attacks merupakan serangan
karakter terhadap lawan.
Dari tiga jenis
utama negative and black campign
tersebut di atas, menurut hemat saya, ad Hominem
attacks adalah jenis serangan yang tidak etis dan kontra produktif dan
harus dihindari dalam setiap kampanye Pemilihan Kepala Daerah di NTB, baik itu
Gubernur, Bupati Lombok Timur maupun Kota Bima. Para kandidat sebaiknya
menggunakan serangan kebijakan dan program untuk kesejahteraan rakyat (berfokus
pada tema-tema positif yang mempromosikan diri mereka sendiri). Operasi politik
professional percaya bahwa policy attacks
merupakan serangan yang etis dan produktif dalam kampanye politik.
Serangan character attacks menunjukan bahwa
hal-hal tertentu dalam hidup lawan politik saat ini atau masa lalu membuat dia
tidak layak untuk posisi yang mereka incar saat ini. Contoh serangan karakter
melakukan kekerasan dalam rumah tangga, sering bertindak kasar terhadap istri,
pernah melakukan tindak asusila di masa lalu, dan lain sebagainya, seharusnya
dihindari. Serangan karakter adalah wilayah abu-abu dalam negative campign. Terkadang, sebagian orang sama sekali tidak
menggunakannya, namun sebagian yang lain percaya bahwa character attacks dapat diterima selama mereka berhubungan langsung
dengan kampanye.
Dalam politik
Indonesia dimana kampanye (positif) dilakukan dengan mengeksplorasi kelebihan
calon dengan tak proforsional, narsis, berlebihan dan tak menggunakan
argumentasi memadai, dan biasanya dilakukan oleh kandidat Kepala Daerah yang
masih berkuasa. Iklan Politik berlebihan yang dilakukan para kandidat yang
berkuasa tidak proforsional dan narsis menjelang pilkada, maka negative and black campign sangat
berguna. Keduanya menyeimbangkan positive
campign yang cendrung menyajikan kelebihan kandidat secara berlebihan dan
tak proforsional.
Diakui atau
tidak beberapa Balon Kepala Daerah sudah mulai memasuki negative and black
campign. Di kabupaten Lombok Timur misalnya para kandidat sudah mulai saling
serang dengan memasuki tiga jenis utama dari negative and black campign (Ad Hominem, Policy Attackt, Character Attackt)
tersebut di atas. Begitu juga, di provinsi NTB para Balon Gubernur sudah
memulai mengkritisi dan menyerang program yang dianggap gagal seperti PIJAR dan
tidak dibutuhkan masyarakat, seperti Islamic Center (terutama anggarannya yang
diambil dari APBD). Kritikan itu wajar dan benar adanya, kalau ditilik dari
banyaknya masyarakat yang belum sejahtera (ekonomi, pendidikan dan kesehatan). Sayangnya,
para pengkritik dari pasangan Balon gubernur tidak mengkonstruksi program
tandingan yang lebih baik dan kalaupun di tanyakan pasti jawaban blunder dan sangat
normative.
Di jalan Langko
Mataram, tepatnya Sebelah Utara Masjid Raya At-Taqwa Mataram, ada Baliho yang
bertuliskan kurang lebih demikian “TGB Berikhtiar melanjutkan pembangunan
Islamic Center”. Sepintas orang akan berfikiran bahwa hanya TGB yang mampu
menyelesaikan Islamic Center dan tidak gubernur lainnya. Baliho itu,
menggambarkan bahwa itulah bentuk positive campign dari balon gubernur
penggagas Islamic Center dan siapapun calon pasti akan melakukan hal yang sama
dan tidak salah.
Tetapi bacaan sebagian
masyarakat lainnya (termasuk kritikan balon gubernur lain) dianggap iklan
politik yang mengharapkan belas kasihan agar masyarakat memilihnya kembali
untuk menyelesaikan pembangunan Islamic Center. Bacaan lainnya bahwa isi baliho
itu menunjukan ketidakpercayaan TGB terhadap gubernur lain untuk menyelesaikan
Islamic Center.
Apapun makna di
balik gesture iklan politik itu, namun yang pasti bahwa permasalahan NTB tidak
bisa dilokalisir hanya pada Islamic Center. Bukankah permasalahan NTB jauh
lebih kompleks untuk segera diselesaikan, sebut saja misalnya IPM NTB yang
masih berada pada posisi Nomor 2 (dua) dari Bawah, masalah konflik sosial yang
setiap saat dapat meledak, masalah Petani tembakau yang masih resah karena
modalnya belum kembali, masalah kekurangan gizi, Raskin yang menuai protes
masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat.
Kritikan yang
diberikan beberapa balon Gubernur tersebut kepada pemerintah masih dalam batas
toleransi yang belum mengarah ke negative
and black campign. Kemungkinan hal
itu yang harus diwaspadai agar tidak mengarah ke kerasan politik karena
selama ini, masyarakat menganggap bahwa kampanye yang sifatnya menyerang selalu
dianggap tidak beretika, padahal negative
campign (tidak black campaign) adalah
sebuah pembelajaran politik modern tentang bagaimana mengungkapkan fakta
sesungguhnya, meskipun ada kandidat yang harus terdeskreditkan. Namun, jangan
sampai etika menjadi perlindungan kebobrokan kandidat.
Apa target dari negatve campaign? Biasanya dilakukan
berdasarkan data riset dan survey dan tidak membawa pengaruh bagi masyarakat.
Maka biasanya negative campaign
dilakukan untuk membuat opini bahwa calon “A” dizholimi dengan demikian membuat
masyarakat iba atau simpati. Dan targetnya menjadi jelas bahwa pasangan calon
Kepala Daerah mau mendapatkan suara atau pemilih yang masih mengambang atau swing voter karena swing voter sendiri masih tinggi di NTB.
Menariknya, negative and black campaign selalu
menarik perhatian awak media kemudian mengkapitalisasi dalam bentuk berita atau
diskusi sehingga media menjadi ring untuk saling menyerang dan saling membantah
antara kandidat calon Kepala Daerah beserta tim suksesnya. Sebaiknya para
kandidat Balon Kepala Daerah tidak menghabiskan energy untuk melakukan black campaign tetapi mengkonstruksi
program-program kerja untuk kesejahteraan rakyat berbasis kondisi nyata
masyarakat NTB. Sangat produktif diskusi
atau debat yang dilakukan media kalau di arahkan untuk penyampaian program
perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Saya berkeyakinan
bahwa Pemilihan Kepala Daerah yang masih menggunakan negative and black campaign pertanda bahwa Balon Kepala Daerah
masih belum siap dan percaya diri untuk menjadi pemimpin (kecuali penguasa). Mengapa?
karena siapapun yang terpilih menjadi penguasa berdasarkan negative and black campaign pasti akan memunculkan ketidak nyamanan
baginya, selama menjabat. “Menang terhormat
dan kalah tersanjung” menjadi orientasi yang harus dituju oleh kontestan
Pemilu Kepala Daerah di NTB. Mewujudkan nilai tersebut menjadi tugas bersama,
tidak hanya pemerintah, dan penyelenggara Pemilu Kepala Daerah, tetapi juga
masyarakat secara umum. Semoga.
Wallahul Musta’an
ila Darissalam.
Pinggiran Pitung
Bangsit Kediri, 09032013.16.06.
0 komentar:
Posting Komentar