Pencuri
ikan hias? Satu pertanyaan yang aku jawab sendiri dan sekaligus
menyaksikan sendiri si pencuri beraksi menguras habis ikan hias yang ada
di kolam depan rumahku. Aku menonton mematung di balik korden jendela
rumahku aksi si pencuri mengambil ikan hias kesayangan anakku. Saya tahu
identitas si pemcuri dan selamanya tidak pernah akan hilang dari
ingatanku. Sebab si pencuri adalah seorang yang selama ini aku curigai dan baru kali ini aku membuktikan bahwa dia memang pencuri.
Secara personal, baru kali ini saya menyaksikan langsung aksi pencuri.
Kisahnya begini, sekitar jam 12.30 malam beberapa kali saya melihat
seseorang mengendap-mengendap memasuki halaman rumahku melalui jalur
sebelah timur rumah. Si pencuri mengangkat paralon penutup kolam,
sekaligus berfungsi sebagai pembuangan air ketika kolam dibersihkan.
Sekitar 25 menit air di kolam habis terbuang. Si pencuri mulai mengambil
ikan hias satu persatu. Aksinya tidak berlangsung lama, karena ikan
hias di kolam depan rumah hanya berjumlah 10 ekor. Setelah semua ikan
ditangkap si pencuri pergi dengan santai ke arah timur berjalan dengan
ujung kaki atau berjinjit.
Ketika beraksi si pencuri
berkali-kali menengok ke arah pintu gerbang untuk memastikan bahwa
aksinya berjalan lancar dan aman. Saya heran mengapa si pencuri tidak
menengok ke arah jendela depan kolam tempat saya berdiri mematung
menonton aksinya. Saat aksinya berlangsung, saya sungguh tidak bermaksud
memergoki aksi si pencuri. Saya hanya ingin menonton dan membuktikan
bahwa memang betul anak ini adalah seorang pencuri. Karena itu, saya
hanya terdiam mematung masih dari balik jendela. Akhirnya saya
berinisiatif untuk menyalakan lampu depan atas kolam dan si pencuri
berlari ke arah timur mungkin sudah menyadari keberadaan saya, tetapi
ikan hiasnya tetap saja di bawanya. Dasar pencuri gumamku.
Terus terang, amarah dapat saya kendalikan sehingga tidak berteriak
memanggil-manggil pencuri...pencuri...pencuri. saat kejadian, otak saya
masih tersadar dan hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dalam benakku
timbul pertanyaan mungkin si pencuri lagi kelaparan karena sejak pagi
belum makan (karena ketidakberdayaannya). Entahlah, namun yang pasti
bahwa anak ini, memang tidak terurus sejak kecil akibat perceraian orang
tuanya.
Anak menjadi pencuri atau menjadi apapun, tidak lepas
dari peranan orang tuanya. Anak sabda Rasulullah terlahir dalam keadaan
suci, orang tua atau lingkungan yang akan mewarnai anak itu menjadi apa
(baik atau buruknya). Pencuri yang beraksi memguras habis ikan hias di
kolam depan rumahku adalah satu dari sekian banyak anak yang kurang
terurus. Mau salahkan siapa? Orang tua dan atau lingkungan masyarakat
ikut bertanggungjawab sebagai penyebab si anak menjadi
pencuri...entahlah.
Masalahnya kemudian, apa yang akan saya
lakukan terhadap aksi pencurian ikan hias di rumahku? Akan saya laporkan
ke polisi atau membiarkan saja sambil mencarikan cara untuk membuat si
anak menyadari lalu mengembalikan ikan hias ke kolamnya? Tampaknya
terlalu idealis tetapi saya harus berfikir keras untuk menemukan jawaban
masalahnya. Untuk saat ini, saya tidak akan melapor atau bercerita
sampai saya menemukan cara untuk membuat si pencuri tahu bahwa saya
menonton aksi pencurian ikan hias dari kolam rumahku.
Saya
yakin pasti akan menemukan caranya, minimal sebelum adzan subuh
berkumandang. Cara yang ingin saya lakukan adalah meniru cara para ulama
mengubah perilaku buruk para santrinya menjadi santri yang baik
akhlaknya. Ide mengubah perilaku ini terinspirasi dari cerita Gus Dur
(KH Abdurrahman Wahid) ketika akan mengusul kepada kiainya untuk memecat
si santri yang masih saja berperangai buruk atau mencuri di pondoknya.
Tetapi jawaban si kiai, bukannya mengamini permintaan Gus Dur, tetapi si
kiai mengambil alih tugas Gus Dur untuk mendidik si anak nakal menjadi
baik. Akhirnya si anak menjadi kiai besar dan disegani.
Saya
ingin mencoba meniru gaya kiai itu untuk merubah perilaku si pencuri.
Apa saya berhasil atau tidak? Saya tidak tahu. Namun yang pasti bahwa
malam ahad dini hari (10112013.01.00) saya tidak ingin tidur sampai
menjelang waktu subuh. Biarlah kejadian ini menjadi kenangan dan untuk
kemudian mencari solusi terbaik. Maksudnya apa nantinya saya akan
menemui si pencuri dengan cara saya atau melaporkannya ke pihak
berwajib. Bingung aku.
Yang saya bingungkan bahwa bila anakku
yang bernama Arsya Mujadid Akbar tahu ikan hiasnya dicuri, pasti dia
akan menangis. Tetapi biarlah anakku tidak mengetahuinya, sebab dia kini
sedang berada di pondok tahfiz al-Furqon di desa Batukuta, Narmada.
Kalaupun saya beritahu, pasti tidak akan ada manfaat baginya. Biarlah
anakku belajar dan membangun karakter di pondoknya agar menjadi anak
yang baik, santun, kreatif dan inovatif, serta bertanggung jawab.
Saya berketetapan hati untuk dapat menemui si pencuri dengan gaya
pendekatan hasil perenunganku malam ini. Tentu, saya bukan manusia
superman yang akan dapat merubah perangai buruk si pencuri. Tetapi
minimal si pencuri tahu bahwa saya mengetahui aksinya. Dan tentu, saya
akan berupaya untuk tidak membuatnya malu dan terhina pada dirinya
sendiri. Pencuri tetap saja pencuri namanya walaupun barang yang
diambilnya kurang bernilai. Namun kewajiban kita untuk me
ngingatkannya.
Ahad Kelabu, 10112013.04.01
Selasa, 19 November 2013
PENCURI IKAN HIAS
23.00
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar