Tgh. L.M. Turmudzi Badruddin pada Hari Senen, tanggal 12 September 2011, selaku Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Qamarul Huda Bagu, Pringgarata Lombok Tengah, NTB mengadakan Halal bil Halal dengan keluarga besar Pondok Pesantren. Halal bihalal yang diadakan di ponpes ini merupakan acara tahunan yang rutin dilaksanakan oleh keluarga besar Ponpes.
Tamu undangan yang hadir sekitar 2000 Jamaah dari kaum nahdliyin dan dihadiri pula oleh Bapak Wakil Bupati Lombok Tengah Drs. H. Normal Suzanna, MM, serta perwakilan dari kementrian agama wilayah NTB. Tampak pula dalam undangan beberapa Tuan Guru, seperti Tgh. Mustiadi Abhar (pimpinan Ponpes Al-Falah Pagutan), Tgh. Ulul Azmi (pimpinan Ponpes Abhariyah, Jerneng Lombok Barat) dan Tgh. Shafwan Hakim Pimpinan Ponpes Nurul Hakim Kediri Lombok Barat.
Acara Halal bihalal hari itu menjadi istimewa karena dihadiri oleh ketua PBNU Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, MA dan Katib Am Prof. Dr. KH. Abdul Malik Madani, MA (juga guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Walaupun sudah dijadwalkan ternyata Ketua PBNU tidak sempat hadir di acara tersebut karena masih melakukan kunjungan ke negara Cina, namun atusiasme masyarakat menghadiri undangan halal bil halal tetap semarak.
Acara halal bihalal diawali dengan pembacaan kitab suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Qori’ Internasional Ustaz Sabarudin, S.Pdi alumnus IAI Qamarul Huda (yang saat itu masih STAI Qamarul Huda Bagu). Ustaz Sabarudin, S.Pdi pernah menjuarai MTQ internasional yang diadakan di India dan menjadi juara satu. Secara kelembagaan saya selaku Rektor IAI Qamarul Huda Bagu merasa tersanjung dan mengapresiasi prestasi yang diraih oleh saudara Sabarudin khususnya dan bagi siapa saja alumni kami yang mengukir prestasi nantinya.
Tgh. L.M. Turmudzi Badruddin dalam kata-kata iftitahnya mengungkapkan tentang makna halal bihalal yakni acara maaf memaafkan pada hari lebaran, dalam halal bihalal terdapat unsur silaturhiem. Halal bihalal bukan hanya menuntut seseorang agar memaafkan orang lain, tetapi juga agar berbuat baik terhadap siapapun. Inilah makna mengadakan acara halal bihalal pada kesempatan siang hari ini. Saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling mengucapkan minal ‘aidin wal faizin, agar kita dapat menemukan kembali jati diri dan semoga kita bersama memperoleh ampunan, ridho dan kenikmatan surgawi.
Wakil bupati Normal Suzana dalam kata sambutannya mengingatkan warga masyarakat Lombok Tengah khususnya bahu membahu membangun, merapatkan barisan dan menjaga citra Lombok Tengah guna memasuki era baru menjadi daerah Internasional. Mengapa daerah Internasional? Karena mulai tanggal 1 Oktober 2011 sebelas mendatang Bandara Internasional Lombok (BIL) yang berada di wilayah Tanak Awu mulai beroperasi. Tantangan dan persaingan hidup telah nampak di depan, sehingga perlu ada filter agar pengaruh budaya luar tidak merajai di daerah kita. Agama di aras ini, menjadi pilihan utama untuk dijadikan filter untuk menyaring budaya akibat dari dibukanya Bandara Internasional Lombok (BIL).
Dibukanya BIL juga mendatangkan berkah tersendiri bagi daerah Nusa Tenggara Barat karena pada tahun 2012 mendatang BIL bisa menjadi embarkasi Haji setelah kemetrian agama memberikan persetujuannya. Namun di tahun ini, pemberangkatan calon Jamaah haji kita masih transit di Bandara Internasional Juanda Surabaya sebelum di terbangkan menuju Madinah atau Makatul Mukarromah.
Prof. Dr. Abdul Malik Madani, MA katib Am Syuriah PBNU dalam kesempatan halal bihalal itu banyak mengupas tentang posisi Nahdlatul Ulama menyikapi persoalan yang terjadi di Indonesia. Posisi NU selalu berada pada posisi mengkritisi pemerintah bila terjadi penyimpangan dan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat, serta memberikan dukungan kalau kebijakan itu bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat. NU tidak akan terjun ke politik praktis secara formal dan tidak berada pada satu partai tertentu. Warga nahdliyin diberikan kebebasan untuk menentukan dan berkiprah dalam suatu partai politik. Pilihan parpol bagi warga nahdliyin adalah pilihan bebas menurut kehendak masing-masing dan tidak boleh membawa-bawa NU secara kelembagaan. Hal itu sesuai dengan khitah 1926 saat NU mengadalkan musyawarah nasional di Ponpes Salafiyah Sukorejo Sitobondo Jawa Timur dan keputusan kembali ke khitah sudah final.
Maraknya tindakan-tindakan terorisme dan menjamurnya kelompok-kelompok radikal di Indonesia, menurut Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu menganggapnya sebagai sesuatu yang normal dan kurangnya pemahaman mereka tentang Islam rahmatan lil alamin. Islam Indonesia adalah Islam yang mengedepankan kedamaian, toleran, dan demokratis.Nahdlatul Ulama tidak pernah membenarkan tindakan-tindakan teroris, anarkis, klaim-klaim kebenaran atau truth claim apalagi menjadi polisi kebenaran. Firqah-firqah dan perbedaan mazhab ditoleransi eksistensinya oleh Islam. Posisi NU membumisasikan nilai-nilai suci itu dalam kehidupan ummat dan NU tidak sepaham dengan firqah-firqah yang mau membentuk dinas-dinas baru di syurga. Fenomena dan claim bahwa firqahnyalah yang paling berhak masuk syurga sementara yang lain sesat, tidak dapat ditoleransi karena hakim yang berhak memasukkan atau tidak memasukkan seseorang ke syurga adalah Allah SWT saja. Tugas manusia hanya berikhtiar dan berdoa keputusan akhir tetap di tangan penguasa jagat yakni Allah SWT.
Krisis multi dimensi yang terjadi di Republik ini dimulai dari hilangnya nilai-nilai kejujuran dari hati ummat. Tindakan-tindakan korupsi yang dilakukan oleh pengelola negara ini sudah memasuki alam bawah sadar kita. Tindakan korupsi sudah memasuki ranah dan sistem budaya kita, oleh karenanya menemukan orang jujur sangat langka dan sulit di republik tercinta ini. Dalam kondisi seperti ini, setiap kita membayangkan model pemimpin yang ideal, insan kamil, atau mungkin manusia setengah malaikat yang dapat memimpin negeri yang bernama Indonesia, supaya dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan dan belum jelas ujungnya. Wallahu a’lam.
Diujung tausiyahnya Prof. Malik Madani mengajak kita semua untuk terus berihtiar dan mensemayamkan kembali nilai-nilai kejujuran itu dalam diri manusia. Kejujuran adalah sifat utama yang dimiliki oleh para nabi dan utusan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mendapat julukan al-amin (orang terpercaya), karena dalam segala hal beliau tidak pernah berbohong. Oleh karena itu, jujur mestinya juga menjadi sifat utama kaum muslimin. Dalam kaitan ini patut direnungkan makna hadits rasulullah SAW. Bahwa Shafwan bin Salim meriwayatkan, dia berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “adakah seorang mukmin yang penakut?, jawab beliau, ‘ada’, lalu ditanyakan, ‘adakah seorang mukmin yang bakhil?, jawab beliau, ‘ada’, lalu ditanyakan, adakah seorang mukmin yang pembohong? Jawab beliau, ‘tidak ada’.
Jadi jelas bahwa sikap jujur pada diri setiap muslim merupakan hal yang harus dikedepankan, agar tidak menimbulkan permasalahan di dalam kehidupan dunia ini. Sikap jujur sebagaimana makna hadits di atas merupakan garis pemisah, apakah seseorang bisa disebut muslim yang sesungguhnya atau tidak. Semoga nilai kejujuran ini tetap bersemayam dalam diri muslim. Wassalam.
*********
0 komentar:
Posting Komentar