Minggu, 09 September 2012

BELAJAR DARI NABI KHIDIR AS

Di tengah curat marutnya kehidupan keberagamaan saat ini, hal bijak yang bisa dilakukan adalah mencoba mencari atau tepatnya mengangkat kembali mutiara nilai-nilai moralitas yang berada jauh di kedalaman sanubari yang telah lama kita abaikan. Nilai-nilai moralitas yang semestinya dituntun oleh suara hati kita tersisihkan oleh nafsu ammarah yang meledak-ledak, akibatnya da

pat merusak diri dan kemanusiaan kita, serta lingkungan.

Akibatnya, muncul berbagai bentuk teror, bentrok massa yang mengatasnamakan Ilahi (walaupun Gus Dur bilang Tuhan tidak perlu dibela), pengrusakan sarana dan fasilitas umum, serta berbagai bentuk teror lainnya. Semua bentuk perbuatan (dari matinya hati nurani) yang dilakukan oleh sekelompok orang, ummat sendiri (Islam) yang menerima dampak negatifnya dan dicitrakan oleh sebagian orang (Barat) sebagai agama teroris. Sungguh pencitraan yang tidak baik bagi Islam, tentu hal itu sangat bertentangan dengan citra Islam sebagai "rahmatan lil 'alamin".

Sebagai Muslim, kita berhak berapologi bahwa Islam bukan agama yang senang kekerasan (begitu juga agama lain), tetapi memang agama yang cinta damai, hidup rukun, saling menyayangi, demokratis, saling melindungi (hatta dengan keyakinan yang berbeda). Kehidupan negara Madinah bentukan Muhammad Rasulullah Saw dapat dijadikan bukti pluralitas itu. Permasalahannya, mengapa kita saat ini mengingkari atau seolah-olah tidak peduli lagi dengan peninggalan citra Islam yang rahmatan lil 'alamin tersebut.

Tetapi sudahlah, khilaf menjadi sesuatu yang inklud dalam kedirian sebagai manusia. Mengakui kesalahan lalu meminta maaf menjadi sikap kesatria dan islami, serta secara moral dikatagorikan sebagai orang baik. Saling memberi nasehat menjadi kata kuncinya, bukan.

Nabi Allah Khidir As pernah memberi nasehat kepada putra Imran (nabi Musa As), "Jadilah orang yang tersenyum, bukan orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah, dan jangan jadi orang yang tanpa tujuan. Jangan pula kamu melakukan kekhilafan lagi atau berputus asa. Dan, menangislah disebabkan oleh kekhilafan yang kamu lakukan itu, wahai putra Imran". Itulah, nasehat nabi Allah Khidir kepada nabi Musa As.

Jika dicamkan, sungguh nasehat itu memang ditujukan kepada nabi Musa As, namun secara symbolik ditujukan kepada kita semua sebagai manusia yang di dalam dirinya melekat kemungkinan untuk berbuat salah, maka dari itu, guna meminimalisir kemungkinan berbuat salah, seharusnya kita memulai memanfaatkan perangkat keras dan lunak yang ada dalam kedirian kita sebagai penuntun dan pengontrol tindak dan perbuatan kita.

Belajar kepada nabi Allah Khidir As menjadi keputusan tepat di tengah curat marutnya kehidupan berbangsa dan beragama. Setidaknya ada tiga nilai yang penting atau kunci yang diajarkan nabi Allah Khidir As sebagai bekal mewujudkan hidup harmonis yakni Shabar, ihklas, dan Tawakkal. Nilai-nilai itulah yang menjadi landasan moral Muhammad Rasulullah Saw membangun negara Madinah yang pluralis. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

0 komentar: