Kamis, 04 Oktober 2012

GERAKAN AKAR DI DALAM TANAH

Secara politis tidak ada yang meragukan, pencalonan Tgh Zainul Majdi menjadi gubernur untuk periode yang keduanya. Walaupun secara tersurat Tgh Zainul Majdi atau TGB belum melakukannya dan juga secara terbuka belum disampaikannya kepada publik. Namun demikian dapat dipastikan ia siap maju untuk memimpin NTB untuk kedua kalinya, tinggal menunggu restu dari umminya terci

nta (itulah tradisi yang melekat pada keluarga besarnya).

Tentu, pencalonan TGB untuk yang kedua kalinya menjadi gubernur, tampaknya masyarakat NTB tidak terlalu antusias (sebagaimana saat pencalonan sebelumnya). Mengapa? karena waktu itu masyarakat NTB sangat berharap terlalu besar untuk membawa daerah bumi gora ke arah yang lebih baik. Tetapi harapan masyarakat itu seakan jalan di tempat, bagaikan seorang musafir yang mengharapkan air di padang pasir yang luas dan gersang. Kepemimpinannya selama 4,5 Tahun ini belum memberikan hasil secara kuantitatif untuk membawa daerah ini naik kelas (terutama dilihat dari IPM), NTB masih berada pada peringkat nomor dua dari bawah.

Sungguh, bertolak belakang antara harapan rakyat dengan kebaikan personal sang pemimpin. Artinya kebaikan secara personal tidak serta merta membawa kebaikan bagi rakyat umum. Secara personal, TGB dapat digolongkan sebagai ulama yang baik dan tidak ada seorangpun yang meragukan itu, namun dari perspektif sosiologi politik, tampaknya kebaikan personal itu bisa menjadi kelemahannya sekaligus. Dalam hal-hal tertentu, kebaikan personal itu justru menjadi bumerang atau ketidakbaikan secara sosial, buktinya banyak kebijakan-kebijakan pemerintahan yang tidak terkawal dengan baik alias terjadi pembangkangan secara terselubung (meminjam istilah Chalmer). Kasus petani tembakau yang semakin resah bisa menjadi bukti, betapa pemerintahan TGB dipertanyakan oleh masyarakat, belum lagi program-program lainnya yang dianggap gagal.

Program sejuta sapi, menjadi rujukan betapa kebaikan personal tidak menjamin terselenggaranya pemerintahan yang baik dan memberi efek positif bagi terwujudnya suatu masyarakat madani di NTB. Siapa yang bisa mengatakan bahwa program sejuta sapi menjadi program yang berhasil? padahal kucuran dana pemerintah untuk membackup program itu sangat luar biasa banyaknya. Jangan-jangan kegagalan program itu karena budaya masyarakat yang kurang mendukung dan atau ada gerakan akar di dalam tanah, tetapi entahlah. Kita sebagai orang awwamul awwam pasti akan mengatakan TGB gagal memimpin NTB menuju tata kehidupan rakyat menjadi lebih baik.

Dalam banyak kesempatan, saya sering berdiskusi dengan Tgh Shafwan Hakim sebagai ketua FKSPP (Forum Komunikasi Pondok Pesantren) NTB tentang keharusan untuk melakukan evaluasi dan supervisi terhadap keberadaan bantuan-bantuan sapi di masyarakat. Sebab Tgh Shafwan Hakim berkeyakinan banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Sungguh ironis kalau keyakinan itu terbukti. Tentu, sebagai rakyat yang mencintai ulama menjadi umara hanya bisa berharap agar TGB harus lebih tegas, selektif, adil, dan berani menindak siapapun (jika ada) pejabat yang memainkan akar di dalam tanah.

Guna memuluskan keinginannya untuk mencalonkan diri menjadi gubernur NTB di periode kedua, sewajarnyalah gubernur TGB harus melakukan supervisi dan evaluasi terhadap semua program pemerintahannya yang baik dan bagus itu. Tentunya, sebagai masyarakat harus mengacungkan jempol dan mengapresiasi banyak terobosan program selama pasangan BARU memimpin NTB, baik dalam bidang kesehatan, pertanian, pemberdayaan masyarakat, kerajinan (batik SASAMBO misalnya), perkoperasian, pengembangan pariwisata (visit lombok sumbawa) dan tentunya pendidikan. Hanya kelemahannya masih minimnya untuk melakukan evaluasi dan supervisi faktual ke lapangan untuk membuktikan kebenaran laporan bawahannya.

Dalam bidang pendidikan, telah banyak melakukan terobosan dalam hal pemberian beasiswa, pemberian dana hibah ke lembaga-lembaga pendidikan swasta (walau dua tahun terakhir tidak jelas lagi). Kesemua terobosan program-program pembangunan itu (terutama yang sudah berjalan) memang belum dirasakan oleh semua elemen masyarakat, tetapi harus diamini saja program-program hibah pendidikan itu sudah dirasakan masyarakat. Hanya saja perlu kehati-hatian dalam pemberian bantuan dana hibah itu dan sebisa mungkin diperuntukkan bagi semua elemen masyarakat NTB.

Mudahan pada periode keduanya menjadi gubernur mendatang (yang rencananya pemilukada gubernur akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 mendatang), TGB dapat berbuat maksimal untuk kebaikan semua elemen masyarakat NTB. Program-program yang yang baik (sedang dan sudah) berjalan dapat dipertahankan dan membuat terobosan program yang lebih baik lagi supaya NTB pada periode kedua TGB menjadi gubernur dapat membuat daerah ini naik kelas (tidak lagi peringkat kedua dari bawah diantara provinsi yang ada). Kita hanya bisa berharap agar TGB dapat mewujudkan mimpi masyarakat NTB untuk naik kelas syaratnya TGB harus peka terhadap kemungkinan ada permainan akar di dalam tanah. wallahul muwaffiq ila Darissalam

0 komentar: