Senin, 22 Juli 2013

PUASA DAN KERJA SUKSES

Beberapa kepala daerah sudah menyepakati bahwa selama bulan Ramadhan jam masuk kerja untuk PNS diundur menjadi jam 08.00 wita yang semula jam 07.00 wita. Ini sebagai bentuk kebijakan dan penghormatan bagi ummat Islam. Namun, kebijakan itu masih juga dilanggar yang membuat beberapa kepala daerah akan memberikan sanksi bagi pegawai yang masih masuk tidak tepat waktu di hari kedua. Puasa seharusnya membuat ummat lebih berdisiplin dan menghargai waktu sebab itulah salah satu fungsi dari pelaksanaan ibadah puasa. Bukannya malah terus memaksa untuk diberikan kebijakan dan toleransi untuk menjadikan kita malas dan melanggar kedisiplinan kerja. Kesadaran diri bahwa kita lagi berpuasa memiliki nilai tinggi bila dibandingkan dengan memaksa orang untuk memahami bahwa kita sedang berpuasa. Kedisiplinan kerja di bulan Ramadhan setiap tahunnya selalu muncul menjadi permasalahan rutin. Rasanya, kita sedikit agak risih bila dikritik tentang puasa tidak memberikan efek positif bagi kedisiplinan dan kerja sukses bagi orang yang yang berpuasa. Apa kita mau marah dengan kritikan itu atau malah menerima kritikan itu dengan ihlas sambil menyadari bahwa puasa akan membuat kita lebih disiplin dan menghargai waktu kerja dalam kerangka ibadah.


Dyna Rochmyaningsih (2010) dalam bukunya "Puasa Senin Kamis memang ajaib" mencatat bahwa ada beberapa hikmah puasa yaitu sarana pendidikan rohani, mendidik jiwa agar dapat menguasai diri, mendidik nafsu agar senantiasa tidak dimanjakan, agar senantiasa memegang amanah dengan baik, mengubah sebuah kebiasaan dengan kebiasaan baik, terapi sosial, merasakan kesusahan orang lain, mengembangkan sikap saling tolong menolong, menumbuhkan rasa kasih sayang, mempererat persaudaraan, meningkatkan kesehatan, memberikan istirahat bagi percernaan dari segala aktivitasnya, membersihkan usus-usus, memperbaiki lambung, meringankan badan dari kegemukan dan sebagai rasa syukur atas nikmat Allah. Dari sekian hikmah puasa tersebut rasanya tidak ada jalan bagi soimin untuk melanggar apalagi bermalas-malasan dalam memulai aktivitas kerja. Puasa sebagai riyadah untuk menjadikan diri kita lebih baik dari hari-hari telah lalu dan tidak menjadikan momen puasa sebagai riyadah untuk melanggar disiplin kerja. Kebijakan pemerintah mengundur jam masuk kerja sangat baik tetapi jangan sampai kebijakan itu nantinya akan berubah akibat dari perilaku kurang disiplin masuk kerja.

Di Indonesia, mayoritas muslim beranggapan bahwa puasa sebagai hal yang membuat mereka kurang berkonsentrasi saat bekerja. Padahal, sebenarnya yang mengganggu adalah sensasi lapar. Memang , sensasi ini dapat mengganggu konsentrasi karena di proses di dalam otak, namun kita dapat mengabaikan sensasi ini jika benar-benar berkonsentrasi penuh pada pekerjaan. Kenyataannya, belum ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa puasa harian menyebabkan berkurangnya kinerja otak dalam berfikir. Prof. Jamaludin Ancok (Psikolog dari UGM) mengemukakan hasil terapi yang dilakukan oleh seorang dokter di Rusia (negara komunis) terhadap orang gila dengan menggunakan terapi puasa 30 hari sebagaimana ummat Islam berpuasa.
Hasilnya luar biasa, kata Prof. Ancok. Pasien yang menggunakan terapi puasa 30 hari lebih cepat sembuh dari pada pasien yang menggunakan obat-obatan. Puasa sebagai suatu metode terapi hasilnya bisa luar biasa, lalu bagaimana dengan kita yang berpuasa sebagai suatu kewajiban ibadah? Seharusnya akan membuat kita lebih luar biasa dalam segala hal sebab ada ibadah termaktub di dalamnya. Karena itu, muhasabah atas puasa yang dilakukan menjadi sesuatu yang teramat penting agar menjadi manusia yang kerja sukses dan luar biasa, serta terhitung ibadah. Ini beda kerja-kerja yang dilakukan para soimin dengan yang tidak, karena itu bekerja akan mendatang kebaikan bersama.

Secara definitif kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu bagi orang lain dan memberikan dampak positif bagi pekerja itu sendiri. Effort atau usaha menjadi kata kunci dari kerja. Jadi, ketika kita mengklaim bahwa kita bekerja, maka terlihat nyata adanya usaha untuk mewujudkan kerja tersebut (Marpaung, 2007). Di dalam kerja juga ada kesungguhan, pengorbanan (tidak selalu memperoleh yang terbaik namun menikmati prosea yang terbaik). Kerja yang sungguh-sungguh bukan berarti bekerja keras, namun bekerja cerdas (smart work) berlandaskan keseimbangan hidup. Inilah kunci sukses untuk meraih kerja sukses untuk kesejahteraan.

Thomas Alpa Edison (penemu lampu pijar) pernah mengemukakan bahwa ada tiga hal yang diperlukan untuk meraih keberhasilan yakni bekerja keras dan cerdas, ketekunan, dan akal sehat (Marpaung, 2007). Lebih lanjut dikemukakannya bahwa segala sesuatu akan dapat dihasilkan dengan baik pada orang-orang yang terus bekerja sambil mencari dan memanfaatkan kesempatan.dalam kaitan ini, Kanjeng Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa "Bekerjalah kamu seolah-olah engkau akan mati besok pagi". Maksudnya memanfaatkan kesempatan yang sangat sedikit akan membuat orang berhasil dalam hidupnya.

Kedisiplinan dan ketekunan menjadi kata kuncinya. Bahkan lebih simplistis lagi Edison mengemukakan bahwa hendaknya dalam setiap kerja kita bisa memaknai arti setiap tetes keringat yang muncul. Satu hal terakhir yang dikemukakan Edison bahwa penggunaan akal sehat merupakan bagian yang penting untuk meraih keberhasilan dalam kerja sukses. Pertanyaannya adalah "Apakah pekerjaan yang akan saya tekuni ini masuk akal atau tidak?" Pertanyaan sejenis dapat dikemukakan bahwa "Apakah masuk kerja tepat waktu di bulan puasa masuk akal atau tidak?" Pertanyaan ini menjadi penting agar tidak terjebak dalam rutinitas sehari-hari dan permainan uang atau money game.

Tampaknya, tidak ada alasan yang masuk akal untuk mengatakan bahwa puasa akan membuat konsentrasi kerja terganggu dan menjadi tidak disiplin. Justru bagi orang yang berpuasa kedisiplinan dan semangat kerja keras harus menjadi dasar moral untuk meraih kerja sukses menggapai kesejahteraan dalam frame ibadah kepada Allah Swt. Dengan demikian puasa dan kerja sukses menjadi kesatuan yang mendorong orang yang berpuasa menjadi manusia Muttaqien. Jadi melanggar kedisiplinan masuk kerja tepat waktu menjadi tidak masuk akal bagi ummat Islam. Mari kita maknai setiap langkah menuju tempat kerja sebagai ibadah dan dengan demikian akan selalu membuat kita tetap syukur atas nikmat Allah. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.

Tempat Peraduan, 110313.29


0 komentar: