Beberapa
kepala daerah sudah menyepakati bahwa selama bulan Ramadhan jam masuk
kerja untuk PNS diundur menjadi jam 08.00 wita yang semula jam 07.00
wita. Ini sebagai bentuk kebijakan dan penghormatan bagi ummat Islam.
Namun, kebijakan itu masih juga dilanggar yang membuat beberapa kepala
daerah akan memberikan sanksi bagi pegawai yang masih masuk tidak tepat
waktu di hari kedua. Puasa seharusnya
membuat ummat lebih berdisiplin dan menghargai waktu sebab itulah salah
satu fungsi dari pelaksanaan ibadah puasa. Bukannya malah terus memaksa
untuk diberikan kebijakan dan toleransi untuk menjadikan kita malas dan
melanggar kedisiplinan kerja. Kesadaran diri bahwa kita lagi berpuasa
memiliki nilai tinggi bila dibandingkan dengan memaksa orang untuk
memahami bahwa kita sedang berpuasa. Kedisiplinan kerja di bulan
Ramadhan setiap tahunnya selalu muncul menjadi permasalahan rutin.
Rasanya, kita sedikit agak risih bila dikritik tentang puasa tidak
memberikan efek positif bagi kedisiplinan dan kerja sukses bagi orang
yang yang berpuasa. Apa kita mau marah dengan kritikan itu atau malah
menerima kritikan itu dengan ihlas sambil menyadari bahwa puasa akan
membuat kita lebih disiplin dan menghargai waktu kerja dalam kerangka
ibadah.
Dyna Rochmyaningsih (2010) dalam bukunya "Puasa Senin
Kamis memang ajaib" mencatat bahwa ada beberapa hikmah puasa yaitu
sarana pendidikan rohani, mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,
mendidik nafsu agar senantiasa tidak dimanjakan, agar senantiasa
memegang amanah dengan baik, mengubah sebuah kebiasaan dengan kebiasaan
baik, terapi sosial, merasakan kesusahan orang lain, mengembangkan sikap
saling tolong menolong, menumbuhkan rasa kasih sayang, mempererat
persaudaraan, meningkatkan kesehatan, memberikan istirahat bagi
percernaan dari segala aktivitasnya, membersihkan usus-usus, memperbaiki
lambung, meringankan badan dari kegemukan dan sebagai rasa syukur atas
nikmat Allah. Dari sekian hikmah puasa tersebut rasanya tidak ada jalan
bagi soimin untuk melanggar apalagi bermalas-malasan dalam memulai
aktivitas kerja. Puasa sebagai riyadah untuk menjadikan diri kita lebih
baik dari hari-hari telah lalu dan tidak menjadikan momen puasa sebagai
riyadah untuk melanggar disiplin kerja. Kebijakan pemerintah mengundur
jam masuk kerja sangat baik tetapi jangan sampai kebijakan itu nantinya
akan berubah akibat dari perilaku kurang disiplin masuk kerja.
Di Indonesia, mayoritas muslim beranggapan bahwa puasa sebagai hal yang
membuat mereka kurang berkonsentrasi saat bekerja. Padahal, sebenarnya
yang mengganggu adalah sensasi lapar. Memang , sensasi ini dapat
mengganggu konsentrasi karena di proses di dalam otak, namun kita dapat
mengabaikan sensasi ini jika benar-benar berkonsentrasi penuh pada
pekerjaan. Kenyataannya, belum ada hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa puasa harian menyebabkan berkurangnya kinerja otak dalam berfikir.
Prof. Jamaludin Ancok (Psikolog dari UGM) mengemukakan hasil terapi
yang dilakukan oleh seorang dokter di Rusia (negara komunis) terhadap
orang gila dengan menggunakan terapi puasa 30 hari sebagaimana ummat
Islam berpuasa.
Hasilnya luar biasa, kata Prof. Ancok. Pasien yang
menggunakan terapi puasa 30 hari lebih cepat sembuh dari pada pasien
yang menggunakan obat-obatan. Puasa sebagai suatu metode terapi hasilnya
bisa luar biasa, lalu bagaimana dengan kita yang berpuasa sebagai suatu
kewajiban ibadah? Seharusnya akan membuat kita lebih luar biasa dalam
segala hal sebab ada ibadah termaktub di dalamnya. Karena itu, muhasabah
atas puasa yang dilakukan menjadi sesuatu yang teramat penting agar
menjadi manusia yang kerja sukses dan luar biasa, serta terhitung
ibadah. Ini beda kerja-kerja yang dilakukan para soimin dengan yang
tidak, karena itu bekerja akan mendatang kebaikan bersama.
Secara definitif kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu bagi orang lain dan memberikan dampak positif bagi
pekerja itu sendiri. Effort atau usaha menjadi kata kunci dari kerja.
Jadi, ketika kita mengklaim bahwa kita bekerja, maka terlihat nyata
adanya usaha untuk mewujudkan kerja tersebut (Marpaung, 2007). Di dalam
kerja juga ada kesungguhan, pengorbanan (tidak selalu memperoleh yang
terbaik namun menikmati prosea yang terbaik). Kerja yang sungguh-sungguh
bukan berarti bekerja keras, namun bekerja cerdas (smart work)
berlandaskan keseimbangan hidup. Inilah kunci sukses untuk meraih kerja
sukses untuk kesejahteraan.
Thomas Alpa Edison (penemu lampu
pijar) pernah mengemukakan bahwa ada tiga hal yang diperlukan untuk
meraih keberhasilan yakni bekerja keras dan cerdas, ketekunan, dan akal
sehat (Marpaung, 2007). Lebih lanjut dikemukakannya bahwa segala sesuatu
akan dapat dihasilkan dengan baik pada orang-orang yang terus bekerja
sambil mencari dan memanfaatkan kesempatan.dalam kaitan ini, Kanjeng
Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa "Bekerjalah kamu seolah-olah engkau
akan mati besok pagi". Maksudnya memanfaatkan kesempatan yang sangat
sedikit akan membuat orang berhasil dalam hidupnya.
Kedisiplinan dan ketekunan menjadi kata kuncinya. Bahkan lebih
simplistis lagi Edison mengemukakan bahwa hendaknya dalam setiap kerja
kita bisa memaknai arti setiap tetes keringat yang muncul. Satu hal
terakhir yang dikemukakan Edison bahwa penggunaan akal sehat merupakan
bagian yang penting untuk meraih keberhasilan dalam kerja sukses.
Pertanyaannya adalah "Apakah pekerjaan yang akan saya tekuni ini masuk
akal atau tidak?" Pertanyaan sejenis dapat dikemukakan bahwa "Apakah
masuk kerja tepat waktu di bulan puasa masuk akal atau tidak?"
Pertanyaan ini menjadi penting agar tidak terjebak dalam rutinitas
sehari-hari dan permainan uang atau money game.
Tampaknya,
tidak ada alasan yang masuk akal untuk mengatakan bahwa puasa akan
membuat konsentrasi kerja terganggu dan menjadi tidak disiplin. Justru
bagi orang yang berpuasa kedisiplinan dan semangat kerja keras harus
menjadi dasar moral untuk meraih kerja sukses menggapai kesejahteraan
dalam frame ibadah kepada Allah Swt. Dengan demikian puasa dan kerja
sukses menjadi kesatuan yang mendorong orang yang berpuasa menjadi
manusia Muttaqien. Jadi melanggar kedisiplinan masuk kerja tepat waktu
menjadi tidak masuk akal bagi ummat Islam. Mari kita maknai setiap
langkah menuju tempat kerja sebagai ibadah dan dengan demikian akan
selalu membuat kita tetap syukur atas nikmat Allah. Wallahul Muwafiq ila
Darissalam.
Tempat Peraduan, 110313.29
Senin, 22 Juli 2013
PUASA DAN KERJA SUKSES
00.55
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar