Islam Bayan merupakan satu istilah baru yang
sengaja penulis perkenalkan untuk mengganti Istilah Islam Wetu Telu. Pergantian istilah Islam
Wetu Telu menjadi Islam Bayan, mungkin
akan memunculkan pro dan kontra di dalam masyarakat tetapi hal itu tidak
menjadi persoalan yang perlu diperpanjang nantinya. Alas an pergantian tersebut
semata-mata dikarenakan masyarakat Bayan kabupaten Lombok utara sendiri sudah
tidak merasa nyaman dengan sebutan itu. Ya, kami Islam juga, sama dengan yang
lainnya, kata Raden Gedarip sesepuh masyarakat Bayan.
Islam Bayan
adalah suatu agama yang dianut oleh orang-orang Bayan dan daerah sebarannya
dibeberapa tempat di pulau Lombok bekas atau pengaruh wilayah kerajaan Bayan,
yang dimana mempunyai suatu sistem nilai, norma, tatacara dan bentuk
peribadatan yang berbeda dengan Islam ortodok (Sunni) yang biasa dikenal di
dalam masyarakat suku Sasak (Lombok).
Barangkali
penggunaan istilah Islam Bayan akan mengundang kritikan, bantahan
atau barangakali akan sependapat dengan penulis. Penggunaan istilah Islam Bayan untuk mengganti istilah Islam
Wetu Telu didasarkan atas beberapa pemikiran. Pertama, penggunaan istilah Islam wetu telu selalu mempunyai makna
negativ, yaitu orang-orang yang tidak taat menjalankan Syari`at Islam, terutama
dalam pelaksanaan shalat lima waktu sehari semalam. Puasa pada bulan ramadhan,
bentuk ibadah lainnya. Kedua, dilihat dari kaca mata
sosiologis, orang-orang bayan sendiri tidak berkenan disebut Islam Wetu telu, karena hal itu akan
dianggap sebagai pelecehan terhadap warisan budaya leluhurnya atau nenek moyangnya, sebagai mana
dikatakan oleh Raden Gedarip salah seorang pemangku adat yang ada di dusun
karang Salah Bayan. Ketiga, secara
teoritis, sebenarnya tidak ada polisi kebenaran yang akan menghakimi sebuah pemikiran,
penggunaan istilah tertentu selama pemikiran dilandasi oleh alasan, data-data
sesuai dengan setandar ilmiah.
Terlepas dari
setuju atau tidak, suka atau tidak suka, terhadap penggunaan istilah Islam Bayan, tetapi yang jelas eksistensinya (keberadaannya) sampai saat
ini patut dihargai dan dilestarikan, terutama bila dilihat dari perspektif
budaya, sebab hal itu merupakan suatu aset budaya yang justru akan memperkaya
kebudayaan Sasak (Lombok) khususnya dan kebudayaan NTB umumnya.
Bayan sendiri,
merupakan daerah (desa terpencil) terletak di jajaran sebelah utara kaki Gunung
Rinjani yang sebelum pemekaran wilayahnya masuk ke Lombok Barat dan sekarang
menjadi daerah Kapubapten Lombok Utara. Daerah ini menjadi terkenal karena di
dalamnya masih terdapat denyutan kudayaan kuno, suatu budaya yang berada jauh
dari luar dinamika yang menjelma di berbagai tempat di pulau Lombok (J. Van
Baal).
Kebudayaan yang
kuno dan tradisional ini sampai saat ini, masih tetap bertahan dan memberikan
corak yang khas bagi Agama Islam seperti tardisi pembacaan lontar, kitab suci
Al-Qur`an dalam rangka menyambut maulid nabi Muhammad Saw. Kehkasan corak
tersebut berakibat sebagian orang secara tidak tepat memandangnya sebagai kulit
luar belaka dan bukannya dianggap sebagai hasil proses atau pengolahan di dalam
suatu kebudayaan.
Persoalan yang
muncul kemudian adalah bagaimana latar belakang (back ground) lahirnya Islam Wetu Telu (baca: Islam Bayan) dan siapa yang menamakannya pertama kali? Untuk menjawab persoalan
diatas, ada beberapa versi yang menyebutkan latar belakang kelahirannya: Pertama, Islam Bayan terbentuk bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang
dilakukan oleh Sunan Prapen di pulau Lombok, sebelum tuntas mengajarkan Islam, Sunan
Prapen meninggalkan tanah Lombok, akibatnya masyarakat yang masih menganut animisme-Hindu tidak sepenuhnya mampu
menyerap ajaran agama Islam, maka mereka memadukan ajaran tersebut diatas
menjadi satu. Perpaduan inilah yang kemudian disebut Islam Wetu Telu atau Islam
Bayan. Meminjam istilah almarhum KH. Ahmad Usman (mantan ketua MUI NTB) bahwa
penganut Islam Bayan sebelah kakinya
di Islam dan sebelahnya lagi kakinya di animisme
Hindu.
Kedua, Islam
Bayan muncul karena proses penghinduan (istilah Syamsuddin Abdullah) yang
dilakukan oleh Pendeta Dankian Nirarja pada tahun 1530. Pendeta inilah yang
mencoba meramu ajaran Islam, Animisme
dan Hindu atau sinkretisme (Wacana).
Ketiga, Islam
Bayan muncul setelah belanda menguasai Lombok pada tahun 1890, ketika itu
belanda berusaha mencari satu siasat untuk mengalahkan orang-orang sasak
penganut Islam ortodok (sunni), maka mereka menciptakan istilah Islam Wetu Telu atau Islam Bayan dengan tujuan untuk merusak
harmoni dan mengarahkan kepada disharmoni terus menerus.
Ketiga pendapat
tersebut merupakan sesuatu yang given di dalam kerangka fikir ahli ilmu-ilmu sosial
dalam arti bahwa agak sulit untuk menilai mana diantara ketiga pendapat itu
yang paling benar, tetapi jelas kesemuanya merupakan pendapat yang saling
mendukung tentang latar belakang munculnya istilah Islam Bayan. wallahul Musta'an ila Darussalam.
0 komentar:
Posting Komentar