Rabu, 12 Desember 2012

POLITIK BOLA BEKEL

Itulah strategi politik yang sedang dimainkan oleh politisi partai Demokrat Sutan Gatugana. Maksud hati membela dan mempertahakan citra partainya yang lagi terjun payung, malah pantulan bola bekel yang di lemparkannya mengenai diri dan partainya. Sungguh pembelaan yang dilakukannya terlalu berlebihan dan terkesan membabi buta. Mengapa, karena maksud hati membela citra partainya malah terjebak untuk melakukan penghinaan terhadap orang lain.


Tidak tanggung-tanggung, orang yang dihina dan dicemarkan nama baiknya adalah mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Siapa yang tidak kenal Gus Dur, rasanya tidak ada yang tidak mengenalnya, kecuali mungkin si Sutan Batugana. Sulit untuk memberikan penjelasan atau untuk mengatakan Batugana tidak melakukan penghinaan. Apa yang disampaikanya merupakan penghinaan, yang tidak hanya bagi Gus Dur, tetapi juga bagi keluarga dan keluarga besar NU. Batugana wajib diberikan pelajaran agar mulutnya tidak seperti comberan yang memproduksi kata penghinaan.

Siapapun pasti akan marah kalau dihina, begitu pula dengan Batugana, pasti marah kalau dihina, pun dengan keluargaya. Psikologis seperti yang saat ini dialami oleh keluara besar NU. Keras dan harus untuk memberikan pelajaran bagi Batugana. Bagi orang yang berfikir waras menghina Gus Dur sama saja dengan menghina negara ini, sebab beliau adalah mantan Presiden yang tidak sedikit jasanya membangun negeri ini dengan tradisi da budaya pesantren. Belum lagi, jasanya dalam membangun demokrasi dan mempertahankan NKRI. Apa yang dilakukan Batugana merupakan refresentasi dari orang yang mau pempersoalkan kebhenekaan negeri ini.

Saya kira, atas niat baik Anas Urbaningrum langsung merinisiatip untuk memintakan maaf atas penghinaan yang dilakukan Batugana. Memberi maaf atas penghinaan Batugana terhadap Gus Dur boleh saja, tetapi tidak untuk dilupakan. Batugana harus menerima batunya sendiri. Anas orang baik, makanya dia minta maaf, tetapi masalahnya Si Batugana sendiri tidak mau meminta maaf. Nah, kalau sudah begini, lebih baik dicincang saja, kata Gus Choi panggilan akrab Efendi Choiry politisi senior PKB, sebagaimana diberitakan Republika, 29 Nopember 2012. Siapapun, akan memberi maaf kepada siapapun yang meminta maaf, itulah ajaran Islam.

Gus Dur semestinya tidak perlu dikaitkan lagi dengan tetek bengek perpolitikan Indonesia yang semakin menggila. Gila karena orang mati-matian membela atau menutupi kebobrokan diri dan kelompoknya. Banyak kasus korupsi yang sengaja dihijabkan akibatnya sulit sekali terangkap oleh lembaga superbody semisal KPK. Mengapa, terhijabkan oleh pengelola negara sendiri. Karenanya sangat sulit untuk membuka hijab itu, tetapi tidak berarti tidak bisa dibuka, hanya waktunya yang belum tepat. Kapan, ya, nanti setelah tidak berkuasa.

Gus Dur tidak sepatutnya terhinakan, apalagi oleh Batugana yang mulutnya kayak comberan dan ngomong asal ngomong tanpa terkontrol. Labrak sana labrak sini dan sekarang bola bekel yang dimainkannya pasti akan mengenai dan masuk mulutnya kembali. Wajar warga Nahdiyin marah kepada Batugana. Marah seakan menjadi kewajaran alamiah karena panutannya terhinakan. Marahlah selagi bisa marah namun melalui saluran yang baik dan benar, seperti melaporkan Batugana ke polisi kemudian warga nahdiyin mengawalnya sampai proses penghinaan itu terselesaikan melalui jalur hukum.

Momen yang tepat untuk memberikan pembelajaran kepada siapapun yang melakukan penghinaan, termasuk Batugana. Masyarakat luas selama ini sudah merasa lelah terhinakan dan dikibuli oleh banyak politisi dengan cara korupsi berjamaah. Harkat martabat sebagai rakyat diperjual belikan demi keuntungan pribadi. Politik main bekel telah memantul kemana-mana, seakan tidak ada ruang bebas bagi rakyat untuk tidak bisa terkena pantulan bola bekel itu.

Batugana menjadi puncak penghinaan yang tidak punya rasa memiliki dari seorang rakyat atas jasa-jasa yang telah disemaikan oleh seorang Gus Dur. Saya sangat hawatir, SBY pun nantinya akan terhknakan oleh Batugana ketika tidak lagi berkuasa. Sangat mungkin itu terjadi, mengingat perilaku politik Batugana yang terkesan tidak santun, menang sendiri dan benar sendiri. Sagat disayangkan, kenapa Batugana sampai menghinakan Gus Dur. Itu berarti, Batugana tidak mampu merasakan sakitnya orang-orang yang memiliki Gus Dur.

Meminta maaf, patut dilakukan kalau Batugana menghormati keyakinan dirinya. Jika tidak, ya tidak usah meminta maaf. Toh akhirnya Batugana akan terhinakan oleh dirinya sendiri. Ye gawek, ye dait, kata Kiai Khos Tgh. Turmudzi Badruddin, Pimpinan Pondok Pesantren Qamarul Huda, Lombok Tengah NTB, juga sahabat Gus Dur. Maknanya, biarkan saja, dia sendiri yang akan menerima akibatnya. Politik main bekel yang dimainkan Batugana akan segera berakhir. Ia akan mengakhiri permainannya sendiri. Tidak perlu warga NU yang mencintai Gus Dur menghabiskan energi untuk seorang Batugana. Biarkan dia gila dengan permainan bekelnya. Kita hanya bisa berharap. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.

0 komentar: