Albert
Einstein menyatakan bahwa semua yang kita lihat dan rasakan adalah
ilusi bukan realita. Realita adalah ilusi yang gigih. Kita semua tahu
bahwa manusia tidak bisa terbang. Manusia terbang adalah ilusi dalam
dongeng. Namun karena kegigihan dua orang yakni Orville Wright dan
Wilbur Wright maka manusia terbang menjadi realita.
Tentu kita patut berterima kasih kepada Orville dan
Wilbur Wright atas usahanya yang gigih bisa mengubah sesuatu yang ilusi
menjadi realita. Kini manusia bisa terbang kemanapun yang dikehendaki
dengan mengunakan pesawat terbang dalam waktu singkat dan bahkan atas
kemajuan sain dan teknologi manusia bisa menjelajah ke planet lain,
seperti bulan.
Di atas ketinggian 10 ribu kaki dari bumi, saya
menikmati penerbangan menuju Banjarmasin Kalimantan Selatan. Selama
perjalanan, pesawat Lion Air yang kami tumpangi berjalan mulus dan tidak
banyak getaran karena memang cuaca yang lagi baik. Kiri kanan tampak
awan berarak dengan teratur dan tidak tampak gerakan untuk melawan
sunnatullah yang sudah di tetapkan Tuhan. Ini salah satu satu kuasa
Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini.
Menjelajah
menggunakan pesawat di atas ketinggian puluhan ribu kaki dari bumi
terasa belum seberapa tinggi dibandingkan dengan perjalanan Rasulullah
Muhammad Saw menggapai sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat
yang dikenal dengan israk dan mikraj. Sampai kini belum terungkap secara
pasti berapa puluh ribu kaki jarak sidratul muntaha dari bumi. Kita
juga belum tahu pasti, apakah perjalanan menjelajah bumi menuju sidratul
muntaha tidak mengalami guncangan hebat sebagaimana guncangan yang
dialami ketika naik pesawat terbang. Bulum bisa dibuktikan sampai saat
ini karena memang hanya Rasulullah Muhammad Saw yang mengalaminya.
Tentu, saya tidak membanding-bandingkan manusia bisa terbang dengan
pencapaian teknologi pesawat terbang dengan perjalanan israk dan mikraj
baginda nabi Muhammad Saw. Namun yang terpenting adalah bagaimana
kegigihan dan kerja keras manusia untuk mewujudkan manusia bisa terbang.
Ini bukan perkara mudah dan tanpa kegagalan berkali-kali. Saya yakin
pasti akan mengalami dan butuh waktu lama untuk merancang teknologi agar
manusia bisa terbang.
Thomas Alpa Edison menyatakan bahwa
keberhasilan manusia mewujudkan suatu tujuan merupakan ramuan kecerdasan
dan kerja keras. Kecerdasan manusia hanya menyumbang 1% keberhasilan
manusia dan 99% sisanya merupakan kerja keras yang terus menerus. Kalau
begitu cukup kerja keras dan kegigihan membawa orang menjadi super
sukses atau extraordinari. Dalam konteks Islam ditambah dengan doa di
samping kedua hal tersebut.
Dalam perspektif psikologi,
keberhasilan atau kegagalan adalah keputusan manusia sendiri. Seseorang
berhasil atau sukses karena ia memutuskan untuk berhasil atau sukses dan
seseorang gagal karena ia memutuskan untuk menyerah dan gagal. Hal ini
sangat berkaitan dengan prasangka baik dan prasangka buruk. Kalau
seseorang berprasangka baik kepada orang lain, maka jalannya menjadi
baik, dan begitu pula sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan
keberuntungan? Bukankah ada banyak orang yang berhasil atau sukses
karena keberuntungan? Memang betul, tetapi seberapa banyak seseorang
sukses karena keberuntungan, pasti tidak terus menerus. Mike Weisberg
menyatakan bahwa keberhasilan tanpa dibarengi dengan sikap yang benar
adalah keberuntungan sedangkan keberhasilan yang dibarengi dengan sikap
yang benar adalah pencapaian. Sehingga pasrah dan menyerah adalah dua
hal yang berbeda.
Dari hasil penelitian, sebagaimana termuat
dalam majalah Lionmag disebutkan bahwa ada empat kelompok manusia
berdasarkan usaha yang dikerahkan untuk bisa mennggapai keberhasilan
atau manusia luar biasa (extraordinari men). Kelompok pertama disebut
dengan quitter, yakni kelompok manusia yang mudah menyerah dan akhirnya
berhenti berusaha. Manusia jenis ini diperkirakan 30% dari manusia yang
ada dimuka bumi. Kelompok kedua disebut camper, yakni manusia yang terus
berupaya menggapai cita-citanya sampai berhasil tetapi cepat puas.
Manusia jenis ini mencapai angka 60% dari penduduk dunia. Ketiga,
disebut climber yakni manusia yang terus menerus berusaha sampai
mencapai puncak sukses. Kelompok keempat yang disebut dengan
extraordinari men, yakni kelompok yang dengan kegigihan, keuletan,
kesabaran dan kerelaan untuk meninggalkan kenyamanannya dan bahkan
kejayaan akhirnya akan digantikan oleh hasil yang sangat luar biasa.
Inilah manusia extraordinari men atau insan kamil meminjam istilah
Muhamad Iqbal.
Dari empat tipe kelompok manusia itu, tentu
kita harus mampu menggapai cita-cita untuk menjadi manusia yang luar
biasa. Extraordinari tidak dimaksudkan sebagai manusia yang tahu semua,
tetapi manusia yang mampu menggapai puncak kesuksesan dalam satu bidang
tertentu, misalnya menjadi sosiolog, dokter, arkeolog, psikiater,
aresitek dan keahlian lainnya.
Dibutuhkan kapabilitas dan
tujuan yang akan menghantarkan someone extraordinary. Kapabilitas adalah
kekuatan dan kemampuan mencapai sesuatu sedangkan tujuan adalah sesuatu
yang hendak dicapai dengan menggunakan kapabilitas. Keduanya menjadi
kesatuan yang tidak terpisahkan, karena kapabilitas tanpa tujuan akan
menjadi usaha sia-sia atau mubazir. Sebaliknya tujuan tanpa kapabilitas
tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sehingga kata kuncinya adalah
memiliki kapabilitas yang tepat untuk tujuan yang ingin dicapai.
Hasil usaha dari 1% manusia extraordinary ini yang membuat manusia bisa
terbang dengan menggunakan pelbagai tipe pesawat terbang.
Diterbangkannya manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan pesawat
terbang merupakan wujud dari kapabilitas yang tepat untuk suatu tujuan
yang mulia. Satu demi satu dari yang awalnya ilusi bisa berubah menjadi
realitas. Dalam konteks filsafat ilmu disebut sebagai palsifikasi.
Tantangannya kemudian, mampu kita masuk ke dalam kelompok extraordinari
ataukah cukup berpuas berada pada kelompok quitter, camper ataukah
climber saja. Hanya kita sendiri yang mampu memasukkan diri di kelompok
mana kita berada. Kalau diharuskan memilih, tentu akan memilih menjadi
manusia extraordinary agar mampu memberikan manfaat untuk banyak orang.
Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Hotel Rattan In, Banjarmasin, Kalsel 27062013.16.13.39
Rabu, 03 Juli 2013
EKSTRAORDINARY MAN
22.38
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar