Selasa, 02 Oktober 2012

KESAKTIAN PANCASILA VS KESAKTIAN UANG

Sekedar rutinitas semata...kira-kira itu yang dikatakan oleh sebagian warga masyarakat yang lagi asik ngobrol sambil minum kopi tubruk di suatu Pos Ronda. Lo, kok rutinitas, maksudnya? ya, kemarin, katanya kami menyaksikan apel bendera memperingati hari Kesaktian Pancasila...tidak lebih dari rutinitas tahunan apel semata, khan. Toh, usai acara apel tidak bisa

memberikan semangat apapun untuk kemajuan bangsa dan negara ini, malahan mereka (yang ikut apel) yang telah membuat negara ini bangkrut. Lihat saja, korupsi semakin merajalela dan bahkan sudah memasuki urat nadi negara ini.

Sebagai rakyat yang tidak punya power seperti kita (di pos ronda) ini, bisanya hanya ngerumun (bahasa Sasak) atau ngedumel, tidak lebih dari itu. Kita sudah dapat berharap banyak dari kerja-kerja KPK untuk memberantas korupsi tetapi banyak pejabat legislatif dan eksekutif yang tidak nyaman olehnya, akibatnya KPK diserang dari semua sudut, berusaha diamputasi dan akan dibiarkan terkapar tanpa daya melalui (misalnya) revisi undang-undang KPK, itupun setelah cara-cara lainnya tidak berhasil.

Untung saja rakyat dan beberapa lembaga negara membela dan masih menganggap perlu kebaradaan KPK karena hanya KPK yang masih konsen memerangi korupsi. Gerakan moral dari rakyat cukup efektif memberikan dukungan terhadap kerja-kerja KPK seperti yang dimotori oleh KH Hasim Muzadi (Mantan Ketua PBNU). Sementara lembaga negara semisal Mahkamah Konstitusi melalui ketuanya Prof. DR. Mahfud MD masih menganggap penting KPK guna menekan dan memberantas korupsi di negeri ini.

Itulah ghirah atau semangat yang semestinya menyatu dalam setiap penyelenggara negara ini. Semangat untuk mengejewantahkan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila Sakti. Semua kita sepakat bahwa nilai-nilai yang termaktub di dalam sila-sila Pancasila merupakan sebuah proses konstruksi nilai yang jelas sumber dan nilai budayanya. Nilai-nilai dalam Panca Sila sakti tersebut merupakan nilai luhur dari budaya masyarakat Indonesia, mulai sila Ketuhanan sampai dengan sila keadilan sosial. Tampaknya, nilai-nilai tersebut sudah sangat lama kita keluarkan dari diri dan kehidupan berbangsa dan bernegara, akibatnya kita terlena dan asik untuk terus mencoba untuk mengaburkan aset-aset negara dan mencurinya untuk kepentingan sendiri. Sungguh telah melanggar nilai-nilai Panca Sila dan pelakunya layak dihadiahi tanah berukuran 1x1 meter persegi (alias kiburan).

Jika sudah seperti itu, pertanyaannya kemudian, ngapain terus saja kita berbohong untuk tetap memperingati kesaktian PancaSila kalau akhirnya uang negara kita habiskan untuk beritual seperti itu, sementara hasilnya tidak membekas dalam sanubari para pengelola negara ini. Bukankah itu, suatu bentuk kemubaziran saja? Ya, tetapi entahlah, daripada tidak melakukan ritual apel tahunan memperingati hari kesaktian Panca Sila...khan, lebih baik apel tetap diadakan (kata salah seorang warga di pos ronda) agar pejabat tidak lupa akan peristiwa penting itu.

Sepertinya, kata seorang lainnya, kesaktian Panca Sila sudah kehilangan tuahnya (atau sudah tidak sakti lagi), buktinya sudah kalah dengan kesaktian uang. owalah, kata lainnya, ada, ada saja kamu ini, kok sampai membandingkan kesaktian Panca Sila dengan kesaktian uang segala. Tetapi kalau dipikirkan benar juga, ya? ternyata uang lebih sakti ketimbang Panca Sila, buktinya Panca Sila yang di dalamnya (ada sila Ketuhanan yang maha esa) toh kalah juga dengan kesaktian uang. Dengan uang semua orang bisa melupakan sesuatu yang bernilai baik (seperti lupa Tuhan, lupa Istri dan keluarga). Dan dengan uang semua orang bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkannya (beli Tuhan baru, istri baru dan kesaktian baru).

Dengan demikian, jika diadakan adu kesaktian antara kesaktian Panca Sila VS Kesaktian Uang, maka pasti akan dimenangkan oleh pemuja kesaktian uang. Namun, perlu disadarkan bahwa uang walaupun sakti tidak menjamin hidup manusia menjadi lebih nyaman, tentram, aman dan bahagia (apalagi uang hasil korupsi), tetapi dengan uang manusia bisa menjadi aman, nyaman, tentram dan hidup bahagia, bila mampu mendermakannya dengan jalan kebaikan, banyak memberi kaum papa, membayar zakat dan bentuk kebaikan lainnya. Kesaktian Panca Sila dan Kesaktian uang dengan demikian akan mendatangkan kemaslahatan bagi sesama selama kita dapat mendermakannya. Panca Sila sebagai suatu nilai normatif dapat menjadi pengarah perilaku manusia untuk dapat menjinakkan kesaktian uang untuk kemaslahatan ummat, masyarakat bangsa Indonesia. Wallahul muwaffiq ila Darissalam.

0 komentar: