Rabu, 12 Desember 2012

BANGSA BERGOYANG

Jika PKB serius mencalonkan Bang Haji Rhoma Irama sebagai calon Presiden pada pemilu 2014 mendatang, maka kuantitas seniman terjun ke dunia politik semakin bertambah. Sebelumnya, banyak seniman yang sudah terjun ke dunia politik, baik sebagai anggota DPR maupun sebagai kepala daerah (gubernur, wakil gubernur, bupati/wali kota dam wakil). Sebut saja misalnya, Dede Yusuf, Rano Karno, Eko Patrio, Komar, Rieke Diyah Pitaloka atau Oneng, Miing Gumelar, Dedi Mizwar, dan tentu Rhoma Irama.

Muncul dan semakin banyaknya para seniman terjun ke dunia politik sebagai pertanda mereka ternyata lebih populer di bandingkan para politisi. Dan tidak hanya itu, bisa jadi para seniman lebih dianggap punya moralitas lebih baik dan keberpihakan pada rakyat juga tidak di ragukan. Persepsi sebagian orang tentang seniman itu bisa benar dan bisa jadi salah. Masyarakat sendiri akhirnya yang akan memberikan penilaiannya.

Mencuatnya nama Raja Dangdut Rhoma Irama yang akan nyapres pada tahun 2014 mendatang bisa menjadi calon alternatif. Apa itu berarti partai politik sudah membuka peluang bagi anak bangsa di luar partai untuk menjadi calon presiden ataukah memang kader internal partai politik tidak percaya diri untuk menjadi calon presiden. Entahlah, tetapi menarik untuk dicermati. Katakanlah, Ya. Berarti ada yang salah di dalam sistem kaderisasi pada internal partai politik. Sehingga melirik orang di luar partai hanya sebatas trial and error politik semata.

Kemungkinan pencalonan Bang Haji Rhoma Irama sebagai calon Presiden mendatang oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bisa jadi sebagai politik trial and error untuk mendongkrak popularitas partai itu. Atau sebagai suatu ihktiar mencari putra terbaik bangsa yang akan diusung menjadi capres setelah Cak Imin atau Muhaimin Iskandar tidak bersedia di calonkan sebagai presiden. Kemungkinan bisa saja. Hanya masalahnya, apa hanya Bang Haji Rhoma semata?

Ternyata tidak. Selain Bang Haji Rhoma, ada tokoh lain yang muncul, seperti Ketua Mahkamah Konstitusi Profesor Mahfud MD, ada Hatta Rajasa, ada Dahlan Iskan dan Muhaimin Iskandar. Nama-nama yang muncul ternyata tidak diamini oleh para kader yang di era Gus Dur dikenal dengan semboyannya "membela yang benar". Penolakan terhadap pencalonan Bang Haji Rhoma misalnya muncul dari PKB Jawa Barat. Sementara wilayah PKB yang lainnya belum memberi dukungan, kecuali oleh Cak Imin dalam suatu wawancara di salah satu stasiun TV.

Penolakan beberapa kader terhadap pencaloanan Bang Haji Rhoma Irama melalui PKB lebih disebabkan karena ada persyaratan yang tidak terpenuhi. Seperti capres PKB harus bersikap pluralis dan pancasilais sejati, sebagaimana diberitakan koran Republika, tanggal 4 Desember 2012. Kalau bang Haji mampu membuktikan itu, berarti bisa di calonkan dan bang Haji harus membuktikannya. Wah ribet juga urusanya, kalau sudah begini, kata Saharudin, MA saat berdiskusi di kampus IAI Qamarul Huda, Bagu, Loteng, NTB.

Jadi tidaknya bang Haji Rhoma nyapres lewat PKB, itu tidak penting. Yang utama bagi saya adalah ada keterbukaan atau dengan kata lain PKB khususnya sudah membuka diri untuk menerima anak terbaik bangsa untuk di calonkan menjadi presiden. Sebab selama ini, semua partai menutup diri untuk menerima calon lain di luar partainya walau tidak populer. Ada proses pemaksaan, sehingga wajar saja, mereka para elite partai menyediakan wadah lain di luar partai untuk bisa maju sebagai calon, seperti lewat wadah calon independen. Ternyata, wadah itu cukup efektif dan buktinyan banyak kepala daerah yang terpilih. Itu menjadi pukulan telak banyak partai politik.

Lalu, bagaimana dengan partai politik lain? Sampai saat ini, baru PKB yang sudah menyatakan kemungkinan capres dari luar partai. Sementara partai politik lainnya masih kukuh pada pandiriannya untuk mencalonkan kadernya sediri walau tidak populis dan berdasarkan hasil survei tidak akan menang. Mau apa lagi, kalau tidak bisa ya sudah.

Karena sulitnya membentur arogansi partai politik kaku seperti itu, maka wajar kalau beberapa elemen bangsa mengusulkan agar undang-undang tentang pemilu presiden di revisi guna menyediakan wadah untuk calon independen. Hanya masih sulit.Semua partai politik masih kukuh untuk tetap bertahan agar pencalonan presiden tetap melalui wadah partai politik. Tampaknya di sinilah demokrasi pada level partai politik tidak jalan. Satu sisi ingin menjalankan demokrasi tapi pada sisi yang lain menutup kran demokrasi. Apa itu bentuk ketakutan para elite partai politik? Mari kita memberikan penilaian apa saja. Terserah saja. Demokratis.

Nah, dibukanya kran oleh PKB bisa menjadi contoh partai lainnya. PKB sudah terang-terangan mau mencalonkan Bang Haji Rhoma menjadi Calon Presiden di 2014 mendatang walau dapat penolakan dari kadernya di daerah. Semangatnya yang penting. Artinya PKB sudah berani keluar dari mainstream perpolitikan Indonesia. Sementara partai lain masih berjibaku dan mengotak atik para kadernya yang layak walau tidak populis.

Walau Bang Haji Rhoma belum pasti menggoyang bangsa lewat PKB, namun telah memberi pembelajaran bagi partai lain untuk bisa menerima calon lain dari luar partai yang lebih populer, seperti para seniman, walau tidak ada jaminan untuk dapat memenangkan pertarungan. Menang atau kalah dalam suatu sistem demokrasi merupakan hal lain. Yang penting diberikan peluang sama untuk semua anak bangsa, menjadi calon atau dicalonkan.

Gayanglah bangsa ini, tidak hanya dengan semangat tetapi juga dengan nada dan syair-syair lagu yang merdu. Buatlah anak bangsa ini terus tersenyum dengan bait-bait lagumu. Kepenatan pikiran, perasaan, dan hati rakyat dapat keluar dari syahdunya irama musik dangdutmu. Tetaplah menjadi presiden atau raja di dunia yang telah engkah rintis selama ini. Yakni dunia dangdut yang telah membuatmu besar dan menjadi raja. Menjadi raja di dua dunia suatu kemustahilan. Tetaplah menjadi raja di dunia dangdut. Goyanglah bangsa ini agar terbangun dari mimpi yang belum pernah tercapai. Jayalah negeriku, makmurlah rakyatnya. Wallahul Muwafiq ila Darissalam.

Lembah Gebong. 21.45 Wita. 4 Desember 2012.


0 komentar: