Rabu, 12 Desember 2012

IDEOLOGI KEMBARA

Persaingan menuju NTB satu kian memanas. Beberapa bakal calon gubernur sudah mulai memasuki panggung dan siap bermain. Lakon yang akan dimainkan tentang bagaimana bermain peran untuk menjadi gubernur NTB. Karena lakonnya sama, tentu kontestan yang paling siap dan bermain indah yang mungkin keluar sebagai pemain peran terbaik yang akan dipilih masyarakat.
Permainan peran di atas panggung tentu berbeda dengan panggung politik. Persaingan menuju NTB satu bisa masuk melalui pelbagai panggung yang berbeda. Panggung itu dikenal sebagai partai politik atau melalui panggung independen. Tinggal, bagaimana para bakal calon mampu dan diberikan menaiki panggung politik yang banyak itu.

Menggunakan partai politik bagi para bakal calon gubernur butuh kesiapan materia yang tidak sedikit. Namun, kelihatannya para bakal calon sudah tidak mempermasalahkan itu. Artinya mereka sudah siap dan terbukti diantara para kandidat sudah memperkenalkan diri melalui media yang ada, seperti baliho, pamplet, spanduk dan media lainnya.

Sewaktu mengantarkan tamu, saya melihat banyak baliho yang terpasang dibeberapa sudut kota Mataram. Satu diantara baliho bakal calon gubernur itu adalah Dr. TGH. Muhyi Abidin, anggota DPD RI Dapil NTB dan pengurus PB NW Anjani. Terbayang dalam benak saya, bahwa akan terjadi persaingan yang panas antara dua ideologi kembara antara PB NW Anjani dan PB NW Pancor untuk berebut NTB satu.

Jamak diketahui bahwa Tgh. Zainul Majdi sendiri selaku gubernur incamben, sudah menyatakan kesiapannya untuk maju kembali menjadi gebernur untuk periode keduanya. Kesiapan untuk maju kembali, bukannya diamini oleh pihak NW Anjani tapi malah disodorkan pesaingnya dari NW Anjaini yakni Tgh. Muhyi Abidin. Persaingan antara dua saudara sepupu itu menarik untuk dicermati, karena memang keduanya dari oraganisasi yang sama dan ideologi yang juga tidak berbeda.

Jika dicermati, kedua kandidat saudara sepupu itu memperebutkan kue yang sama untuk dapat menjadi gubernur di bumi gora ke depan. Karena kue yang diperebutkan sama yakni jamaah NW, tentu persaingan keduanya pasti seru namun pastinya jamaahnya menjadi bingung dan kemungkinan terbelahnya menjadi kelompok-kelompok juga hesar. Kemungkinan itu bukan sesuatu yang mustahil secara sosiologis tapi sangat mungkin.

Tentu,, kita tidak menginginkan potensi ummat yang begitu besar harus terbelah gara-gara politik, tetapi karena keterbelahan itu sudah terjadi atau given, maka tidak ada yang bisa dilakukan. Yang ada hanya persaingan dan kepentingan. Kedua organisasi NW yang berideologi kembara itu kini sudah mempunyai sejarah tersendiri yang sulit kembali ke titik awalnya sebagaimana dirintis oleh Tgh. Zainudin Abdul Madjid atau lebih dikenal dengan Maulana Syaikh.

Sangat disayangkan keterbelahan NW itu. Namun, masyarakat berharap agar keterbelahan yang given itu tkdak sampai memperkeruh ikuwah islamiyah pada level grassroot. Cukuplah, konflik dan persaingan hanya ada di tingkat elite. Persaingan dan konflik jangan sampai terjadi pada tingkat masyarakat bawah. Bagaimana mewujudkan itu? Political will dari para elite untuk tetap menjaga kebersamaan dan kerukunan adalah kata kuncinya.

Ideologi kembara bukan menjadi alasan untuk bersaing terus menerus, kata Amrul Jihadi, ketua Akad Lombok Barat. Namun, ideologi kembara seharusnya didudukan sebagai potensi untuk mempererat tali kebersamaan dalam perbedaan. Kepentingan politik boleh beda, tapi kepentingan untuk mempertahankan ukhuwak islamiyah adalah yang utama. Kedua organisasi NW itu boleh punya calon masing-masing sebagai pintu masuk meraih kepentingan atau sahwat politiknya. Sah dan tidak ada yang dapat menghalanginya, kecuali dirinya sendiri. Ya, ideologi kembara tetap menjadi potensi untuk meraih kepentingan politik bagi warga NW.

Aula NU Mataram. 11.25 Wita. 7 Desember 2012.


0 komentar: