Selasa, 19 November 2013

PENCURI IKAN HIAS


Pencuri ikan hias? Satu pertanyaan yang aku jawab sendiri dan sekaligus menyaksikan sendiri si pencuri beraksi menguras habis ikan hias yang ada di kolam depan rumahku. Aku menonton mematung di balik korden jendela rumahku aksi si pencuri mengambil ikan hias kesayangan anakku. Saya tahu identitas si pemcuri dan selamanya tidak pernah akan hilang dari ingatanku. Sebab si pencuri adalah seorang yang selama ini aku curigai dan baru kali ini aku membuktikan bahwa dia memang pencuri.


Secara personal, baru kali ini saya menyaksikan langsung aksi pencuri. Kisahnya begini, sekitar jam 12.30 malam beberapa kali saya melihat seseorang mengendap-mengendap memasuki halaman rumahku melalui jalur sebelah timur rumah. Si pencuri mengangkat paralon penutup kolam, sekaligus berfungsi sebagai pembuangan air ketika kolam dibersihkan. Sekitar 25 menit air di kolam habis terbuang. Si pencuri mulai mengambil ikan hias satu persatu. Aksinya tidak berlangsung lama, karena ikan hias di kolam depan rumah hanya berjumlah 10 ekor. Setelah semua ikan ditangkap si pencuri pergi dengan santai ke arah timur berjalan dengan ujung kaki atau berjinjit.

Ketika beraksi si pencuri berkali-kali menengok ke arah pintu gerbang untuk memastikan bahwa aksinya berjalan lancar dan aman. Saya heran mengapa si pencuri tidak menengok ke arah jendela depan kolam tempat saya berdiri mematung menonton aksinya. Saat aksinya berlangsung, saya sungguh tidak bermaksud memergoki aksi si pencuri. Saya hanya ingin menonton dan membuktikan bahwa memang betul anak ini adalah seorang pencuri. Karena itu, saya hanya terdiam mematung masih dari balik jendela. Akhirnya saya berinisiatif untuk menyalakan lampu depan atas kolam dan si pencuri berlari ke arah timur mungkin sudah menyadari keberadaan saya, tetapi ikan hiasnya tetap saja di bawanya. Dasar pencuri gumamku.

Terus terang, amarah dapat saya kendalikan sehingga tidak berteriak memanggil-manggil pencuri...pencuri...pencuri. saat kejadian, otak saya masih tersadar dan hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dalam benakku timbul pertanyaan mungkin si pencuri lagi kelaparan karena sejak pagi belum makan (karena ketidakberdayaannya). Entahlah, namun yang pasti bahwa anak ini, memang tidak terurus sejak kecil akibat perceraian orang tuanya.

Anak menjadi pencuri atau menjadi apapun, tidak lepas dari peranan orang tuanya. Anak sabda Rasulullah terlahir dalam keadaan suci, orang tua atau lingkungan yang akan mewarnai anak itu menjadi apa (baik atau buruknya). Pencuri yang beraksi memguras habis ikan hias di kolam depan rumahku adalah satu dari sekian banyak anak yang kurang terurus. Mau salahkan siapa? Orang tua dan atau lingkungan masyarakat ikut bertanggungjawab sebagai penyebab si anak menjadi pencuri...entahlah.

Masalahnya kemudian, apa yang akan saya lakukan terhadap aksi pencurian ikan hias di rumahku? Akan saya laporkan ke polisi atau membiarkan saja sambil mencarikan cara untuk membuat si anak menyadari lalu mengembalikan ikan hias ke kolamnya? Tampaknya terlalu idealis tetapi saya harus berfikir keras untuk menemukan jawaban masalahnya. Untuk saat ini, saya tidak akan melapor atau bercerita sampai saya menemukan cara untuk membuat si pencuri tahu bahwa saya menonton aksi pencurian ikan hias dari kolam rumahku.

Saya yakin pasti akan menemukan caranya, minimal sebelum adzan subuh berkumandang. Cara yang ingin saya lakukan adalah meniru cara para ulama mengubah perilaku buruk para santrinya menjadi santri yang baik akhlaknya. Ide mengubah perilaku ini terinspirasi dari cerita Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) ketika akan mengusul kepada kiainya untuk memecat si santri yang masih saja berperangai buruk atau mencuri di pondoknya. Tetapi jawaban si kiai, bukannya mengamini permintaan Gus Dur, tetapi si kiai mengambil alih tugas Gus Dur untuk mendidik si anak nakal menjadi baik. Akhirnya si anak menjadi kiai besar dan disegani.

Saya ingin mencoba meniru gaya kiai itu untuk merubah perilaku si pencuri. Apa saya berhasil atau tidak? Saya tidak tahu. Namun yang pasti bahwa malam ahad dini hari (10112013.01.00) saya tidak ingin tidur sampai menjelang waktu subuh. Biarlah kejadian ini menjadi kenangan dan untuk kemudian mencari solusi terbaik. Maksudnya apa nantinya saya akan menemui si pencuri dengan cara saya atau melaporkannya ke pihak berwajib. Bingung aku.

Yang saya bingungkan bahwa bila anakku yang bernama Arsya Mujadid Akbar tahu ikan hiasnya dicuri, pasti dia akan menangis. Tetapi biarlah anakku tidak mengetahuinya, sebab dia kini sedang berada di pondok tahfiz al-Furqon di desa Batukuta, Narmada. Kalaupun saya beritahu, pasti tidak akan ada manfaat baginya. Biarlah anakku belajar dan membangun karakter di pondoknya agar menjadi anak yang baik, santun, kreatif dan inovatif, serta bertanggung jawab.

Saya berketetapan hati untuk dapat menemui si pencuri dengan gaya pendekatan hasil perenunganku malam ini. Tentu, saya bukan manusia superman yang akan dapat merubah perangai buruk si pencuri. Tetapi minimal si pencuri tahu bahwa saya mengetahui aksinya. Dan tentu, saya akan berupaya untuk tidak membuatnya malu dan terhina pada dirinya sendiri. Pencuri tetap saja pencuri namanya walaupun barang yang diambilnya kurang bernilai. Namun kewajiban kita untuk me ngingatkannya.

Ahad Kelabu, 10112013.04.01

0 komentar: