Rabu, 31 Oktober 2012

EGOISME

Tema khutbah Idhul Adha di masjid Istiqlal Jakarta disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul A'la, M.Ag Rektor Institut Agama Islam Sunan Ampel Surabaya. Sebuah tema khutbah yang sangat sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang sedang dilanda berbagai peristiwa yang cendrung mengancam kesatuan negara RI, yang kalau dicermati bermuara pada sifat egoisme yang semakin menguat.
Egoisme dapat
memporak porandakan rasa solidaritas yang sudah tertanam ketika pembentukan negara Indonesia. Bheneka tunggal ika, berbeda tetapi tetap satu merupakan suatu kontruksi funding father tentang pentingnya kebersamaan, kesatuan, persatuan dan kesatuan. Kebersamaan dalam kesatuan merupakan pilihan tepat dan cerdas yang dibangun tokoh bangsa saat itu.

Egoisme melahirkan truth claim yang menganggap dirinya paling hebat sementara orang lain tidak. Sikap perilku seperti itu tentu menutup pintu dialog, musyawarah dan pintu lainnya. Karena itu, dalam kondisi seperti itu konflik sosial menjadi sesuatu yang sulit terhindarkan. Egoisme dengan demikian menjadi penyakit yang perlu disembuhkan sebab jika tidak dapat berakibat patal bagi harmonisasi kehidupan bangsa yang baik ini. Keihlasan berkorban bisa menjadi obat dan terapi untuk kesembuhan atau mengeluarkan egoisme dari dalam diri.

Mengihlaskan diri untuk bisa melihat otang lain tidak sebagai musuh menjadi pengorbanan yang luar biasa bagi pengidap penyakit egoisme. Sikap dan perilaku semacam itu, perlu dikembangkan di tengah kondisi bagsa yang terancam keutuhannya. Tidak ada kata lain, selain mencoba merajut kembali benang kusut yang telah merusak kebersamaan bangsa Indonesia. Mestinya tidak perlu tetjadi pengrusakan masjid milik saudara komunitas Ahmadiyah di Bandung di tengah kita merayakan hari Idhul Adha, hari keihlasan.

Demi persatuan dan kebersamaan hidup di negara tercinta ini, tidak ada salahnya kalau kita mulai hari ini memposisikan diri dan kelompok kita berada pada titik nol untuk suatu kebersamaan. Artinya kita sebaiknya membangun keihlasan mulai dari diri, ibdak binafsika, kata Rasulullah saw, lalu kemudian menanamkannya pada kelompok kita. Suatu keindahan jika saja egoisme bisa diminimalisir dari dalam diri dan kelompok kita, demi sebuah tatanan kehidupan berbangsa yang baik sebagaimana rasulullah saw menerapkannya ketika memimpin negara madinah. Hidup saling menghormati di tengah multikulturalisme jauh berkualitas dibandingkan kehidupan kelompok yang tampak harmonis tetapi monolitas.

Semoga kita dapat mengambil hikmah di hari keihlasan ini, sebagaiman keihlasan nabi Allah Ismail as walau harus mengorbankan diri atau nyawanya. Itulah keihlasan yang bernillai tinggi. Mampukah kita sedikit berihklas dengan mengurangi egoisme. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

0 komentar: