Islam Bayan memang
unik (berbeda) dengan Islam ortodok (sunni) terutama bila dilihat dari konsep
ajarannya yang tertuang dalam idiologi ‘’Bayan Pusat Dunia”. Salah seorang
pemangku adat di desa segenter Sukadana mengatakkan bahwa idiologi Bayan pusat
dunia mengandung beberapa makna.
Pertama, secara kosmologis berarti bayan
merupakan kesatuan yang mana wilayah lainnya atau cabang dan setruktur, waktu
alam semesta tergantung dan berkiblat. Kedua,
secara struktural berarti kedudukan bayan sebagai pusat dunia mengandung
implikasi bahwa seluruh sistem budaya yang merupakan varian dari kebudayaan Bayan.
Ketiga, secara antropologis idiologi
bayan pusat dunia dipahami bahwa dari bayanlah asal usul segenap manusia, hal
itu tertuang dalam sebuah ungkapan yang merupakan kesadaran bayan lainnya yakni
Gumi Bayan Gumi Nina (Bumi Bayan Bumi
Perempuan).
Pemahaman Bayan
pusat dunia, mengandung makna bahwa Bayan analog dengan batin, ungkapan ini
muncul dari penyimpulan terhadap eksistensi manusia sendiri sebagai jagat kecil
(mikrokosmos) yang terdiri dari forma material dan forma batin. Dimensi forma
material adalah analog dengan seluruh wilayah, bagian, cabang, serta ruang dan
waktu alam semesta. Sedangkan dimensi forma batiniah memiliki hubungan langsung
dengan tabiat atau watak manusia, maka batin merupakan kenyataan yang sejati
dan bayan sebagai pusat dunia adalah batin itu sendiri. Oleh karena itu, bayan
merupakan ruh pribadinya jagat raya (makrokosmos).
Idiologi atau
kesadaran bayan pusat dunia dan gumi bayan gumi nina sebenarnya merupakan suatu
konstruksi masyarakat bayan atas dasar religiusitas
dan berangkat dari ajaran bakti anak terhadap orang tua. Ajaran ini merupakan
suatu kewajiban setiap orang untuk selalu hormat dan bakti terhadap orang tua
yang telah berperan sebagai wasilah Tuhan di dalam memelihara dan memberikan
pendidikan kepada manusia (anak).
Ajaran bakti ini
tidak terbatas pada orang tua yang masih hidup tetapi sampai meninggal dunia
dan pada ranah ini, konsep bakti anak kepada orang tuanya itu terwujud di dalam
acara-acara ritual adat sedperti ngaji
makam yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Islam Bayan.
Acara ritual
adat ngaji makam sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur (nenek
moyang), pada hakikatnya bukan merupakan tujuan utama atau dengan kata lain
orang sering salah interpretasi dengan mengklaim bahwa roh itulah yang
disembah, hal ini merupakan suatu kekeliruan yang perlu dikritisi. Penganut Islam Bayan menyakini bahwa arwah nenek
moyang/leluhur telah kembali ke pangkuan sang Empu-nya yaitu Tuhan Yang Maha
Esa atau Sepengkulo (bahasa
Bayan)artinya, bahwa arwah dengan tuhan demikian dekatnya bagaikan hubungan
seorang anak dengan orang tuanya. Persoalannya apakah arwah leluhur itu dapat
dijadikan wasilah agar tuhan berkenan melindungi dan menganugrahkan karunianya
dalam bentuk kesuburan, kemakmuran, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan umat
manusia?
Kiranya tidak mudah untuk memberikan jawaban yang
pasti, namun yang perlu diketahui bahwa kembalinya arwah leluhur kepangkuan
tuhan dalam persfektif Islam Bayan hanya
merupakan kiasan bahwa bersatunya kembali antara bagian dengan inti, oleh
karena itu apapun yang dimiliki oleh induk akan dimiliki juga oleh anak atau
cabangnya. Analogi semacam ini merupakan suatu pengharapan sesepuh bayan akan
urgensi nilai-nilai kebersamaan dan persatuan diantara para penganut Islam Bayan, sebab dari kacamata
sosiologis penganut Islam Bayan terpencar
menjadi clan-clan kecil di beberapa
wilayah yang terpisah di pulau Lombok. Pada ranah ini, pengharapan atau
idealitas para sesepuh Bayan itu hanya dapat terwujud tatkala mereka mengadakan
acara-acara ritual keagamaan atau adat Gama dan acara-acara ritual adat
lainnya. Wallahul Musta’an ila Darussalam.
0 komentar:
Posting Komentar