Selasa, 02 Oktober 2012

BERSIKAP TERHADAP ALAM

Nabi Saw bersabda, "Janganlah ada di antara kamu buang air kecil pada air tenang dan tidak mengalir kemudian ia mandi pula di dalamnya" (HR Buhari).

Hadits tersebut merupakan bentuk ajaran bagaimana bersikap terhadap alam. juga kaitan dengan itu, dianjurkan untuk menghemat air, dianjurkan untuk melakukan penghijauan, dilarang menebang pohon sembarangan, pemanfaatan sumber

alam dengan bijaksana. Targib wa tarhib itu seringkali diabaikan dan dilanggar oleh manusia yang karenanya tidak hanya kerugian bagi manusia sendiri tetapi juga bagi semua mahluk di bumi ini.

Beberapa bencana yang seringkali menggauli manusia seakan telah menjadi pelanggannya yang setia, diantaranya adalah gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api, tsunami, banjir bandang, hujan es, badai, kebakaran, kekeringan yang semakin meluas di negeri ini.

Semua kejadian dan peristiwa alam itu terjadi tidak lepas dari perilaku serakah manusia. Berikut ini beberapa contoh perilaku manusia terhadap alam yang melewati batas, yakni eksploitasi SDA, pengelolaaan sampah, limbah industri, polusi udara, perilaku korporasi yang semata-mata mengejar profit tanpa mempertimbangkan keberlansgungannya.

Allah Swt jauh-jauh hari telah memperingatkan agar manusia jangan melampaui batas dan semua bentuk kejadian akibat dari perbuatan manusia sendiri. "Telah tanpak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Qs Ar-Rum: 30.

Seharusnya kita segera menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah Swt sudah ada ukuran-ukuran tertentu. Apabila manusia ukuran tersebut, maka akan menimbulkan akibat yang akan menimpa manusia itu sendiri. Seperti pepohonan dalam hutan yang tumbuh lebat di pegunungan. Tanaman pohon itu memberikan keseimbangan yang luar biasa, yakni menahan air dari langit, menahan tanah dari longsor, peredup pandangan dan lain-lainnya.

Begitu halnya dengan air. Anugerah Allah Swt ini diberikan kepada manusia melalui hujan, kemudian ditampung di permukaan bumi melalui sungai, danau dan lautan yang dapat dimanfaatkan manusia untuk dijadikan minuman dan penyempurna makanan, juga sebagai alat pembersih udara dan kebutuhan manusia lainnya.

Kini setelah alam ini telah mulai marah, manusia sangat panik dan mengadu-adu kepada Allah Swt, seraya bercap "ya Rabb, apa salah dan dosa kami, sehingga kau timpakan bencana-bencana ini". Ya, itulah perilaku manusia yang khas ketika berhadapan dengan bencana dan sebaliknya melupakan-Nya di saat bahagia. Dikarenakan kasih dan sayang-Nya kepada manusia, maka Allah Swt mengingatkan manusia dengan segala macam bencana agar manusia cepat kembali tersadar akan eksistensi dirinya sebagai mahkluk yang lemah di hadapan Allah Swt.

Karenanya, (khususnya di Lombok NTB) sudah bermunculan para tokoh agama yang sangat peduli terhadap kondisi alam yang semakin memperihatinkan. Salah satunya adalah TGh Shafwan Hakim (pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri, Lombok Barat. Sudah 25 Tahun melalui jaringan Pesantrennya terus melakukan penghijauan di daerah Lombok dan dari kerja keras serta kepeduliannya terhadapa alam itu, ia dianugerahi penghargaan "Kalpataru" oleh Presiden SBY pada Tahun 2011 lalu. Tentu, apa yang telah dilakukannya tidak lepas dari fakta kerusakan hutan dan alam ini dan semangatnya menjalankan perintah Allah Swt untuk tidak merusak alam. Itulah salah satu bentuk perilaku manusia yang akan membuat alam ini dapat hidup nyaman bersama manusia. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

0 komentar: