Pukul
dua dini hari, saya terbangun dari tidur pendek sebab baru bisa
tertidur sekitar pukul 00.30 wita. Saya bangkit lalu mencoba ke luar dan
duduk di teras rumah. Dari suara loudspeaker, saya mendengar
sayup-sayup orang yang melantunkan ayat-ayat suci alqur'an. Suara itu
datang dan pergi karena tertiup angin dini hari yang terasa berbeda
dengan biasanya. Hawa pagi ini terasa
agak dingin tetapi tidak sampai merasuk ke tulang sum-sum. Apa mereka
tidak tidur, tanyaku dalam hati. Pasti tidak tidur lah, menjawab
pertanyaan yang ku tanyakan sendiri. Buktinya, masih jelas terdengar
suara orang mengaji. Karena itu bulan Ramadhan layak disebut sebagai
bulan alqur'an. Mungkin sebutan ini tidak salah sebab faktanya seusai
shalat tarawih ummat Islam berkumpul untuk tadarrusan membaca alqur'an
sampai dini hari dan bahkan sampai menjelang makan sahur.
Mereka bertadarrusan membaca alqur'an karena menjadi kitab suci ummat
Islam yang diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Di samping itu
kita meyakini bahwa alqur'an mempunyai sekian banyak fungsi. Sebagai
bukti kebenaran kenabian Rasulullah Muhammad Saw. Memberikan petunjuk
dalam persoalan-persoalan akidah, syari'ah, dan akhlak, dengan jalan
meletakkan dasar-dasar prinsipil kemudian Allah Swt menugaskan Rasul Saw
untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu. Di
samping keterangan yang diberikan Rasulullah Saw. Allah Swt perintahkan
kepada seluruh umat manusia agar memperhatikan dan mempelajari alqur'an
(Shihab, 1992:33). Dengan demikian mempelajari alqur'an adalah kewajiban
karena merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya
di dunia dan akhirat kelak. Pada aras ini alqur'an mempunyai satu sendi
yang utama berfungsi sebagai petunjuk (huda lil an-nas) ke jalan yang
sebaik-baiknya, sebagaimana penegasan alqur'an:"Petunjuk bagi manusia,
keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan bathil
(QS 2: 185).
Gairah atau himmah ummat Islam membaca alqur'an,
terutama pada bulan Ramadhan tidak pernah pupus. Mereka kuat dan
berlama-lama untuk membacanya sampai pagi menjelang makan sahur. Hal
itu, mereka lakukan sebagai prosesi untuk menggapai derajat Muttaqien
dan bertemu lailatul qadr (suatu malam yang utama dibanding seribu
bulan). Acara tadarrusan sampai hatam alqur'an sebanyak puluhan kali
pada bulan Ramadhan menjadi tradisi yang baik dan positif. Tentu, tidak
ada menyangkalnya bila dilihat dari konteks tersebut. Hanya masalahnya,
mengapa tradisi itu hanya ada pada bulan Ramadhan saja dan memgapa
tradisi itu tidak berlanjut ke bulan yang lainnya?
Tentu, saya
tidak menafikan upaya-upaya yang telah dan masih berlangsung di banyak
tempat yang mengkaji dan menghafal alqur'an. Namun tidak semeriah
tadarrusan alqur'an pada bulan Ramadhan. Nah, untuk terus dapat
membumikan alqur'an adalah menjadi tugas para ulama dan Asatidz serta
Asatidzah untuk terus mensyiarkan alqur'an. Momen bulan suci Ramadhan
ini menjadi momen yang tepat bagi penerang Islam untuk melakukan
penjelasan akan sifat dan fungsi alqur'an sehingga merasuk ke sanubari
ummat Islam. Tradisi tadarrusan alqur'an yang baik dan positif ini harus
diinstitusionalisasikan agar bisa berlanjut pada bulan-bulan berikutnya
sehingga fungsinya sebagai way of life, pembeda yang benar dan bathil
bisa menjadi prinsip serta pegangan dalam menjalani kehidupan yang
Islami. Jika hal ini bisa terwujud maka pastinya akan terwujud suatu
tatanan masyarakat atau manusia yang qur'ani. Inilah hakikat dari
manusia Muttaqien. Manusia Muttaqien balasannya hanya Jannatunaiem yang
masuk melalui pintu Arrayyan.
Kita berharap agar tradisi
tadarrusan alqur'an selama bulan Ramadhan mampu memberikan efek positif
bagi pembentukan karakter yang qur'ani guna menggapai gelar Muttaqien.
Ramadhan sebagai budaya alqur'an bisa menjadi pintu masuk membentuk
manusia Muttaqien, selama mempunyai pengaruh terhadap perubahan tingkah
laku manusia setelah Ramadhan meninggalkan kita untuk bersua kembali
sebelas bulan berikutnya. Dengan demikian yang harus dilakukan adalah
mencoba mengambil pelajaran dari setiap detik dari daur waktu perjalanan
Ramadhan yang terus beproses sesuai hukum alam. Jangan sampai
detik-detik waktu Ramadhan hilang dengan kesia-siaan sampai kita mampu
menghiasinya dengan perbuatan yang baik, bermanfaat bagi sesama dan
positif bagi diri sendiri. Sadar atau tidak selama ini kita hanya mampu
berbuat dan menghiasi Ramadhan sebatas hanya untuk menggugurkan
kewajiban. Tentu tidak salah, namun akan sangat rugi kalau kita tidak
mampu meningkatkan kualitas puasa kita ke tingkatan puasanya kelompok
khawas bila mungkin puasanya para hawasul hawas. Dengan demikian puasa
yang kita lakukan akan lebih bernilai tinggi di bulan Al-Qur'an. Semoga.
Wallahul Muwafiq ila Darissalam.
Jalan Gebong, Tanak Beak, 10072013.07.16.59
Senin, 22 Juli 2013
RAMADHAN BULAN AL-QU'AN
00.53
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar