Selasa, 30 April 2013

HAUL DALAILUL KHAIRAT


Pagi ini, dusun Mesaleng desa Bagu tampak berbeda. Sepanjang jalan terlihat hiasan penjor, bendera NU, hiasan kertas lilin dan spanduk. Sekilas terlihat seperti akan ada upacara hajatan keluarga atau perlombaan dalam rangka menyambut suatu even nasional. Setidaknya itu pertanyaan keheranan masyarakat yang sempat melewati jalan raya Bagu menuju Menemeng ataupun Praya. Namun, keheranan masyarakat terjawab bahwa memang pagi ini akan diadakan upacara haul dalailul khairat.ini acara tahunan jamaah Dalailul Khairat di bawah asuhan Mursyid Syekh TGH. Turmudzi Badaruddin.


Satu persatu para jamaah Dalailul Khairat berdatangan ke tempat acara haul. Para jamaah datang dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok. Haul Dalailul Khairat adalah gawe tahunan para jamaah dan tempatnya berpindah-pindah sesuai hajat dan kesiapan para anggota Jamaah., tentu setelah mendapatkan restu dari Musyid. Acara haul diperkirakan di mulai sekitar pukul 10 Wita dan atau menunggu kedatangan Mursyid.

Dalailul Khairat merupakan amalan bacaan mingguan yang dibaca setiap hari oleh para jamaah dalail. Maksudnya dalam satu hari selama tujuh hari jamaah wajib membaca amalan harian, mulai dari hari Senen sampai hari Ahad. Yang menarik dari amalan kitab Dalalilul Khairat adalah bacaan hari-hari itu berbeda. Menurut Mursyid amalan harian itu wajib dibaca pada harinya, jika tidak sempat dibaca, maka pembacaannya dapat diwakilkan kepada istri atau anaknya.

Kitab Dalalilul Khairat sangat sederhana, berisi salawat kanjeng nabi Saw. Tetapi bila sudah diijasahkan, maka harus dikerjakan, itu perintah Mursyid kepada anggota Dalail. Jangan di tanyakan, bagaimana kaipiyatnya, namun yang pasti bahwa itu amalan wajib bagi anggota dalalil yang sudah dibaiat menjadi anggota. Waktu bait kitab ini, selama tujuh hari atau sebanyak hari dalam satu minggu. Hari mulai baiatnya ditentukan sendiri oleh Mursyid Dalalil dan selesainya tinggal menghitung sendiri.

Menurut sekretaris Dalail Khairat Ust. H. Zarkasyi Effendi bahwa anggota dalalil tidak kurang dari 1000 orang yang aktif yang tersebar di berbagai tempat di pulau Lombok, Sumbawa dan Bali. Suatu jumlah yang tidak sedikit dan kalau digerakkan bisa menggetarkan suatu gunung dengan kekuatan doa yang dikandungnya. Namun, bukan begitu sela ustadz Zarkasy. Amalan yang terkandung dalam kitab Dalailul Khairat memberi keteguhan, keihlasan, keistiqomahan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan hari demi hari. Sederhananya, amalan ini sebagai bekal harian para anggota jamaah dalail.

Pada setiap acara haul, tentu para anggota dalail akan membaca kitab Dalaiul Khairat, bersalawat, beristigfar, berzikir dan berdoa, kemudian ditutup dengan acara tausiyah dari Mursyid Dalailul Khairat Syekh TGH. Turmudzi Badruddin. Kemudian di sela-sela acara hidangan para jamaah bermusyawarah untuk menentukan tempat dan waktu pelaksanaan haul tahun berikutnya. Jika sudah disepakati, baru kemudian memohon restu Musyid dan kembali berdoa, semoga jamaah diberikan umur panjang dan barokah.

Dalam dunia sufi acara-acara haul rutin dilakukan dan sudah menjadi ciri dan karakteristiknya. Dunia sufi berbeda dengan dunia fiqh. Para Fuqoha tidak terbiasa untuk melakukan tradisi sebagaimana para Sufi, dan memang tidak mengenal tradisi haul. Jika ada yang melakukannya, maka terlihat tidak rancu dan akar pelaksanaanhya tidak jelas. Silsilah tidak tampak, sehingga terjebak ke dalam ketidakpastian acaranya. Ruhnya acara haulnya hilang. Namun tidak salah kalau para Fukoha melakukan haul. Hanya terlihat janggal dan kalau ditanya tentang acaranya, tampak bingung.

Masalahnya, mengapa mereka melakukan tradisi yang bukan tradisinya? Entahlah. Bisa jadi mereka gelisah dan galau melihat orang tua yang dihormatinya tidur sendirian di kuburannya tanpa didatangi jamaah yang mendatanginya. Atau mungkin ada alasan lainnya. Biarkan saja. Gitu saja repot, kata Gus Dur. Wallahul Muwafiq ila Darissalam

0 komentar: