Rabu, 31 Oktober 2012

MENJADI

Anakmu akan megetahui siapa dirimu dari tingkah lakumu
Bukan dari nasehatmu kata Rooney Dye.
Patut direnungkan apa yang disampaikan motivator terkenal itu, terutama bagi siapa saja yang ingin menjadikan siapapun juga menjadi siapa. Tersadari atau tidak, seringkali kita sebagai orang tua memposisikan diri sebagai creator yang sering memaksa kehendaknya. Bagaimana tidak, kadang sejak din
i orang tua sudah mempersiapkan anaknya menjadi...padahal anaknya masih bayi.


Dan yang paling menggelikan, orang tua seringkali menghendaki anaknya melebihi kodratnya sebagai manusia. Maksudnya orang tua dalam mendidik anaknya menginginkan anaknya tidak boleh berbuat salah, padahal melakukan kesalahan merupakan kodrat kemanusiaan untuk lebih menyadari jati dirinya. Itulah kodrat mAnusia dan posisi itu sudah dimaklumi oleh Tuhan sendiri sehingga disediakan space pertobatan bagi manusia.

Dengan demikian, orang yang dikatakan baik sesungguhnya, bukan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan namun orang yang sering melakukan kesalahan atau berbuat dosa tetapi mau bertaubat dan memperbaiki dirinya. Bukankah, banyak sekali orang yang performnya baik dan dikenal baik, tetapi tidak mengetahui cara melakukan kebaikan. Sungguh orang seperti itu tidak memberikan manfaat apapun bagi orang lain.

Misalnya, orang naik haji kan wajibnya sekali dan itu perintah Tuhan. Berhaji menjadi kurang baik kalau dilakukan terlalu sering dan melupakan kondisi kemiskinan tetangganya dalam kemiskinan serta membuat ribuan jamaah harus mengantri sampai puluhan tahun lamanya untuk menunaikan kewajiban haji. Akan menjadi lebih baik kualitas hajinya kalau mereka yang sudah diwisuda menjadi haji oleh Tuhan mampu menebarkan nilai-nilai kehajian untuk mendorong perubahan sosial minimal di lingkungan tetangganya. Itulah kualitas haji yang bernilai tinggi. Atau dengan kata lain, kemabruran tidak dilihat dari kuantitas keberangkatan ke tanah suci, tetapi dari bagaimana mampu menjadi pengayom dan merubah masyarakat menjadi haji sebelum berhaji.

Ya, menjadi haji sebelum berhaji dimaknai sebagai sebuah bentuk kepeduliaan yang terlahir dari kualitas kehajian para haji kepada para tetangganya yang tidak beruntung secara ekonomi. Alkisah seorang sufi yang sudah puluhan tahun menabung untuk menunaikan kewajiban berhaji. Pekerjaan sang sufi sebagai tukang sol sepatu. Bisa dibayangkan puluhan tahun harus menabung untuk bisa menunaikan haji. Ketika tabungannya sudah mencukupi dan tinggal berangkat dan niatnya sudah bulat untuk berangkat pada hari yang sudah ditentukan. Saat akan berangkat, si sufi didatangi oleh tangganya yang minta tolong agar dipinjami uang untuk kehidupan keluarganya karena si tetangga sudah tiga hari tidak makan. Lalu, si sufi memberikan uang tabungan hajinya untuk tetangganya sembari berniat terimalah uang ini dan inilah hajiku kata si sufi.

Maka, sangat masuk akal apa yang diungkapkan oleh Rooney Dye di atas dan dikaitkan dengan kisah sufi di tersebut di atas. Karena itu, menjadi apapun dan apalagi menjadi orang yang baik harus dilihat dari perilaku yang dicontohkannya, sebagai implementasi dari apa yang dikatakannya. Dalam konteks alquran perkataan dan perbuatan seharusnya menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan.

Menjadikan anak kita bisa bertanggungjawab sangat tergantung dari bagaimana kita sebagai orang tua memberikan pendidikan dan bukan pengajaran an sich kepada anak. Semoga kita mampu berperan sebagai creator atau penjadi yang mampu dan bisa melihat siapa dan apa yang mau menjadi apa, sehingga jati diri atau selfnya tidak menyalahi kodtat kemanusiaannya. Wallahul muwafiq ila Darissalam.

0 komentar: