Pagi
ini, dusun Mesaleng desa Bagu tampak berbeda. Sepanjang jalan terlihat
hiasan penjor, bendera NU, hiasan kertas lilin dan spanduk. Sekilas
terlihat seperti akan ada upacara hajatan keluarga atau perlombaan dalam
rangka menyambut suatu even nasional. Setidaknya itu pertanyaan
keheranan masyarakat yang sempat melewati jalan raya Bagu menuju
Menemeng ataupun Praya. Namun, keheranan
masyarakat terjawab bahwa memang pagi ini akan diadakan upacara haul
dalailul khairat.ini acara tahunan jamaah Dalailul Khairat di bawah
asuhan Mursyid Syekh TGH. Turmudzi Badaruddin.
Satu persatu
para jamaah Dalailul Khairat berdatangan ke tempat acara haul. Para
jamaah datang dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Barat, khususnya
pulau Lombok. Haul Dalailul Khairat adalah gawe tahunan para jamaah dan
tempatnya berpindah-pindah sesuai hajat dan kesiapan para anggota
Jamaah., tentu setelah mendapatkan restu dari Musyid. Acara haul
diperkirakan di mulai sekitar pukul 10 Wita dan atau menunggu kedatangan
Mursyid.
Dalailul Khairat merupakan amalan bacaan mingguan
yang dibaca setiap hari oleh para jamaah dalail. Maksudnya dalam satu
hari selama tujuh hari jamaah wajib membaca amalan harian, mulai dari
hari Senen sampai hari Ahad. Yang menarik dari amalan kitab Dalalilul
Khairat adalah bacaan hari-hari itu berbeda. Menurut Mursyid amalan
harian itu wajib dibaca pada harinya, jika tidak sempat dibaca, maka
pembacaannya dapat diwakilkan kepada istri atau anaknya.
Kitab
Dalalilul Khairat sangat sederhana, berisi salawat kanjeng nabi Saw.
Tetapi bila sudah diijasahkan, maka harus dikerjakan, itu perintah
Mursyid kepada anggota Dalail. Jangan di tanyakan, bagaimana
kaipiyatnya, namun yang pasti bahwa itu amalan wajib bagi anggota
dalalil yang sudah dibaiat menjadi anggota. Waktu bait kitab ini, selama
tujuh hari atau sebanyak hari dalam satu minggu. Hari mulai baiatnya
ditentukan sendiri oleh Mursyid Dalalil dan selesainya tinggal
menghitung sendiri.
Menurut sekretaris Dalail Khairat Ust. H.
Zarkasyi Effendi bahwa anggota dalalil tidak kurang dari 1000 orang yang
aktif yang tersebar di berbagai tempat di pulau Lombok, Sumbawa dan
Bali. Suatu jumlah yang tidak sedikit dan kalau digerakkan bisa
menggetarkan suatu gunung dengan kekuatan doa yang dikandungnya. Namun,
bukan begitu sela ustadz Zarkasy. Amalan yang terkandung dalam kitab
Dalailul Khairat memberi keteguhan, keihlasan, keistiqomahan dan
kesabaran dalam menjalani kehidupan hari demi hari. Sederhananya, amalan
ini sebagai bekal harian para anggota jamaah dalail.
Pada
setiap acara haul, tentu para anggota dalail akan membaca kitab Dalaiul
Khairat, bersalawat, beristigfar, berzikir dan berdoa, kemudian ditutup
dengan acara tausiyah dari Mursyid Dalailul Khairat Syekh TGH. Turmudzi
Badruddin. Kemudian di sela-sela acara hidangan para jamaah
bermusyawarah untuk menentukan tempat dan waktu pelaksanaan haul tahun
berikutnya. Jika sudah disepakati, baru kemudian memohon restu Musyid
dan kembali berdoa, semoga jamaah diberikan umur panjang dan barokah.
Dalam dunia sufi acara-acara haul rutin dilakukan dan sudah menjadi
ciri dan karakteristiknya. Dunia sufi berbeda dengan dunia fiqh. Para
Fuqoha tidak terbiasa untuk melakukan tradisi sebagaimana para Sufi, dan
memang tidak mengenal tradisi haul. Jika ada yang melakukannya, maka
terlihat tidak rancu dan akar pelaksanaanhya tidak jelas. Silsilah tidak
tampak, sehingga terjebak ke dalam ketidakpastian acaranya. Ruhnya
acara haulnya hilang. Namun tidak salah kalau para Fukoha melakukan
haul. Hanya terlihat janggal dan kalau ditanya tentang acaranya, tampak
bingung.
Masalahnya, mengapa mereka melakukan tradisi yang
bukan tradisinya? Entahlah. Bisa jadi mereka gelisah dan galau melihat
orang tua yang dihormatinya tidur sendirian di kuburannya tanpa
didatangi jamaah yang mendatanginya. Atau mungkin ada alasan lainnya.
Biarkan saja. Gitu saja repot, kata Gus Dur. Wallahul Muwafiq ila
Darissalam
Selasa, 30 April 2013
HAUL DALAILUL KHAIRAT
19.41
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar