Rabu, 31 Oktober 2012

POLITIK AJI MUMPUNG

Politik Aji Mumpung sepertinya sudah menjadi budaya politik di Indonesia ketika pergantian elite. Tampaknya memang sudah menjadi budaya baru perpolitikan kita, baik di tingkat pusat maupun daerah. Lihat saja misalnya, penempatan posisi pejabat kalau tidak tim sukses ya pastinya keluarga atau kroninya.inilah politik aji mumpung atau oleh Wert Heims disebut sebagain politik balas budi.

Menarik dicermati, ketika Nelson Mandela memasuki istana kepresidenan pertama kali, hal pertama yang dialkukan adalah mengumpulkan dan berbicara dengan seluruh stafnya, baik yang kulitnputih maupun kulit hitam. Tentu dapat dibayangkan bagaimana ketakutan para staf yang berkulit putih ketika Mandela terpilih. Dan tentu prasangka para staf kulit putih bahwa dirinya akan dipecat menjadi katakutan yang beralasan, sebab ketika para kulit putih berkuasa ketidakadilan terhadap warga kulit hitam sangat tidak manusiawi.

Apa yang dikatakan Mandela ketika itu, bahwa bebetapa dari dari anda mungkin tahu siapa saya. Saya perhatikan kata Mandela, ada ruangan yang kosong...saat saya datang ke kantor pagi ini dan seluruh kotak berisi peralatan atau perlengkapan. Tentu, jik anda ingin pergi, itu hak anda, kata Mandela. Jika anda merasa tidak bisa bekerja dengan pemerintahan baru ini, maka lebih baik anda pergi. Segera ! Namun jika anda berkemas itu karena anda takut karena....bahasa atau warna kulit anda atau untuk siapa anda bekerja sebelumnya dan itu menjadi penghalang anda bekerja di sini, saya di sini kata Mandela untuk memberi tahu anda bahwa tidak perlu takut. Masa lalu adalah masa lalu. Kini kita melihat ke masa depan, kami perlu bantuan anda. Kami ingin bantuan anda. Jika anda ingin tetap tinggal, anda akan melakukan pelayanan yang hebat untuk negara anda. Saya hanya meminta anda bekerja sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dan dengan hati yang baik dan tulus. Saya berjanji untuk melakukan yang sama. Jika kita bisa melakukan itu, maka negara kita akan menjadi mercusuar dunia. Negara pelangi akan dimulai saat ini. Rekonsiliasi dan pengampunan dimulai saat ini. Pengampunan membebaskan jiwa, menghilangkan ketakutan, itulah alasan yang akan menjadi senjata yang kuat.

Suatu materi pidato oleh seorang presiden mengakhiri pemerintaha Aparheit di Aprika Selatan kala itu. Seorang pemimpin yang punya visi kepemimpinan masa depan yang bisa melakukanitu. Apa jadinya, jika Mandela saat kepemimpinannya melalukan poliitik balas dendam tethadap kulit putih, maka dapat dipastikan akan mendapatkan perlawanan dari negara Barat dan pastinya ia tidak bisa membangun negaranya seperti saat ini.

Yang dilakukan Nelson Mandela, sepatutnya dilakukan dan ditiru oleh para pemimpin di Indonesia, entah itu aebagai presiden, gubernur, bupati, wali kota, sampai kepaada kepala desa. Mungkinkah kita melakukan apa yang dilakukan Mandela kala itu? Tentu tidak ada yang tidak mungkin selama ada political will atau kemauan politik. Hanya masalahya, mereka para pemimpin kita tidak mau melakaukannya, akibatnya pemerintahan kita tidak jauh dari politik aji mumpung dan politik balas budi.

Karena berangkat dari politik aji mumpung dan balas budi, maka penempatan dan penetapan posisi pejabatpun tidak jauh dari para kroninya walaupun dari segi administrasi tidak memungkinkan.akibat lebih jauh, ketika terjadi pergatian elite maka kasus yang sama terulang kembali atau dengan kata lain terjadi pembersihan pejabat dan digantikan dengan pejabat dari kroni yang baru.

Yah, tampaknya seperti lingkaran setan yang selalu saling menjatuhkan dan saling balas dendam demi kekuasaan. Tentu untuk membangun suatu maayarakat yang demokratis dan berkeadilan kiraanya perlu untuk segera mengakhiri suatu pemerintahan yang aji mumpung dan menggantikannya dengan pemetintahan yang viaioner menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik dan demokratis. Wallahul muwafiq ila Darissalam.

0 komentar: